Lihatlah angin yang berlari-lari
Menegur daun layu
Pada musim gugur
Mengantar suara pada sitelinga
Menjadi pelampung pada sayap burung
Dan menjadi saksi perkawinan tumbuh-tumbuhan
Ialah makhluk yang begitu paradoks
Bukan milik siapa-siapa
Tapi semua yang bernyawa menikmatinya
Seperti semua makhluk di dunia
Dunia bukan milik mereka
Tetapi mereka menikmatinya
Masih takutkah kalian ketika kehilangan sesuatu?
Yang pada dasarnya semua itu
Ada hanya untuk dinikmati bukan untuk dimiliki
Biarlah semesta mengambil apa yang ia punya, manusia hanya meminjamnya
Dan rasakan juga dekapan air
Pada tubuh yang terus merimpuh
Dekapanya begitu indah
Pada musim hujan, nikmatnya minum-minuman, dan tangisan
Ia mengorbankan dirinya dengan menabrak langit-langit rumah
Menghasilkan suara indah pengantar tidur
Ia datang lalu alam menyimpannya
Dan manusia memanfaatkannya
Kerinduan pada dirinya datang
Ketika musim kemarau kembali pulang
Tanpa dirinya tanah-tanah menjadi gersang
Sadarilah unsur tanah yang ada di tubuhmu
Ia bukan milikmu
Akan tetapi kaulah milik dia
Ketika kau mati
Ntah itu di kubur atau di kremasi
Maka tubuhmu akan terurai pada tempat yang semestinya ia punya
Dan jangan lupakan juga tarian api nan indah
Agar kau merendah hati
Karena nenek moyangmu dulu seperti seorang Darwis
Mengadu batu pada kedua tangan
Agar tercipta cahaya harapan
Karena energi alam melebur darinya
Dan akan kembali kepadanya
Dalam bentuk hukum tuhan
Yang akan mengadilimu pada neraka-neraka yang tak bertuan
Dan memberi tau arti keadilan dan kasih sayang Tuhan dalam bentuk siksaan yang begitu panjang.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Kehidupan
PoetrySetiap kehidupan meninggalkan jejaknya yaitu pesan, simbol tersembunyi dari para insan dan mimpi dari pikiran tuhan Beberapa puisi aku tulis berdasarkan pengalaman hidupku yang baik dan buruk aku ambil hikmahnya dan maknanya lalu aku tuangkan dalam...