Typo bertebaran!!
__*__
Sang surya mulai menampakkan dirinya, cahaya sendu pagi menusuk kulit putih gadis berambut lurus itu.
"Huammmmmm" Ria mendekap mulutnya pelan sembari menguap, mengeluh mengapa pagi begitu cepat datang.
"LO! Lo ngapain dikamar gue sat!" Pekik Ria langsung bangkit ketika melihat pemuda tinggi nan sok kecakepan itu berada di sofa dekat kasurnya
"Ini kan rumah gue juga jadi ini kamar gue juga dongs" ujar Danan. adeknya, senyum puas bak raja yang sangat songong tak luput dari wajahnya
"Tapi tapi. kapan lo masuk? KAMAR GUE KAN KEKUNCI DARI DALEM!" Geram Ria langsung melempar bantal tepat diwajah mulus mulik Danan
"Santai, lo ngga liat jendela segede gaban ngalahin pintu kamar punya lo kebuka dari kemaren kak? Jadi gue lewat situ" jawab Danan enteng
"Ishh ya udah terserah, gue mau mandi"
"Ya udah sana" andai saja Danan bisa memberi tahu bahwa sang kakak bagaikan dajjal setengah gadis. Ingin sekali hatinya berkata demikian tapi kalau diingat ingat Danan kan anak yang baik plus budiman jadi dia memilih diam dan menerima kenyataan.
"Lo engga sekolah?" Tanya Ria. Pasalnya Danan masih ngekor santai disofa kamarnya dengan handphone dipegang kuat.
"Enggak, gurunya ada yang meninggal. Lagian gue itu udah santai nggak kayak lo yang perlu perkenalan lingkungan seminggu" Jawab Danan tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel
"Ups, maaf ya kids gueh tidak tau." Sahut Ria yang hanya menjawab mengapa Danan tidak bersekolah.
"Anjir lo kak, maksud gue keluarga nya ada yang meninggal. Gitu" Ria manggut manggut mendengarkan penjelasan Danan. Mana dia tau jika yang meninggal itu siapa.
"Ini hari pertama lo kan kak? Ngapain lo pake baju begituan?" Tanya Danan. Sejujurnya Ria memang merasa sedikit aneh, dimana mana siswa tingkatan baru pertama kali sekolah akan disuruh mengenakan pakaian lengkap dan rapi lah ini malah disuruh pakai baju rumahan? Bagaimana jika para pick me sekolah memakai baju belahan dada dan rok mini? Ria tidak bisa membayangkan hal lebih jauh lagi.
"Udah, masih mending gue nggak pakek baju kayak mantan lo itu." Ledek Ria lalu melenggang pergi dari kamarnya, Ria tak ada rasa takut sedikitpun meninggalkan sang adek dikamarnya, sendirian. Seperti kata orang tuanya semasa mereka kecil dulu 'punya kakak punya adek juga.'
"pagi ma," arin yang tengah menyiapkan hidangan hanya tersenyum lembut mendengar sapaan pagi dari putrinya
"Pa bos mana ?" beo Ria celingak celinguk, tumben sekali penghasil uang itu tidak ada dimeja makan. Biasanya pagi pagi buta sudah menemani sang mama memasak dan berlaga ala ala drakor cinta remaja.
"Lagi siap siap. Noh itu dia" Arin kembali berucap setelah melihat sang suami datang dengan penampilan seperti biasanya, rapi dan tampan.
"Pagi rin, pagi sayangnya papa" sapa Theo beriringan.
"Ri, hari ini kamu sama papa ya. Nanti seminggu setelah terbiasa baru papa biarin kamu sendiri." Ujarnya kembali. Pasalnya Ria adalah anak rumahan yang jarang keluar jauh apalagi karena hal sepele. Jarak rumahnya dari Sekolahnya kali ini sekitar 20 sampai 25 menit tapi jalan yang berbelok belok dan suasana susana yang tak ia kenali membuat Ria enggan untuk mengingat setiap jalan.
"Sip. oh ya pa, Kata papa bang Kazenn sekolah disana juga kan?" Tanya Ria yang sedari tadi sibuk mengunyah sarapannya.
"Iya, kenapa?" Tanya Theo balik, menyipitkan matanya penasaran
"Engga, buat mastiin aja. Anggap aja biar Ria ada temennya disana." Cengirnya
"Nanti aja kamu ba-"
"MAT PAGEEE PENGHUNI RUMAHKUUUUU"
Belum Theo menyelesaikan perkataannya, suara Danan tiba tiba berbunyi dengan melengking dan lantang.
"Berisik kucrut!!"
"Apa si marpuahh!"
"Lo berisik babi! Kuping gue sampe nguunggg"
"Kan bisa di sumpel anjing!"
"Anjing babi anjing, teros aja teross" Theo yang sedari tadi mengamati perdebatan keduanya menggebrak meja makan dengan cukup keras.
"Dia duluan!"
"Oke kita berdua yang mulai, puas lo." Danan mengelus dada sabar, layaknya pemeran yang tengah terkena musibah besar dan merasa paling tersakiti.
"Iya crut, lo emang adek gue yang paling paling deh" Ria terseyum puas
"Udah mau berangkat gak ni?" Sela Arin.
"Iya ini," Ria dan Theo bangkit. Danan yang tau bahwa keduanya akan pergi pun bersuara
"Kak, titip oleh oleh ya" ujarnya menggoda
"Iya, emm..." Ria mengambil tas nya
"Kalo inget." Danan yang awalnya senang mendengar ucapan kakaknya malah memasang wajah kusut setelah mendengan kelanjutan dari ucapan kakaknya itu.
"SERAH DEH SERAH"
Teriak Danan agar Ria dapat mendengar suaranya, Ria sudah berada cukup jauh dari tempat Danan diam.
"Kamu deg degan?" Tanya Theo pada putrinya. Semenjak perjalanan dari rumah Ria hanya diam dan terlihat tegang, memandangi langit langit pagi dari kaca mobil.
"Iya pa, banget." Cicit Ria.
"Kenapa? Bukannya ini bukan pertama kali kamu sekolah?" Niat bercanda, Theo malah menambah keraguan dalam hati riaa.
"Ria, ngga siap buat cari temen baru pa, diri Ria enggan untuk ngelupain dia yang udah lama asing," riaa menghentikan sejenak ucapannya
"Bukan karna gimana mereka, dari mana mereka, gimana fisiknya. Tapi karna sikapnya pa, sikap manusia yang berbeda beda itu ngebuat dunia jadi terlihat jahat. Menurut aku, Manusia lebih menakutkan daripada hantu, pa." Ia menunduk dengan pandangan sendu.
"Ri, jangan karna kamu gagal kamu nyerah gitu aja. Mungkin pertemanan kamu pernah runtuh tapi kali ini ayo berusaha, disetiap kegagalan akan ada kebaikan di dalamnya cuman kamu aja yang tidak mengerti dimana kebaikan tersebut. Papa disini, hmm?" Theo menjelaskan secara sederhana, berharap putrinya akan mengerti dan membuat hatinya lebih tenang.
"Iya, papa juga ya. Semangat buat kerjanya jangan ngeluh terus!" Mendengar ucapan anaknya Theo tertawa, betapa bodohnya dulu Theo menangis dipelukan anaknya karena gagal dalam perjanjian dengan 1 orang tanpa menyadari betapa banyaknya orang yang ingin berkerja sama dengan dirinya.
"Ih ada ingus ihh" ledek Theo, Ria yang ditunjuk dan dikatai begitu langsung mengelap hidungnya
"APASII !"
Keduanya tertawa kembali. Sepanjang perjalanan mengobrol hal hal kecil dengan candaan candaan yang sederhana. Memang sederhana tapi tak semua anak dapat merasakannya. You know.
Bersambung
Hehew halo.
Gaje ya? Ya si kek hidupkuh.
BerChndyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our story at school
Teen Fiction"Didunia ini, yang dipandang indah tak selalu dapat kita miliki. Ada kalanya hanya dapat dikagumi dan terukir dalam perjalanan dari masa kemasa." ~••••~ Apa yang sejatinya ada dipikirannya?, Dia terus bergerak maj...