15.

390 64 2
                                    

Zee menjalankan kursi rodanya dengan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit yg cukup ramai.

Dari kejauhan terlihat seorang pria paruh baya dan seorang wanita paruh baya yg berdiri di depan salah satu ruang rawat inap.

Matanya yg coklat memandang ke arah dua orang itu dengan tatapan khawatir.

Pagi hari sekitar pukul 09:25 ia mendapat kabar jika Chika di larikan ke rumah sakit Karna gagal ginjal yg di derita gadis itu.

Tanpa pikir panjang ia pun bergegas berangkat ke rumah sakit seorang diri Karna keempat bersaudara sudah tak tinggal di rumah nya.

"Bagaimana keadaan Chika?"tanya Zee dengan gusar

"Dokter sedang menanganinya"jawab Aden

Zee mengusap wajahnya kasar, rasa gelisah tak mampu ia tutupi, khawatir sudah pasti ia rasakan walaupun ia dan Chika baru saja bersahabat tapi ia sangat menyayangi Chika seperti saudara nya sendiri.

Tak lama kemudian seorang dokter berwajah tampan terlihat keluar dari ruangan, ia menghela nafas nya sebelum beralih menatap ke arah ketiga orang di depanya.

"Bagaimana keadaan putriku?"tanya Elena Khawatir

"Tidak baik, pasien harus segera mendapatkan donor ginjal sebelum keadaan nya semakin buruk"ucap dokter.

Jesson, seorang dokter tampan yg menangani Chika, jesson adalah dokter spesialis ginjal yg bisa di bilang sudah profesional.

"Lalu bagaimana?"tanya Aden

"Seperti yang ku katakan tadi, kalian harus segera mendapatkan donor ginjal jika ingin putri kalian selamat"ucap jesson

Zee yg mendengar penuturan jesson pun terdiam, ia menatap wajah dokter sekaligus kakak sepupunya itu.

"Masih ada pasien yg harus saya periksa, kalau begitu saya permisi"ucap jesson kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka.

Zee, laki-laki itu masih terdiam dan enggan memberikan pendapat, Aden dan Elena terlihat semakin khawatir dengan keadaan putri semata wayangnya.

Zee menatap ke arah kedua orang tua Chika, mata mereka tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

"Om, Tante, apa boleh Zee masuk?"tanya Zee

Elena dan Aden menoleh ke arah Zee, mereka mengangguk sambil mengusap air mata mereka.

"Silahkan, kami akan bicara dengan dokter terlebih dahulu tentang Chika"ucap Aden

Zee menjalankan kursi rodanya masuk ke dalam kamar inap Chika. zee bisa melihat Chika yg terbaring lemah di atas tempat tidur.

Pandangan nya yg kosong terlihat jelas dari sorot matanya, Zee semakin mendekat ke arah Chika yg masih tetap diam menatap ke arah langit-langit kamar inap nya.

Zee menggenggam tangan Chika lembut, Chika menoleh ke arah Zee dengan tatapan kosong yg mendominasi.

"Zee apa aku tidak akan selamat?"tanya Chika

"Tidak jangan katakan itu, kau pasti akan selamat, aku akan membantu mu mendapatkan donor ginjal"ucap Zee

"Jika aku memang tidak selamat, maka lupakan aku dan semua keinginan kita Zee, cari lah teman yg bisa mengerti kamu yg lebih dari aku"ucap Chika

"Tidak Chika, kita sudah berjanji akan melihat senja bersama di pinggir pantai, apa kamu sudah tidak ingin melihat seperti apa sang senja?"tanya Zee

"Bohong jika aku tidak ingin melihat senja Zee, aku hanya tidak ingin terlalu berharap"ucap Chika

"Tenang Chika, aku akan membantu mu, aku tidak akan meninggalkan kamu"ucap Zee menggenggam erat tangan Chika.

