D

22 34 52
                                    

Hari ini mungkin adalah hari yang paling membahagiakan untuk seorang Dasha. Hari minggu, hari yang membuatnya selalu dilanda pikiran jauh-jauh hari. Kekasihnya––– Nathan mengajaknya bertemu empat hari yang lalu.

Sudah dua jam berlalu tetapi ia masih bingung untuk menggunakan pakaian yang mana. Menurutnya karena hari ini adalah hari spesial jadi ia juga harus berpenampilan luar biasa. Lemari bajunya pun sudah tak terbentuk lagi, berserakan dimana-mana. Namun, ia tidak terlalu mempedulikan hal itu toh nanti tinggal menyuruh Bi Surni--- pembantu di rumahnya untuk membereskan semuanya.

Setelah selesai menemukan pakaian yang menurutnya bagus dan cocok kini ia sudah berada di depan meja rias, memoleskan sedikit bedak ke wajahnya tak lupa dengan liptint yang dipoleskan juga ke bibie cherry miliknya.

"AAAA GUE SENANG BANGET PLEASE, HARI INI GUE KETEMU JAMET KULL!!!" Rambutnya yang dikuncir menjadi dua bagian itu terus saja bergerak mengikuti gerakan tubuhnya yang tidak bisa diam sedari tadi.

"Kira-kira dia secakep Jeno atau Jaemin enggak, ya? Atau sebule Johnny dan Mark. Atau mungkin sekaya Chenle, atau bisa juga sehumoris ayang Haechan sama Lucas. Mungkin juga semanis senyuman Renjun dan Jaehyun. Dan lebih mungkin lagi dia se anime Taeyong?"

"Tapi jangan gitu ah. Kalau misalnya dia burik, gimana? Nanti gue kalah sama ekspektasi yang setinggi langit." Dengan lesu dirinya berjalan menuju meja makan, terlihat sudah ada segelas susu dan buah.

Mengambil satu buah apel tanpa memotong atau mencucinya terlebih dahulu. Terlihat sangat garas ketika memakannya.

"Non, enggak mau dicuci dulu kah buahnya?" Dasha menyerngit heran. Menatap Bi Surni yang terlihat matanya tersirat takut. "Untuk apa, Bi?"

"Takutnya enggak higienis, atau bisa dipotong terlebih dahulu kalau misalnya enggak mau dicuci," ujar Bi Surni berusaha membujuknya, ia tak mau kena masalah jika anak sang majikannya ini mengalami sakit.

"Yaelah Bi, untuk apa? Tinggal makan aja pakai ribet banget kayaknya. Hidup udah susah jadi enggak usah ditambah susah."

Melihat Bi Surni hanya menundukkan kepalanya. Tak mau menatap wajahnya, menyakini bahwa pembantunya itu takut kalau ia kenapa-kenapa dan langsung dimarahin oleh majikannya yang notabenenya Ibunya sendiri.

"Bibi takut sama Mama kalau sampai aku kenapa-kenapa, ya?" Tak ada respon sedikitpun. "Bibi enggak perlu risau. Aku yang jamin bahwa Bibi akan tetap bertahan kerja di sini. Walau ujung-ujungnya aku kenapa-kenapa juga, enggak akan ada orang yang aku salahin di dunia ini."

Barulah Bi Surni mendongakkan kepalanya. Merasa ada yang janggal dengan ucapan anak majikannya ini.

"T-tapi non––" Belum terselesaikan ucapannya sudah langsung dipotong oleh Dasha. "Enggak ada tapi-tapian, enggak perlu khawatir. Kalau misalnya Bibi diomelin oleh Mama karena kejadian yang enggak Bibi lakuin, enggak perlu takut. Ada aku dibelakang yang dukung Bibi."

Bi Surni terenyuh dalam hati, walau sifat aslinya yang bertolakbelakang dengan saat ini mampu membuatnya tak berkutik. Yang terkenal dengan kecerebohan, kehebohan, tidak bisa diam. Tetapi ternyata mampu memberikan kata-kata yang bisa menyemangati orang lain.

"Oh iya, sekarang jam berapa, Bi?" Bi Surni melihat jam besar yang menempel di dinding. "Sudah jam empat, Non."

Matanya membelalak. Jam empat? Seriuskah?

"Bibi seriusan?!" Bi Surni mengangguk. Artinya ia telat dong? Janjian dengan Nathan pukul empat sore namun sekarang dirinya masih saja santai-santai di atas meja makan, menikmati susu yang masuk kedalam tenggorokannya.

Dengan secepat kilat ia menyambar tasnya yang berada diatas meja. "Bi, Dasha pergi dulu, ya. Kalau misalnya nanti Mama pulang lebih awal bilang aja aku pergi main sama temen," ujarnya.

Forever: Me, you and the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang