4.

511 72 2
                                    

Di sebuah pemakaman umum terlihat seorang laki-laki yg sedang duduk di antara dua makam yg terlihat usang. Pandanganya yg kosong menerawang jauh ke waktu sebelum semuanya terjadi. Helaan nafas kembali terdengar, entah sudah kali ke barapa nafas lelah itu keluar dari bibir tipis nya.

Ia menaburkan bunga yg telah ia bawa ke atas gundukan tanah itu. Tak terasa air matanya jatuh membasahi wajah tegasnya yg bersinar akibat matahari senja yg menyorot.

Flashback.

Sebuah kursi roda berjalan menuju ke salah satu rumah sederhana yg ada di ujung jalan sebuah komplek. Dari kejauhan terlihat sebuah mobil mewah yg sudah terparkir rapih di halaman.

Alisnya menyatu melihat itu, dengan rasa penasaran ia memacu kursi rodanya semakin mendekat ke arah rumahnya. Ia melihat dua orang wanita yg sedang duduk di kursi teras dengan wajah kesal.

Itu tantenya, Zee perlahan mendekat dan menghampiri mereka. Tatapan tajam dari dua wanita itu langsung menusuk pandanganya. Ia menunduk tak berani menatap mata itu.

Salah satu dari mereka mendekat dan berdiri tepat di hadapan Zee. Ia melipat kedua tangannya di dada dengan tatapan remeh menatap Zee.

"Dari mana kamu?"tanya Anita

"A-aku dari taman Tante"jawab Zee

"Kenapa nggk langsung pulang?"

"Kamu membuat saya menunggu"gertak Anita.

Zee yg mendengar semua gertakan tantenya hanya bise menunduk takut dan menutup matanya kuat-kuat jika sesekali wanita paruh baya itu membentaknya.

"Suamiku bilang kemarin dia memberi mu uang?"tanya Anita

"I-iya Tante, om memang memberikan ku uang, tapi i-itu uang untuk membeli kebutuhan ku setiap bulan"ucap Zee

"Berikan uang itu"ucap Anita

"T-tapi Tante aku-"

"BERIKAN UANG ITU"bentak Anita

Zee menutup matanya begitu mendengar bentakan keras itu. Dengan patuh ia mengangguk dan perlahan berjalan mendekat ke arah pintu.

Nadira tersenyum remeh melihat sepupunya menderita. Zee yg melihat Nadira tersenyum remeh padanya hanya bisa menunduk dan berlalu masuk untuk mengambil uang itu.

Zee menatap uang yg ada di tanganya kemudian ia menghela nafasnya kasar sebelum berjalan keluar dari kamar nya.

Ia menyerahkan uang itu pada Anita, wanita itu tersenyum puas setelah menerima sebuah amplop berisi uang yg Zee berikan.

"Lain kali jangan membuat aku menunggu, kau mengerti?"tanya Anita sambil menepuk pipi Zee agak keras.

Zee mengangguk sambil terus menunduk, Nadira berjalan melewatinya dengan senyum nya yg khas.

"Aku akan datang kembali nanti, siapkan saja semua uang yg sudah papa ku berikan untukmu SEPUPU"ucap Nadira sebelum pergi meninggalkan area rumah Zee

Zee menatap kosong mobil yg kian menjauh dari rumahnya, ia menghela nafasnya kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk membersihkan tubuhnya.

Flashback off.

Sebuah isakan tangis terdengar lirih bersamaan dengan air mata yg mulai luruh ke tanah. Zee meremas kuat tanah merah yg ada di tanganya.

Ia menatap lekat makam kedua orang tuanya. Sudah berapa banyak ia mengalah demi kebahagiaan orang lain, tapi mengapa Tuhan tidak kunjung memberikan kebahagiaan untuknya.

"Ayah, bunda. Bagaimana kabar kalian? Apa kalian baik-baik saja? Zee rindu"ucap Zee

"Kenapa tuhan tidak membawa Zee juga? Kenapa hanya kalian yg boleh ikut? Aku lelah jika harus berjuang sendiri, aku tak akan sanggup"ucap Zee

Senja Untuk Chika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang