6. Tanding

569 46 48
                                    

Begitu cekatan kedua tangan Alicia melakukan dribbling dibantu kaki-kakinya yang menyesuaikan posisi tepat.

Alicia mendekati ring, hanya tinggal satu langkah lagi dan melakukan tembakan, tiba-tiba ada sebuah tangan entah datang dari mana, merebut bola dari kuasanya.

Terkejut, refleks ia menoleh ke arah si pemilik tangan itu, lantas mengernyit kesal apabila tahu ternyata orangnya adalah Ali.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ali langsung menggiring bola ke arah lain ketika Alicia mencoba meraihnya.

"Bukankah Tuan Rizwan menyuruhmu untuk menyimpan bolanya?" Sekilas Ali melirik si gadis yang masih sibuk merebut bola, sementara dirinya terus menjauhkan itu.

Ali kembali bergeser ke tempat lain. "Tapi kenapa kau memainkannya? Di tengah hari pula, yang bisa saja merusak kulitmu!"

Alicia tak menyerah. Begitupun Ali, melakukan pertahanan yang cukup bagus untuk mengelak dari sang gadis.

"Bukan urusanmu!" ketus Alicia dengan mata yang tajam tertuju pada bola oren.

Sekali lagi dia mencoba mengambil bola dengan mendekati Ali dari segala sisi berulang kali. Namun sayangnya, laki-laki itu terus saja membelakangi, bahkan mentertawainya.

"Apa-apaan dia itu?!" pikir Alicia kesal.

Ali segera berlari sambil menggiring bola mendekati ring dan satu langkah di depannya, ia melompat, lalu melakukan tembakan sampai gol. Alicia membeku di tempat seraya menatap tak percaya ke arah pemuda itu.

Kedua kaki Ali kembali menyentuh tanah dan bola jatuh tepat di atas telapak tangannya. Ia berbalik menatap Alicia, lantas tersenyum penuh kemenangan.

"Satu ... kosong!"

Alicia bersidekap dan balas memandang Ali dengan wajah sengit. "Oh, kau menantangku?"

Ali tersenyum sedikit miring, tanda mengiyakan pertanyaan rivalnya.

"Baiklah!" ucap Alicia merasa tertantang.

Ali melemparkan bola ke arah Alicia yang kemudian ditangkap oleh si gadis dan langsung digiring menuju ring.

Namun, tak semudah itu. Ali siaga di depan menghalangi lawannya, berusaha merebut bola. Alicia segera beralih ke kanan. Ali pun mengikutinya.

Di tengah-tengah sibuknya menghindar dan menangkap, mereka membicarakan skor yang perlu dimenangkan.

"Mau main berapa lama?" tanya Alicia dengan tangan dan mata fokus pada gerakan pivot.

Begitupun dengan Ali yang tidak pernah berhenti mencoba meraih bola. "Yah, sampai salah satu di antara kita mendapatkan skor tiga poin."

"Baiklah!"

Berulang kali Alicia memindahkan bola dari jangkauan Ali yang saat ini sedang berada di belakang badannya dan makin mendekati seraya merentangkan kedua tangan, terlihat seolah Ali sedang memeluk Alicia.

Si gadis yang merasakan sentuhan itu jadi lengah, bola pun terlepas begitu saja. Ia membelalak, sementara Ali segera mengambil alih.

Tak tinggal diam, Alicia kembali menghalangi Ali yang sedang menuju ring. Entah ada keberuntungan atau apa, Ali berhasil melewati Alicia dan sekali lagi menggolkan bola.

"Dua, kosong!"

Alicia menatap Ali tidak terima. "Kau curang!"

"Curang apanya?" Ali memiringkan kepala, benar-benar tidak tahu curang apa yang dimaksud. Ia sendiri yakin, dirinya tidak bermain kotor, apalagi melakukan pelanggaran.

Buat Dia Jatuh Hati!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang