• Birthday Ali [1/2]

621 65 36
                                    

NOTE: Chapter ini bukan lanjutan chapter sebelumnya. Ini chapter khusus untuk ulang tahun Ali. Hope you enjoy!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Sungguh, makan malam yang hening. Tak ada suara selain dari alat-alat makan yang berdenting ketika beradu.

Begitu khusyuk ayah dan anaknya menyantap makanan di piring masing-masing hingga barang sedetik saja tak menoleh pada satu sama lain.

Namun, kali ini sang ayah mengangkat kepala menatap anak gadis satu-satunya. "Alicia," panggil Rama.

Alicia balas menatap ayah angkatnya dengan wajah yang datar bak tembok. Cukup dengan cara seperti itu saja, si gadis sudah memberi kesan penasaran, meskipun tanpa menunjukkan ekspresi bertanya.

Masih dengan tangan yang sibuk menyendok nasi, Rama bertanya sementara Alicia mendengar.

"Kau ingat sekarang tanggal berapa?" Rama melirik anaknya, kemudian kembali menyuap.

Menaikkan sebelah alis, Alicia memandang heran orang yang menjadi keluarga satu-satunya itu. "Tujuh April."

Suapan terakhir selesai. Makanan di piring pun tak bersisa lagi. Rama segera meminum air dan sebagai tanda penutup makan malam, pria berwajah sangar itu juga mengambil tisu yang berada di tengah-tengah meja.

"Artinya besok ulang tahun Ali. Kau masih ingat?"

Alicia terkejut kecil. Tetapi, gadis itu masih bisa mempertahankan wajah datarnya.

"Ya, aku masih ingat dengan jelas," jawab Alicia tidak menaruh minat sama sekali pada obrolannya sekarang.

Dikira Alicia yang dibicarakan ayahnya adalah hal penting. Tapi nyatanya tidak, tentu saja bagi dia. Memangnya kenapa kalau pemuda menyebalkan itu ulang tahun? Alicia harus apa?

"Kau tidak ada niatan untuk memberinya hadiah?" tanya Rama.

Mengingat Ali adalah teman Alicia dari kecil, Rama rasa tidak ada salahnya apabila sang putri memberikan sesuatu di hari spesial pemuda itu. Meskipun ia tahu pertemanan mereka hanya berisi pertengkaran. Tapi, bukankah itu hanya saat kecil? Mungkin sekarang mereka 'sedikit' lebih pendiam dan 'sedikit' akur. Walaupun Rama sendiri tidak yakin.

"Apa? Untuk apa aku melakukannya? Itu tidak penting."

Alicia memandang ayahnya sedikit tidak setuju dan sebisa mungkin tidak terlalu ekspresif. Segera saja gadis Cina itu kembali fokus pada makanannya.

"Setidaknya balas satu kali saja hadiah-hadiah yang pernah dia berikan padamu," saran Rama.

"Kalau begitu, artinya ketika seseorang memberikan hadiah kepadaku, aku harus membalasnya dengan hadiah lagi?"

Rama hanya diam.

"Ini seperti tukar-menukar barang, bukan murni memberi karena rasa kasih," lanjut Alicia menggumam seraya menjauhkan pandangan dari Rama.

"Baiklah."
"Terserah kau saja, Alicia."
"Papa hanya ingin kau balas budi."

Kursi berderit, Alicia segera mendongak. Ia memperhatikan ayahnya yang berjalan membawa piring menuju wastafel di konter dapur, berdekatan dengan tempat makan.

"Papa akan ke ruang kerja," ujar Rama.

Pria paruh baya itu makin jauh meninggalkan Alicia yang termenung memikirkan kata-katanya.

Puluhan detik berlalu, si gadis Kheng menghentikan renungannya, lalu kembali menatap nasi. Ya, hanya menatapnya, sementara pikiran dia sedang berlari kembali ke masa lalu.

Di mana ada Ali dan Alicia kecil.

"Icha!"

Suara imut nan cadel memanggil nama gadis berumur 5 tahun yang tak lain dan tak bukan ialah Alicia. Anak itu segera menengok ke arah si pemanggil, yang ternyata anak laki-laki berusia sama sepertinya, berlari mendekati dia.

"Ali ...! Sudah kubilang, kan, jangan panggil aku Icha. Kau bukan pamanku!" ambek Alicia menggembungkan pipi tembam-nya seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada. Wajahnya begitu kesal menatap Ali.

Yah, ini semua karena menurut si gadis, yang boleh memanggilnya dengan sebutan "Icha", hanya ketiga pamannya. Bukan Ali.

"Hehe," tawa Ali tanpa merasa bersalah, sementara Alicia tak menggubris.

"Nah! Untukmu!" seru Ali langsung mengulurkan sebuah kotak kecil yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuh, ke arah Alicia.

Sang gadis melirik Ali dengan wajah juteknya. Kemudian ia menerima benda yang dibungkus kertas kado itu.

"Apa ini?" tanya Alicia.

"Kado! Untukmu!" ujar Ali selalu dengan tawa riang.

Alicia mengerutkan kening. "Tapi aku tidak ulang tahun."

"Iya. Karena aku yang sedang ulang tahun!" Ali tersenyum memamerkan deretan gigi susunya.

"Kenapa kau memberi kado padaku, kalau kau yang ulang tahun?"

"Aku ulang tahun, aku bahagia!"

Alicia masih diam untuk mendengarkan.

"Karena kata almarhumah mama, kalau kita sedang berbahagia, kita harus berbagi!" ujar Ali tersenyum penuh makna, walaupun dia tidak tahu apa itu makna "almarhumah".

"Bukalah! Pasti kau suka!"

Segera saja Alicia menyobek kertas kado yang membungkus kotak, lantas membukanya dengan gerakan cepat dan begitu melihat isinya, ia terdiam.

Sebuah pin bergambar kepala singa sedang menampilkan puppy eyes.

"Singa?" Alicia menaikkan sebelah alisnya. Dia mengambil pin itu dan memandang Ali heran. "Kenapa singa?"

"Karena dia mirip denganmu."

"Mirip apanya?" tanya Alicia makin penasaran.

"Galaknya!" Ali tertawa keras dan mencoba kabur ketika Alicia mulai mengejarnya dengan aura yang menyeramkan.

Kembali ke masa kini, pandangan Alicia lurus ke depan dengan satu tangan yang memegang sebuah pin bergambar singa.

Beralih pada benda di genggaman, Alicia merenungi lama pin yang diketahui pemberian dari Ali kecil, kemudian menghela napas pelan setelah mengingat semuanya.

Bukan satu barang yang diberikan Ali. Temannya itu justru selalu memberinya hadiah ketika ulang tahun. Kebanyakan barang-barang kecil seperti pin-nya sekarang, gantungan kunci, jepit rambut berbentuk pita, dan sebagainya. Alicia pun menggenggam erat pin-nya.

Buat Dia Jatuh Hati!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang