Ji Eun merapikan tempat tidurnya. Ia baru saja mandi dan sekarang wajahnya tampak segar.
Ia berencana keluar kamarnya dan menyapa Eomma, Appa, Oppa dan tentu saja adik laki-lakinya.
"Eomma.." Panggilnya pelan sambil memeluk ibunya yang tengah memasak.
"Ji Eun..." Ibunya lantas berbalik dan memeluknya erat.
"Eomma, maafkan Ji Eun. Maaf udah membuat Eomma khawatir dan menangis."
"Ji Eun sayang. Eomma tak marah. Eomma sangat sayang Ji Eun. Cup."
Eomma memeluk erat anak gadisnya, meraba wajahnya dan membelai rambutnya lalu diakhiri dengan kecupan di kepala sang anak.Ji Eun mulai ceria dan siang itu, ia menghabiskan waktu bersama dengan ibunya. Wanita yang selama ini dia rindukan.
Ji Eun banyak bercerita tentang kisahnya saat di Amerika penuh tawa dan kebahagiaan seolah ia melupakan betapa sakit hatinya insiden seminggu yang lalu bersama adiknya.
"Eomma bahagia sekali melihatmu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Eomma benar" berhutang hidup dengan Nyonya William. Kau harus bersyukur memiliki ibu angkat seperti dirinya."
Ji Eun hanya mengangguk dan mengeratkan kembali pelukannya pada ibunya.
Flashback
Seminggu yang lalu setelah Jungkook dan Ji Eun saling memaki dan meluapkan amarahnya
Ji Eun langsung ke kamarnya, sedangkan Jungkook yang ngerasa bersalah berniat meminta maaf ke kakak perempuannya.
Sesampainya di kamar, ternyata Ji Eun tengah menelepon seseorang dengan ceria dan bahagia. Berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan Jungkook yang mengira Noonanya akan menangis dan sedih akibat makian kasarnya.
Jungkook hanya di depan pintu kamar kakaknya. Ji Eun tak pernah mengunci pintu jadi jangan salahkan Jungkook jika dia mendengarkan semua perbincangan dirinya dengan kenalannya.
"Kau tau aku sangat sedih karena harus berpisah dengan keluargaku di Amerika, khususnya kau adik kesayanganku, Gyu."
"Noona, apa kau sedang merayuku? Kau bilang kau sayang padaku dan rindu denganku. Tapi kau tak mau kembali ke rumah ini. Aku merindukanmu Noona. Sangat rindu."
"Aku juga merindukanmu. Adik lelaki Noona yang tampan dan lucu. Hehe."
Telinga Jungkook sangat panas saat mendengar Ji Eun begitu senangnya menjawab telepon bahkan ia mengungkapkan kerinduannya pada sang adik. Adik? iya adik? Bukankah Jungkook adik laki satu-satunya??
"Jaga kesehatanmu dan jangan sering bermain dengan gadis-gadis di luar sana. Kau juga jangan minum, merokok, dan jadilah anak yang nurut untuk Ayah."
"Noona, aku hanya akan menurut padamu. Aku tak peduli dengan si Tua itu."
"Gyu, kau tak seharusnya seperti itu.. Sebagai kakakmu, aku ingin mengajarimu sopan santun. Kau anak baik bukan?"
"Aish. Noona selalu saja cera-..."
Tiba-tiba saja Jungkook merebut HP dari noonanya dan menutup teleponnya. Ia membuang HP ke kasur di sampingnya.
"JUNGKOKK? APA YANG KAU LAKUKAN?!" Teriak Ji Eun karena terkejut dengan apa yang dilakukan sang adik.
"Cih, aku benar-benar muak padamu. Aku bahkan sulit memanggilmu sebagai noonaku. Kau begitu bahagia menerima telepon dari keluargamu di Amerika? dari adik kesayanganmu? Kalau kau bahagia di sana, lalu UNTUK APA KAU KEMBALI, HAH?" tanya Jungkook dengan nada yanh tinggi di ujung kalimatnya.
"Apa kau tak suka melihatku di sini Jung?" tanya Ji Eun menatap sang adik yang lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"KAU! AKU MEMBENCIMU! Kau meninggalkan rumah ini selama 10 tahun, meninggalkanku tanpa menoleh ke arahku. Membuatku sedih sampai aku jatuh sakit. Tapi ternyata kau justru sangat bahagia dengan keluarga barumu di sana. ADIKMU YANG KAU TINGGALKAN SANGAT MENDERITA DI SINI, NOONA! TAPI KAU MALAH BAHAGIA DI SANA BAHKAN TANPA ADA RASA PENYESALAN DAN DOSA!!
Jungkook menahan tangisnya. Kedua tanganny memegang bahu sang kakak dengan erat.Ji Eun menangis dalam diam. Suaranya seolah tertahan di tenggorokannya. Sakit, hatinya sakit mendengarkan semua ucapan Jungkook, adik laki-lakiny yang sangat ia sayangi.
"Kau, kalau kau tak bahagia di sini. Keluarlah. Pergilah dari rumah ini dan kembalilah ke keluargamu disana. Bukankan di Amerika hidupmu lebih terjamin? Kau akan menjadi tuan putri bahkan ratu di sana bukan?" Jungkook mengeluarkan smirknya sedangkan Ji Eun masih terdiam.
Saat Jungkook melepas rematannya di kedua bahu kakaknya dan berbalik meninggalkan kamar kakak perempuannya, langkahnya terhenti saat mendengar suara gemetar dan lirih di belakangnya.
"Jungkook-ah, katakan padaku yang sejujurnya. Apakah - kau - membenciku? kau tak ingin aku kembali?" Tanya Ji Eun lirih dan terasa berat saat mengucapkan pertanyaan itu.
Jungkook memasukkan kedua tangannya di saku celananya sembari menoleh ke arah Ji Eun..
"Apa kau benar-benar sebodoh itu sampai tak menyadari bahwa aku sangat membencimu. Aku muak dan tak tahan melihatmu di sini, Ji Eun ssi."
Jungkook keluar kamar dan meninggalkan Ji Eun yang kini duduk di lantai seolah kedua kakinya lemas tak kuat menopang tubuhnya. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan sang adik yang begitu dingin, tajam dan menusuk.
🌻🌻🌻
Hujan turun dengan derasnya. Jungkook kini sedang di rumah sepupunya, Kim Namjoon. Letak rumah mereka hanya selisih 3 rumah saja. Sedangkan Ji Eun masih menangis di kamar sendirian.
"Drrrt... dddrrrtt." Benda pipih di sakunya bergetar lalu Jungkook segera menjawab panggilan meski malas .
"Hal---."
"JUNGKOOK! DIMANA KAU SEKARANG?!" Teriak Seokjin yang membuat Jungkook terkejut.
"Hyung, gue ga budeg. Ngapain Lo teriak-teriak?" Balas Jungkook emosi dan menyesal karena sudah menjawab panggilan dari kakak tertuanya.
"KOOK! PULANG SEKARANG! NOONAMU MEMANGGIL NAMAMU. DIA DEMAM!"
"Ckk. Drama. Lebay. Gue ga mau pulang hyung. Gue nginep di rumah Namjoon hyung. Lo urusin aja adek kesayangan Lo. Dia bukan Noona gue. Bye.! Jungkook mematikan teleponnya dan menghempaskan tubuhnya ke sofa panjang.
" Jin hyung marah karena Lo nginep di sini, Jung?" Tanya Namjoon yang datang tiba-tiba.
"Tau ah hyung. Gue ngantuk, jangan bangunin gue."
Namjoon hanya menggeleng dan membiarkan adik sepupunya terpejam.
🌻🌻🌻
Seokjin kini tengah memeluk Ji Eun yang sedari tadi menggigil kedinginan, tubuhnya gemetar dan matanya terpejam sambil menangis.
Di Luar sana hujan sangat deras bahkan tak lama setelah ia menelepon Jungkook, Listrik mati. Semua lampu padam.
"Tttaaakkkkuuttt." Ucap Ji Eun semakin merapatkan pelukannya pada abangnya.
"Jungkook-aa, Noona takut gelap. Takut petir, kok. Jangan tinggalin noona. Hiks..
Ji Eun mengigau, sejak tadi memanggil nama adik lelakinya. Jemarinya meremas baju sang kakak. Seokjin. Laki-laki itu memutuskan segera pulang ke rumah karena prakiraan cuaca mengabarkan akan turun hujan deras dan Seokjin paham betul, adik perempuannya sangat takut suara petir.
"Ji Eun sayang, semua akan baik-baik saja. Oppa di sini." Seokjin membawa sang adik dalam pelukannya. Ia sangat menyayangi kedua adiknya. Terutama Ji Eun yang selama 10 tahun ini tak bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My beloved Noona
FanfictionKisah Jungkook dan Noonanya, Ji Eun yang selalu saja bertengkar akibat kesalahpahaman. Seokjin sang kakak tertua sampai bingung bagaimana menghadapi kedua adiknya. Disisi lain, Jungkook dan Ji Eun sangat menyayangi satu sama lain sebagai saudara tap...