13.

342 62 4
                                    

"Hentikan"teriak seseorang yg mampu menghentikan tindakan Zaira

Mereka semua menoleh ke arah seorang laki-laki tegap yg mulai mendekat ke arah mereka.

Dengan langkah yang lebar dia mendekat ke arah dua wanita yg sudah terduduk takut dengan tubuh yang sudah basah kuyup.

"Apa yg kau lakukan Zaira?!!"teriak nya

"Seharusnya aku yg bertanya apa yg om Bisma lakukan?!!"tanya Zaira tak kalah berteriak.

"Apa kalian tidak apa-apa?"tanya Bisma menatap kedua orang tersayang nya tanpa memperdulikan pertanyaan Zaira

"Sudah cukup, apa yg kalian lakukan sudah sangat berlebihan"ucap Bisma

"Apa yg berlebihan Bisma?"tanya jeston datar keluar dari bangunan lusuh

"Apa kak jeston juga berpihak pada mereka? Oh tentu saja Karna mereka adalah anakmu"ucap Bisma sinis

"Putra-putri ku tidak akan berbuat apapun yg akan merugikan orang lain"ucap jesto

"Apa kau buta? Kali ini aku yg di rugikan kak, lihat apa yg telah di lakukan putrimu pada anak dan sitriku"ucap Bisma

"Kau mengenali anak-anak ku sejak kecil, kau pasti tau anak ku tidak akan melukai seseorang tanpa sebab"ucap jeston yg membuat Bisma diam.

Jeston benar, sejak kecil Bisma mengenali keempat bersaudara bahkan watak satu-persatu dari mereka.

Bisma menoleh pada anak dan istri nya yg berada di dekapanya, wajah ketakutan terlihat jelas dari wajah mereka.

Tapi Bisma berfikir, sifat yg ia kenali dari keempat bersaudara itu saat mereka kecil sedangkan sekarang mereka sudah dewasa.

Semua orang bisa berubah seiring berjalannya waktu tidak terkecuali keempat bersaudara yg ada di hadapanya ini.

Bisma mulai menatap tajam ke arah jeston yg masih terlihat tenang, mulutnya terbuka ingin mengatakan sebuah kalimat namun kedatangan seseorang mengalihkan perhatian nya.

"Zee"lirih Bisma

Bisma menatap Zee dengan pandangan miris, wajah tampan laki-laki itu terlihat memar.

Goresan-goresan kecil terlihat memenuhi area wajah dan tubuh laki-laki itu. Bibir dan hidung nya terlihat mengeluarkan darah di beberapa bagian.

Bisma berjalan mendekat ke arah Zee kemudian berjongkok di hadapan laki-laki itu.

"Apa yg terjadi?"tanya Bisma pelan sambil mengusap kepala Zee sayang

"Tidak ada"jawab Zee

"Siapa yg berani melukai mu?"tanya Bisma

Zee yg mendengar pertanyaan Bisma hanya diam sambil menunduk, bibirnya yg berdarah ia tutup rapat-rapat.

"Kau tidak tau atau memang kau buta Bisma?"tanya kakek dameswara

Suara lantang yg terdengar membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah nya.

Kakek dameswara berjalan tegap dengan tongkat di tangan kanannya dan tangan kecil alcya yg berada di tangan kirinya.

Seluruh anak buah jeston membungkukkan tubuhnya saat kakek dameswara melewati mereka.

Alcya, gadis manis itu terlihat bingung dengan apa yg terjadi, namun matanya berbinar saat melihat Zee

"Kakak Zee"pekik gadis itu berlari menuju ke arah Zee

Dengan gerakan cepat cay menangkap tubuh gadis manis itu sebelum ia menubrukan tubuhnya pada Zee

"Jangan berlari"ucap cay kemudian menggendong alcya ala koala

Kakek dameswara mengisyaratkan elish untuk membawa anak-anak pergi, elish yg paham pun mengangguk kemudian membawa anak-anak pegi dari sana.

Sepeninggalan elish dan anak-anaknya suasana tampak hening, Bisma berdehem kemudian berdiri.

"Jadi apa yg terjadi?"tanya Bisma

"Apa kau masih belum paham? Dasar bodoh"ucap kakek dameswara.

"Aku tidak akan paham sebelum salah satu dari kalian mulai membuka suara dan menjelaskan apa yg terjadi padaku"ucap Bisma

"Kau memang bodoh Bisma, anak dan istri mu telah menculik Zee dan membuat cucu ku menjadi seperti sekarang!!"teriak kakek dameswara tepat di wajah Bisma

"Apa buktinya?"tanya Bisma yg masih belum percaya.

"Apa matamu dari tadi tertutup? Apa kau tidak melihat keadaan Zee?"tanya kakek dameswara

"Itu bisa saja akal-akalan papa Karna dari dulu papa sangat tidak menyukai Anita"ucap Bisma

Kakek dameswara menggeram marah, amarahnya kini sudah memuncak Karna putranya sendiri.

"Aku memang tidak menyukai istrimu dari dulu, tapi jangan berfikir aku akan melakukan tindakan menjijikan ini pada istrimu"tegas kakek dameswara dengan rahang yg mengeras.

"Jika aku mau aku pasti sudah membunuh istrimu dari awal Bisma!!"lanjut kakek dameswara dengan suara lantang.

"Buat aku percaya"ucap Bisma

"Kau cukup tanyakan saja pada anak istrimu itu Bisma"ucap jeston.

Bisma pun mulai mengalihkan pandangannya ke arah anak dan istri nya yg masih setia menunduk takut.

"Apa yg mereka katakan itu benar Anita?"tanya Bisma

Anita dan Nadira masih diam enggan menjawab ataupun menatap ke arah Bisma yg masih menatap mereka penuh harap.

"Jawab!!"bentak Bisma sambil menendang drigen yg ada di dekatnya.

"Maaf"ucap Anita pelan

"Maaf untuk apa?! Aku bertanya dan bukan maaf yg ku harapkan!!"teriak Bisma

"Jangan katakan jika kalian melakukan hal yg sama seperti yg mereka katakan"ucap Bisma

"Maaf"ucap Anita sekali lagi

Aarrgghhhh

Bugh

Bisma memukul tembok yg ada di dekatnya dengan keras, tanganya yg bersih kini mulai memerah dan membiru.

Pandangan marah dan kecewa ia lemparkan pada Anita dan Nadira, tak lama kemudian ia mulai terisak mendengar apa yg sudah terjadi.

"Apa yg kalian lakukan? Apa salah Zee? Dia hanyalah anak malang yg tak berdosa"ucap Bisma di sela-sela isakanya

Anita yg mendengar isakan Bisma mulai mendekat bersama Nadira, mereka mulai bersimpuh di kaki Bisma dengan air mata yg tak hentinya mengalir.

"Maaf, maafkan kami"ucap Anita

"Maafkan Dira pa, Dira menyesal"ucap Nadira

"Penyesalan kalian sudah terlambat"ucap kakek dameswara.

Bisma masih diam terisak enggan menatap ke arah Anita dan juga Nadira, sakit rasanya ketika mendengar seseorang yang mereka sayang menyakiti anak peninggalan kakak kesayangan nya.

Setidaknya jika Anita ingin menyakiti Zee berikan ia sedikit alasan kenapa Anita mau menyakiti Zee. Tapi ini? Anak tidak berdosa dan tak tau apapun seperti Zee harus menjadi korban atas tindakan keji yg mereka lakukan.

Bisma mengusap air matanya kasar dan mulai berdiri tegap, pandangannya yg luruh menatap jauh ke depan.

Matanya yg sayu tak bisa membohongi rasa sakit yg ada di hatinya, matanya yg merah dan air mata yg tak hentinya mengalir memperlihatkan rasa sakit yg nyata.

"Aku akan menceraikan mu, kau bisa membawa putri kesayangan mu. Tenang saja aku akan tetap memberikan nafkah yg cukup untuk kehidupan putriku"ucap Bisma kemudian melangkah pergi meninggalkan Anita dan Nadira yg meneriaki namanya

"Ini sakit tapi aku harus, maaf"gumam Bisma kemudian melajukan mobilnya meninggal area permukaan kumuh.




Senja Untuk Chika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang