H

10 11 32
                                    

"Kesalahan kita apa, ya? Masih pagi loh tapi udah di jemur aja di tengah lapangan."

"Betul itu. Salahnya apa coba? Apa gara-gara lo ya yang ketahuan suka ngupil terus di tempelin di meja." Telunjuk Genta menunjuk ke arah Juanda yang sedang mengorek telinganya dengan bekas batang permen. Menatap dengan tatapan sengit.

Juanda menatap balik tak terima kepada Genta. "Maksudnya lo, monyet?! Gue nggak ada tuh sejarahnya ngupil terus di tempel-tempel di meja. Sembarang aja lo!"

"Halah bohong tuh si, Janda. Gue sering banget ngeliat dia ngupil. Udah gitu gede banget lagi upilnya, ih!" Axel bergidik geli ketika mengingat kelakuan jorok temannya itu.

Juanda mengorek upilnya lalu menjejalkan ke arah Axel. "Nih makan tuh upil, makan. Makan tuh biar lo puas!!"

Axel menggeleng ribut saat Juanda memaksakan kotoran itu memasuki mulut. "Lepasin anjing! Lo jorok gue geli arghh."

"Than, tolong gue. Tolong gue, Than!" pekik Axel masih tetap menggeleng ribut ketika Juanda membekapnya dengan tangan cowok itu.

"Udah hajar terus, Nda! Jangan kasih kendorrr. Tuh si Axel kesukaan para cowok lo habisin aja. Kasih upil lo!" Angkasa mengompori Juanda dengan tangan membentuk semangat. Ia tertawa kencang saat melihat Juanda semakin menjejalkan kotoran itu.

Nathan mengidikkan bahu acuh. Sahabatnya tidak ada yang waras, jadi kalau ia ingin tetap waras hanya satu. Tidak usah ikut campur dalam masalah mereka.

"Lucius!! Cepat lo tolongin tuh kawan lo. Lo mau apa si Axel kenapa-napa." Genta mendorong-dorong pundak Lucius, yang berhasil membuat cowok itu mendelik tajam.

Lucius menepis tangan Genta. "Lo duluan yang mulai. Jadi, lo juga yang harus memberhentikan."

"Nggak bisa di andalkan lo jadi orang, ck!" seru Genta kesal. Berjalan menuju Juanda dan Axel yang kini sudah mulai bersitegang.

"Woi cok lanjutin aja jangan berhenti. Nggak apa-apa, nggak ada yang larang juga kok. Seru banget anjir," ujar Genta bersemangat. Niat awalnya ingin memisahkan namun ketika melihat dua kubu itu seperti tidak bisa dipisahkan. Lebih baik ia mendukung pertandingan adu jotos itu, kan?

Nathan menghela napas lelah. Melangkah mendekati kedua cowok itu. Menarik pundak Axel. Kemudian menatapnya dengan tatapan elang miliknya. Axel berhasil menciut, alhasil ia mundur beberapa langkah. "Masih mau berantem?"

Kini gantian mata elang Nathan menatap Juanda yang sudah ketar-ketir seperti Axel. "Dia duluan, Than!" tunjuknya pada Axel.

Axel membulatkan matanya. Menatap nyalang ke arah Juanda yang masih menunjuk ke arahnya. "Maksud lo apa, setan! Lo duluan yang jorok. Masa lo mau ngejejelin gue sama upil lo itu!"

"Lo nyebar hoax, bilang gue upilnya gede. Padahal, kan upil gue mini kayak semut!" garang Juanda.

"Terima fakta kalau upil lo itu gede kayak tai lo. Terima fakta yang ada susah banget kayaknya," sarkas Axel sembari mendelik sinis.

"Tuh kan lihat, Than!" Juanda bersiaga maju dan melakukan ancang-ancang memukul Axel. Menurut kalian bagian tubuh Axel yang mana dulu yang harus di pukul sama Juanda?

Nathan dengan cepat menahan lengan Juanda. Menatap garang ke cowok hitam manis itu. "Bisa tenang, nggak? Kita itu lagi di hukum. Bukan lagi bercanda, kita nggak bakal di hukum gini kalau misalnya bercanda kalian nggak kelewatan."

Yang lain terdiam. Berusaha mengingat apa yang sudah mereka lakukan di pagi yang cerah ini hingga membuat mereka terkena hukuman.

"Oh iya, gue ingat! Kalian ingat nggak pas mau bel tadi? Kan kita sempat ngeledek Pak Randu yang tumben pakai topi. Terus kan si Juanda iseng-iseng tarik topinya, dan ternyata Pak Randu itu botak," celetuk Angkasa.

Forever: Me, you and the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang