PROLOG: First and Last

367 26 2
                                    

Jalanan kota Sinister

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan kota Sinister ....

Seorang gadis dengan hoodie hitam dan celana training berwarna senada duduk sendirian di atas Kawasaki Ninja 250 hitam miliknya di tepi trotoar kota Sinister. Satu tangannya menggenggam ponsel yang dia dekatkan ke telinga, sementara tangan lainnya dimasukkan ke saku hoodie.

"Sudah selesai dengan misi kali ini, Selene?" tanya sebuah suara berat di seberang. "Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"

Selene mengambil batang permen loli yang tengah dinikmatinya dengan tangan kanannya. "Semuanya berjalan dengan baik dan aku baik-baik saja, Kak Jay. Sekarang aku dalam perjalanan."

"Kau mau kemana memangnya?" tanya Jay. "Ayahku memberimu tugas baru lagi?"

"Kakak lupa lupa, ya?" Selene melirihkan suara. "Aku di Sinister sekarang. Kebetulan aku menyelesaikan tugasku sebelum tenggat waktu. Jadi mungkin aku akan tinggal lebih lama seperti rencana awal."

Terjadi keheningan selama beberapa detik.

"Selene, bagaimana jika ibumu tahu?" tanya Jay sendu. "Kita sudah bicarakan ini sebelum kau berangkat ke Sinister, bukan?"

"Aku akan bicara baik-baik dengan ibuku. Aku yakin ibuku akan memahami." Selene mengukir senyum tipis. "Selain itu, aku mau ketemu dengan Luna. Aku ingin tahu apakah dia semirip aku, seperti yang dulu selalu ayahku ceritakan padaku. Toh cepat atau lambat kami pasti akan bertemu."

Selene tertawa ringan.

Jay menghela nafas. Lelah menghadapi kekeraskepalaan tunangannya. "Baiklah, lakukan sesuka hatimu, Sayangku. Pokoknya selalu hati-hati dan jaga diri baik-baik. Kalau kau bertemu saudari dan ibumu, kabari aku."

"Tentu saja." Selene mengangguk. "Terima kasih. Aku sayang Kak Jay."

"Aku lebih sayang padamu, manisku." Jay membuat suara mencium di seberang telepon. "Jika sudah selesai, cepatlah pulang."

"Iya Kak. Sudah ya, sampai nanti, Kak. Kakak juga jaga kesehatan Kakak."

"Iya, iya, Sayang."

Sambungan telepon terputus. Selene memasukkan benda tersebut ke saku hoodie dan kembali mengemut permennya. Tangannya sibuk menyalakan mesin motornya. "Malam ini tidur dulu, besok baru aku akan berangkat. Aku capek sekali, mau tidur."

Bekerja sebagai bagian dari divisi jasa pembunuhan dalam kelompok mafia Teivel, merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan bagi Selene. Namun, dia tetap melakoninya karena begitu ingin menggantikan Asher, sang ayah yang sudah tiada sejak 2 tahun yang lalu.

"Tolong ...."

Pergerakan tangan Selene terhenti. Sebuah suara lirih tertangkap oleh telinganya. Selene melirik spion, melihat ada seorang gadis dengan kemeja putih dan rok hitam sepaha yang merangkak dari sebuah gang kecil di antara dua bangunan pertokoan.

SELUNA: Sister [ Yunjin LeSse ft. ENHYPEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang