B

24 34 59
                                    

Sudah dua minggu berlalu setelah berbicara kepada Heldrik tentang dirinya yang ingin pindah ke Jakarta beralaskan menemui dan menemani sang nenek.

Kini ia sudah mendarat disebuah bandara bernama bandara Soekarno-Hatta.

Menuju ketempat check in tiket miliknya lalu Nathan kembali berjalan kearah pengecekan terlihat petugas mengeceknya yang dalam kondisi aman atau tidak. Setelah benda yang digunakan untuk mendeteksi bahaya tidak memunculkan hal mencurigakan sedikitpun ia diperbolehkan untuk lanjut berjalan menuju bagasi bandara untuk mengambil koper miliknya.

Kacamata hitam yang bertengger di hidung lancip, hoodie hitam serta celana levis menambahkan kadar ketampanannya menjadi berkali lipat lebih tinggi.

Membuat banyak wanita meliriknya berusaha mencuri pandang. Tapi ia tetap acuh, tak peduli.

Merogoh saku celananya. Menemukan hal yang ia cari, ponsel miliknya. Ponsel berlogo Apple gigit dengan boba empat menambahkan kesan berkelas untuknya.

Halo

".........."

Udah didepan, Om?

".................."

Oke Nathan kedepan sekarang

Tut.

Setelah bertelepon dengan Heldrik yang memberitahukan bahwa supir sudah menunggu dirinya di depan bandara ia bergegas pergi karena sudah sangat risih dengan tatapan yang dituju untuknya.

Saat sudah sampai ditempat terlihat banyak sekali mobil berjejer disepanjang jalan. Merasa ada yang memanggil Nathan menoleh ke kiri.

"Maaf, apakah benar anda Tuan Muda Arnathan Gamanuel?" Nathan mengangguk singkat.

Terlihat supir itu menghela napas lega. "Baik Tuan Muda mari ikut saya menuju mobil. Kopernya saya saja yang membawanya."

Nathan tidak menjawab sedikitpun. Mulutnya masih terkatup rapat enggan mengeluarkan suara.

Melihat Tuan Mudanya yang diam saja mengundang ketakutan. Hanya siluet elang milik Tuan Muda yang mampu buatnya ketar-ketir. Dengan keberanian yang ada tangannya terulur mengambil alih koper yang dipegang oleh Tuan Mudanya.

"Tuan Muda duluan saja, saya akan mengikuti anda dari belakang," ucap sang supir.

Nathan menaikkan sebelah alisnya tak memedulikan nada yang tersirat takut tersebut ia memilih untuk tetap melangkah duluan.

"Om udah kasih tahu anda harus mengantar saya kemana, kan?"

Sang supir yang melihat dari kaca yang tertempel didalam mobil pun berusaha untuk tetap tenang. "Iya Tuan Muda. Tadi Tuan Heldrik sudah memberitahukan kepada saya."

Tidak ada obrolan selanjutnya hanya keheningan yang menemani sepanjang gelapnya malam. Sang supir yang tak mau mengeluarkan karena merasakan aura berbeda dari Nathan dan juga Nathan yang terlihat enggan untuk mengeluarkan apapun itu yang mengundang perhatian. Hanya menyender bahunya pada jok  mobil. Berusaha menenangkan diri dan pikirannya.

Tidak butuh lama mobil dengan keluaran terbaru melesat begitu cepat. Membelah para pengendara lain seperti tidak memikirkan hal lain.

Ingatkan bahwa Nathan hanya menyenderkan bahunya saja tidak benar-benar terlelap dalam mimpi nan indah. Sesekali ia tersenyum kecil entah apa yang ia pikirkan untuk hari-hari selanjutnya.

★ ★ ★

Kini didalam sebuah apartment yang memiliki ukuran cukup besar. Dengan fasilitas ruang santai, kitchen set, dua kamar mandi satu diluar dan satunya lagi didalam kamar inti, balkon yang langsung menunjukkan hirup pikuk kehidupan Jakarta. Dan yang terpenting dua kamar tidur yang sudah difasilitasi berbagai macam hal.

Forever: Me, you and the worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang