2 minggu berlalu dengan cepat, rasanya baru saja kemarin Dhifa menjadi mahasiswa semester 2. Jangan tanyakan hubungan Adam dengan Dhifa, sejak kejadian itu mereka menjadi teman sama seperti Adam dengan Heindzo. Adakah yang lebih enak daripada libur semester? Pastinya tidak ada menurut Dhifa.
Liburan semester kali ini ia akan menginap ke rumah orang tuanya dan Heindzo, hal yang paling ia tunggu-tunggu setelah pusingnya ujian. Banyak perubahan bagi Dhifa sebelum dan sesudah menikah, mengatur waktu untuk ini-itu tidak semudah Dhifa bayangkan dulu.
Setelah sampai di rumah Darim dan Rani, mereka langsung mengetuk pintunya. Tak lama pintu itu memperlihatkan laki-laki paruh baya, dengan cepat Dhifa langsung memeluknya.
"Iya, tau kangen, tapi ayah ini rasa dicekik sama kamu," ujar sang ayah lalu pelukan itu dilepaskan oleh sang anak.
"Aku kangen, Yah." Dhifa lagi-lagi memeluknya dan mencium aroma badan yang sudah lama ia tak cium.
"Bun!" Lagi-lagi Dhifa memeluk orang tuanya dengan erat.
"Dhifa, ya Allah," resah sang ibu.
"Aku kangen, Bun!" Tak lama Dhifa dan Heindzo pun masuk ke dalam kamar, baru saja masuk mereka teringat oleh pelukan pertamanya. Dhifa tersenyum setelah mengingat itu, hanya dengan pelukan laki-laki tua itu dapat memecahkan kerasnya hatinya?
"Kamu kenapa?" tanya Heindzo.
"Aku jadi inget orang yang nanya gini ke aku 'sayang, aku meluk kamu, ya?', kamu tau gak siapa?" ledek sang istri seraya berjinjit dan mendekati wajah sang suami.
"Siapa itu? Berani banget minta cuddle ke kamu!" protes sang suami dengan tatapan sinisnya.
"What? Cuddle? You know cuddle?" tanya Dhifa, kaget.
"Yes, I know, why? By the way, I can cuddle you now?" Dengan jahilnya Heindzo mendekati sang istri dengan pelan-pelan.
"Stop, stop, stop it!" balas sang istri.
Heindzo hanya tersenyum tipis lalu mengelus surai Dhifa, Heindzo pun mendorong koper mereka dan membereskan beberapa baju yang akan mereka gunakan selama menginap di rumah Darim dan Rani.
"Kamu gak beresin baju kamu atau gak nginep?" tanya sang ibu
Dhifa pun langsung duduk disebelah sang ayah. "Udah sama Om Heindzo, Bun," jawabnya.
"Kok Heindzo?"
"Aku yang ngeberesin baju-baju ke koper, dia yang beresin ke lemari, Bundaku," jelas sang anak dan memeluk ayahnya.
"Manggilnya masih 'Om Heindzo', Dhif?" tanya sang ayah sambil mengelus rambut sang anak.
"Iya, aku seneng manggil dia begitu, Yah, kenapa?"
"Kamu tau pengertian dari panggilan zhihar, 'kan?" tanya sang ayah
"Aku ... belum bisa manggil dia pakai panggilan lain, Yah."
"Bisain dong, bisa karena biasa, kalo panggilnya om terus emang Heindzo kerabat kamu?" tegur Darim.
"Iya, Yah," jawab Dhifa yang masih berada di pelukan sang ayah.
Selesai membereskan barang-barang miliknya dan istri, Heindzo langsung mendekati keluarganya itu. Rasa bahagia Dhifa kini dirasakan juga oleh sang suami, Heindzo pun duduk di sebelah Dhifa.
"Kenapa dia Dzo? Nempel banget sama ayah," resah Darim.
"Kangen Dhifa sama Ayah, jadi kita ke sini dulu," ucap Heindzo sambil melihat sang istri beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Heindzo! [REVISI]
Romance[FOLLOW BEFORE READING, AND VOTE AFTER READING] Heindzo membuktikan bahwa hubungannya dengan Dhifa akan langgeng sampai nanti, suatu hubungan akan bertahan lama sesuai dengan bagaimana salah satu pasangan itu bersikap. "Gua tau, lo ... nikahin gua...