A

31 36 70
                                    

Langit terlihat sangat cerah. Matahari mengeluarkan cahaya yang amat terang sehingga membuat sebagian manusia menghalau sinar dengan telapak tangan.

Berbeda dengan langit dan matahari yang terlihat sedang bersahabat baik, ada seorang gadis yang terus saja menekuk wajahnya. Langit dan matahari yang terlihat menyatu ternyata tak cukup untuk mengganti kegalauan dan juga kesedihan yang terdapat di hati.

Berjalan gontai terlihat tak ada semangat yang biasanya membara didalam dirinya. Berbelok masuk kedalam ruangan kelas yang ternyata sudah banyak sekali penghuninya.

Beberapa murid yang menyaksikan pun turut memandang heran kearahnya. Yang biasanya selalu heboh dengan semburat merah yang berada di kedua pipi chubby nya tak terlihat sedikitpun.

"Woi sayang tumben lo telat datangnya. Kenape?"

"Muka juga ditekuk gitu kayak taplak meja aja."

"Ada apa sih bestiehh? Stress enggak dapat kabar dari ayang online, yaa?"

"BISA DIAM ENGGAK, SIH?!!" bentak Dasha. Emosi yang sebelumnya telah ada semakin bertambah mendengar candaan garing dari sahabatnya.

"Dih, marah-marah enggak jelas. Kenapa lo?" tanya gadis bernama––– Lovely.

Dasha mendengus kesal. Mengeluarkan ponsel miliknya dari saku dan melempar kearah Lovely.

Lovely yang belum siap dengan refleks menangkap ponsel berlogo Apple gigit tersebut. "Untung aja gue cekatan ngambil. Kalau enggak tuh iphong udah kebelah dua," gumamnya.

Seperti sudah memahami maksud dari Dasha ia segera mencari aplikasi bergambar beruang cokelat tersebut. Memencet room chat yang berkontak. Cowok gue ngab 😎💌

Membaca dengan teliti hingga akhirnya ia memahami hal yang membuat sahabatnya tidak bersatu dengan hari-hari sebelumnya.

Menghela napas ringan. Menaruh ponsel tersebut diatas meja pemilik aslinya.

"Udah gue bilang jangan hubungan virtual. Ngeyel dibilangin," kesal Lovely. Memutar bola mata malas.

"Iya terus gue harus, apa? Chat yang terakhir gue tanya dia serius mau ketemuan sama gue aja. Enggak dibalas sama sekali sama dia, cuma di baca," curhat Dasha dengan wajah lemas.

"Apa gue sama dia enggak cocok, ya? Kok dia gitu banget, sih."

"Jangan-jangan gue pelariannya lagi, kalau benar gimana anjir? Arkhh."

Lovely mengusap keningnya. Mengurus orang yang pertama kali pacaran ternyata susah juga, kalau bukan sahabat sudah ia tendang jauh-jauh.

Padahal sudah jelas bahwa kekasihnya––– Arnathan sudah menanyakan alamat pertemuan mereka berdua. Lantas hal apa lagi yang membingungkan? Atau karena chat terakhirnya yang menanyakan tentang keseriusan cowok itu? Kalau iya pantas saja Arnathan tak balas. Kalau dirinya menjadi Arnathan juga kesal.

"Lagian salah lo pakai tanya dia serius mau ketemu sama lo atau enggak. Kalau dia udah tanya alamat ya pastinya seriuslah bego," geram Lovely, merasa kesal dengan kebodohan gadis dihadapannya.

Sedangkan pihak utamanya sedang termenung. Benarkah seperti itu aslinya?

"Bukan karena dia punya baru atau gue dijadikan pelarian, kan?" ragunya.

"Kalau untuk itu gue enggak tahu." Lovely mengedikkan bahu acuh. "Tapi yang utama sih dia udah jawab pertanyaan lo yang ngajak ketemuan udah seharusnya lo bersyukur."

"Bisa aja dia sibuk. Emang kesibukan dia cuma lo doang, apa? Dunianya cuma stuck di lo doang, gitu? Ayolah yang benar aja anjir."

"Pagi-pagi ovt karena cowok, enggak jelas lo!" sarkasnya. 

Forever: Me, you and the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang