p r o l o g

2.1K 127 0
                                    

"Papa minta kamu tidak usah melanjutkan pendidikan mu, Jihan."

Jihan yang sedari tadi menunduk sontak mengangkat wajahnya terkejut, matanya menatap tajam sang ayah yang nampak tidak terbebani dengan ucapannya barusan. "Maksud ayah apa?"

Tuan Baskara menghela napas berat, Ia menaruh beberapa lembar kertas yang tidak Jihan ketahui apa isinya dan tidak Ia pahami maksudnya. "Ji, perusahaan ayah bangkrut. Jadi mau tak mau kamu harus merelakan pendidikan kamu."

"Kenapa? Maksud Jihan, kenapa harus Jihan? Bukannya ayah punya cukup banyak tabungan?"

Helaan napas keluar dari bibir pria paruh baya itu, "Kakak kamu sebentar lagi harus mendaftarkan diri untuk kuliah di universitas impiannya, adik kamu juga mau masuk ke sekolah favoritnya. Jadi ayah minta kamu mengalah ya, Ji."

Tawa sarkas keluar dari bilah bibir mungil Jihan, jadi Ia harus mengalah, lagi?

Sejak dulu, Ia harus selalu mengerti kakak dan adiknya. Usianya yang masih muda dari pada kakaknya lah, atau Ia harus mengalah dengan sang adik karena lebih muda darinya. Lalu sekarang apalagi?

"Kenapa harus Jihan? Kakak bisa kok menunda kuliahnya sampai perusahaan ayah kembali bangkit, atau dia bisa masuk ke universitas biasa dengan jalur beasiswa, begitupun adek. Kenapa harus Jihan yang harus memutuskan pendidikan Jihan?"

Mata Baskara menatap Jihan tajam, "Jihan, tidak semudah itu. Kakak dan adek punya keinginan dan cita-cita yang ingin mereka capai, kenapa kamu egois seperti ini?"

"Lalu Jihan apa, yah! Ayah pikir Jihan tidak punya cita-cita? Jihan juga ingin!" ucapnya menggebu, air matanya tak lagi dapat Ia bendung. Sangat kecewa dengan keputusan sepihak yang jelas-jelas hanya menguntungkan orang lain, bukan dirinya.

Ya, Ia selalu dirugikan demi keuntungan orang lain.

Bahkan, impiannya yang ingin masuk ke sekolah favoritnya mungkin hanya sebuah angan. Ia bahkan tidak yakin bisa melanjutkan sekolah seperti teman-teman sebayanya, "Yah, Jihan bisa masuk ke sekolah manapun. Jihan akan daftar sendiri lewat jalur beasiswa, " ucapnya memelan, Ia tidak ingin melawan sang ayah, jadi Ia ingin mengalahkan egonya.

"Kamu pikir pendaftaran tidak memakan biaya, Ji? Sudahlah, terima saja permintaan ayah. Jadi anak yang penurut," Baskara menyandarkan punggungnya, Ia menatap wajah suram sang putra yang kembali menitihkan air mata.

"Sebagai gantinya, ayah akan menjodohkan kamu dengan anak rekan bisnis ayah," lanjutnya.

Kalimat yang baru saja dikatakan Baskara jelas memancing amarah Jihan, Ia bangkit dengan wajah memerah menatap sang ayah kecewa, "Lelucon macam apa yang ayah katakan, aku bahkan belum berusia legal, yah!"

"Ji, tolong ayah. Ini hanya satu-satunya cara agar perusahaan ayah bisa kembali bangkit. Ayah mohon, ayah ingin kamu membantu ayah kali ini saja."





_____________



Cerita ini hanya fiktif belaka. Tokoh, tempat, dan waktu yang dicantumkan hanya sebuah karangan belaka. Semua tokoh yang digunakan hanyalah sebuah visualisasi yang tidak benar terjadi, jangan membawa cerita ini ke dunia nyata ya.

Jika ada kesamaan di cerita atau book lain, bisa author pastikan itu hanya ketidaksengajaan.

Sebelum melanjutkan bacaan, jangan lupa support author dengan memberikan vote dan komen disetiap chapter. Terima kasih.

The Young Marriage (Chansung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang