#4.Peri kecil Danan.

93 75 10
                                    

Typo bertebaran!!!

Typo bertebaran!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__*__

Angin berdesir lembut, Raja malam bersinar dengan begitu terang. Ria, gadis itu sekarang sedang memainkan gitar favorit nya di halaman rumah.

"Lo disini ternyata," Danan datang dengan membawa dua gelas susu kocok, susu kesukaan mereka sejak kecil.

"Hm?"

"Gimana sekolahnya?" Tanya Danan, ya, Danan akui Ria adalah kakaknya tapi dimata Danan, Ria lah adik baginya. Ria kecil yang merengek padanya ketika diganggu papa, Ria yang menangis dipelukannya, Ria yang manja padanya, dan Danan yang selalu mengalah ketika berdebat.

"Menurut lo?" Tanya Ria balik tanpa menjawab. Dia sibuk memetik gitarnya

Danan meminum susu kocok nya lalu menatap langit sambil berucap

"Ini hidup, kadang asik kadang sok asik. Lo harus kuat kalok lo gak mau dianggap lemah." Danan memberikan segelas susu kocok pada Ria, Ria menoleh dan hanya melihat susu itu. Tak ada niat sedikit pun untuk mengambilnya

"Besok hari panjang buat lo, minum biar tambah kuat." Mendengar ucapan Danan, Ria terseyum sembari berdecih.

"Udah sana ngapain lo disini, belom tidur udah malem." Usir Ria

"Lo juga o'on!. Balik sana kekamar lo." Gerutu Danan, kakaknya ini memang suka tak tahu diri

"Sana kakkkk" Danan berjongkok dan mendorong dorong tubuh Ria agar mau bangkit

Ria menoleh kearah Danan, menatap matanya dengan lekat

"Apa hm?, bangun gak! Kakkk bangunn"

"Nan.."

"Apa?!" Jawab Danan dengan kesal karena Ria tak mau mendengarkan perkataannya

"Temenin gue tidur ya?" Ucapan Ria terdengar lemah, muka yang tiba tiba sedih dan tatapan sendu. Danan terus memperhatikan itu. Ini kebiasaan kakaknya sejak dulu, Ria selalu meminta Danan untuk menemaninya tidur ketika ia sedang merasa sedih, gelisah, atau bahkan marah akan sesuatu.

"Oke oke, yodah ayok ngapa masih bengong?"

Ria terseyum tipis lalu bangkit, setidaknya malam ini dia ada teman curhat walau Danan hanya akan menanggapi dengan iya, tidak, hmm, masa?.

Keduanya masuk ke rumah dengan beriringan. Arin dan Theo yang melihat kedua anaknya dari luar rumah pun memberikan pertanyaan.

"Kok belum masuk kamar jam segini?, tumben amat?" Cibir Theo niat menyindir kedua anaknya yang selalu lebih dulu masuk kedalam kamar masing masing tanpa memperdulikan dirinya dan arin.

"Kok mulutnya nyerocos terus, kuat amat?" Balas Danan mengeluarkan lidahnya mengejek

"Kamu.." Theo tiba tiba diam, ucapannya terhenti ketika melihat putrinya langsung nyelonong tanpa sepatah kata.

Our story at school Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang