Jesson menatap sebuah surat yg ada di tanganya, matanya menajam mencoba untuk mencerna perkataan yg di lontarkan oleh laki-laki yg baru ia temui.
Ia mengusap wajahnya dengan sesekali memijat pelipisnya, ia menyandarkan kepalanya pada kursi yg ia duduki.
Beberapa kali helaan nafas terdengar keluar dari bibir laki-laki tampan itu, sampai atensinya menangkap beberapa perawat yg berlari melewati ruanganya dengan tergesa-gesa.
Ia menatapnya sebentar sebelum mulai beranjak keluar dari ruangan, ia berjalan menyusuri lorong yg terbilang ramai dengan orang-orang yg berlalu lalang.
Ia menekuk tubuh nya mengatur nafasnya yang memburu, rumah sakit ini terlalu besar dan lorong yg ia lewati sangat panjang.
Ia mulai kembali melangkah dengan langkah cepat ia menghampiri salah satu ners yg berlari.
Jesson menepuk pundaknya hingga ners itu menoleh menatap jesson dengan wajah yg cemas.
"Apa yg terjadi?"tanya jesson dengan nafas yang masih memburu
"Ada korban tabrak lari di depan dan kemungkinan besar korban nya tidak selamat"ucap nya
"Dimana?"tanya jesson
"Di depan dok"ucap nya
"Bagaimana ciri-ciri nya?"tanya jesson
Entah kenapa hatinya merasa sangat khawatir, nafasnya kembali memburu dengan keringat yg mulai bercucuran.
Rasa gelisah tak bisa ia tutupi, tubuhnya mulai menegang menunggu jawaban dari ners di hadapannya.
"Seorang laki-laki berkursi roda-"ucap ners itu terpotong Karna jesson langsung berlari meninggalkan nya.
Jesson mempercepatkan langkahnya saat melihat sebuah brankar berjalan masuk dengan di dorong oleh beberapa perawat.
Mata jesson menajam menatap sebuah mayat yg tertutup kain berwarna putih.
Darah terlihat dimana-mana termasuk pada brankar dan juga kain yg menutupinya.
Ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan brankar itu, beberapa orang yg ada di sana menatapnya bingung atas tindakan dokter jesson.
"Apa yg terjadi?"tanya jesson dengan nafas memburu.
"Dia korban tabrak lari dok, dan korban tidak selamat, kami sudah berusaha menyelamatkan nya tapi dia memilih menyerah"ucap salah satu suster yg ada di sana
"Lalu ini?"tanya jesson menatap ke arah sebuah kursi roda yg sudah hancur tak berbentuk.
"Ini milik korban"jawab ners itu
Jesson melangkah ke arah kursi roda di hadapannya, ia menatap lekat kursi roda itu. Tiba-tiba tubuhnya jatuh terduduk dengan air mata yg keluar tanpa permisi.
Jesson terisak dengan menunduk, la menangis sambil terus meremas rambutnya.
Ia mengenali siapa pemilik kursi roda ini, seorang laki-laki berwajah tampan dan bermata coklat. Ia mengenalinya Karna dulu ia lah yg membantu laki-laki memilih kursi roda ini
Ia meraih henfon miliknya dan menekan tombol telfon.
"Kakek cepat kemari"ucap jesson sambil terus menangis.
Ia mematikan sambungan telfon, ia mulai berdiri dan menatap ke arah mayat yg ada di hadapanya.
Ia mengalihkan pandangannya dan mulai mengatur nafasnya, dada nya terasa sesak memikirkan kemungkinan yg kemungkinan besar terjadi.
Dengan langkah pelan ia mendekat ke arah jasad itu, tanganya yg lemas mulai terulur untuk membuka kain penutup nya.
Tanganya terasa bergetar dan seketika kebas ketika ia sudah menyentuh kain itu.
Dengan gerakan perlahan ia mulai membuka kain itu hingga terlihat ujung rambut dari jasad itu.
Rambut yg hitam sedikit kecoklatan mampu membuat mata jesson semakin memerah.
Ia kembali membuka kain itu dengan perlahan, tubuh nya seketika kaku dan detik berikutnya tubuh nya luruh ke tanah.
Pandangan nya terlihat kosong menatap ke arah depan, tubuhnya bergetar melihat apa yg baru saja ia lihat.
Seorang jasad laki-laki tampan yg tersenyum tipis, air mata jesson kembali jatuh bersamaan dengan isakan yg terdengar samar.
Dari arah belakang terlihat beberapa orang datang dengan tergesa-gesa, pandangan mereka langsung saja tertuju pada jesson yg masih terduduk di tanah.
Tara, laki-laki itu berjalan mendekat ke arah jesson yg masih terisak dengan menunduk.
"Ada apa dengan mu?"tanya Tara
Jesson tak menjawab ia mengangkat tanganya dan menunjuk ke arah jasad yg ada di hadapanya.
Tubuh kelima bersaudara seketika kaku melihat siapa yg ada di sana. Zee, laki-laki itu terlihat seperti tertidur pulas namun dengan keadaan bersimbah darah.
Tatapan mereka seketika kosong mendapati kabar buruk yg tiba-tiba saja datang, mereka awalnya penasaran sama seperti jesson namun tuhan malah memberikan mereka rasa sakit.
Tara mulai mendekatkan dirinya pada jasad Zee yg sudah tak bernyawa, air matanya tak berhenti luruh menatap laki-laki yg sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Ia mengusap surai Zee dengan sayang, isakanya mulai terdengar ketika melihat Zee yg seolah tersenyum padanya.
Tubuhnya yang dingin dan pucat terlihat tenang di atas brankar, seorang laki-laki tua datang menghampiri mereka dengan langkah yg cepat.
Alcya, gadis itu mulai berlari menuju ke arah kakek dameswara, ia memeluk tubuh kakek dameswara dengan tangisan yg terdengar pilu.
Kakek dameswara yg tak tau apapun membalas pelukan alcya dengan wajah bingung yg mendominasi.
Jeston menggendong alcya yg masih saja menangis dan mulai mengikuti langkah kakek dameswara yg mendekat ke arah Tara
"Ada apa jesson?"tanya kakek dameswara bingung
"Zee kek, Zee"ucap jesson
"Apa yg terjadi pada Zee?"tanya kakek dameswara dengan cemas
"Zee sudah meninggalkan kita"ucap jesson sambil terus manangis tersedu-sedu.
Kakek dameswara berjalan cepat menghampiri Tara yg masih setia menatap sambil mengusap kepala Zee.
Tubuhnya kaku saat melihat wajah pucat pasi cucunya, ia sedikit terhuyung ke belakang dan untung saja Tara dengan cepat menahan tubuh kakek dameswara.
Pandangan kakek dameswara terlihat berubah sayu menatap ke arah wajah cucunya yg sangat pucat.
"Apa yg terjadi pada cucuku?"tanya kakek dameswara
"Seseorang telah menabraknya kemudian kabur entah kemana"ucap jesson
Rahang kakek dameswara terlihat mengeras, cengkraman pada tongkat nya pun semakin kuat. Ia menatap ke arah jeston yg terlihat menunduk meratapi nasib malang yg menimpa Zee.
"Jeston, cari orang itu sampai dapat, penjarakan dia seumur hidup, buat dia tidak bisa di bebaskan meski dengan syarat"ucap kakek dameswara yg tak bisa di bantah
"Baik tuan"jawab jeston kemudian mulai beranjak dari tempatnya.
"Aku tidak akan membiarkan ya hidup dengan tenang"gumam kakek dameswara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Chika [End]
Teen FictionMenceritakan tentang sepasang insan yg memiliki kekurangan namun mereka hidup berdampingan dan saling melengkapi. Namun, pertemuan yg tidak di sengaja malah menjadi awal dari perjalanan hidup yg panjang bagi mereka. "aku akan menjadi mata untukmu da...