"Ku harap kita masih akan tetap bersama, setidaknya sampai aku bisa melihat senja bersama mu"ucap Chika

"Pasti"ucap Zee

Tak lama kemudian pintu ruang inap Chika terbuka lebar, kelima bersaudara datang dengan alcya yg masih setia di gendongan Tara

Cay, laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Chika dengan wajah yang terlihat sangat khawatir

"Bagaimana keadaan mu Chika?"tanya cay dengan khawatir

"Aku tidak apa-apa cay, terimakasih telah menghawatirkan ku"ucap Chika

"Aku sangat khawatir"ucap cay mengusap kepala Chika lembut.

"Kenapa bisa seperti ini?"tanya Tara

"Itu hanya kecelakaan"jawab Chika

"Kakak turun"pinta alcya

Tara yg mendengar ucapan adiknya pun sedikit menunduk ke arah alcya kemudian mulai menurunkan gadis kecil itu.

"Jangan lari-lari oke?"ucap Tara sambil merapikan rambut alcya yg sedikit berantakan.

"Oke👌"jawab alcya

Gadis manis itu berjalan mendekat ke Arah Chika dengan langkah pelan, ia menatap iba ke arah Chika yg masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Apa kakak cantik baik-baik saja?"tanya alcya

Chika tersenyum hangat mendengar suara kecil nan manis memasuki Indra pendengaran nya, tanganya meraba untuk mencari sosok gadis mungil itu.

Chika tersenyum hangat mengusap pipi gadis cantik yg berdiri di sebelahnya, Chika merentangkan tangannya untuk menyuruh gadis itu masuk ke pelukannya.

Alcya yg melihat Chika merentangkan tangannya pun mulai memeluk tubuh Chika di bantu sebuah tangga kecil yg ia naiki.

Chika memeluk tubuh mungil alcya dengan sayang, dari dulu ia sangat ingin memiliki adik perempuan seperti alcya, namun setelah mendengar vonis Elena yg tidak akan bisa memiliki anak lagi ia mengurungkan keinginannya dan memilih menerima semua yg ia miliki sekarang.

Alcya, gadis kecil itu terlihat nyaman di dalam pelukan hangat Chika, ia memejamkan matanya menikmati usapan lembut Chika pada kepalanya.

Alcya pun sama, dari dulu ia ingin memiliki kakak perempuan seperti Chika yg lembut dan penuh perhatian

Namun tuhan berkata lain, tuhan malah mengirimkan qaiva dan Zaira, dua makhluk kulkas yg sangat menyebalkan.

Namun walaupun begitu alcya sangat menyayangi kakak nya, terlebih lagi cay. Walaupun laki-laki itu sedikit kurang waras tapi cay adalah kakak yg paling perhatian padanya.

"Kakak cantik jangan sakit, alcya sedih melihat orang yg alcya sayang sakit"tutur gadis itu

Chika sedikit terkekeh mendengar penuturan alcya, ia menghela nafasnya sambil terus mengusap kepala alcya yg ada di dadanya.

"Kakak tidak bisa janji, tapi kakak akan berusaha"ucap Chika sambil tersenyum.

Zee yg melihat interaksi antara alcya dan Chika pun tersenyum, hatinya Menghangat melihat interaksi dia makhluk manis di hadapanya.

Matanya yg coklat terlihat berkilau dengan air mata haru yg keluar dari mata indahnya. Senyum bahagia terpancar jelas di wajah tampan Zee

Ia yg tak ingin mengganggu waktu mereka pun berjalan keluar meninggalkan ruang rawat inap.

"Jaga mereka, aku ada urusan sebentar"ujar Zee yg di angguki oleh Tara

Zee menutup kembali pintu kayu di hadapannya, dengan perlahan ia menjalankan kursi rodanya menyusuri lorong rumah sakit yg ramai

Matanya yg indah sesekali menatap ke arah sekeliling mencari seseorang yg ia butuhkan saat ini.

Langkahnya terhenti saat seorang pria memanggil namanya dengan lantang.

"Zee!!"

Senja Untuk Chika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang