TYM | 22

906 119 36
                                    

Hello, Wellcome back guys!?
Sudah siap melihat kemesraan om Chan sama dek Ji? Kalau iya, jangan lupa tinggalkan pesan dan kesan di kolom komentar ya!

______

"Lukanya cukup serius," dokter Daniel menghembuskan napas panjang, "Kemungkinan minyak yang terkena di tangan Jihan masih sangat panas, alhasil itu berhasil membuat luka yang cukup serius."

Chandra menatap Jihan tak tega, mata pemuda itu tak henti menatap tangannya yang kini terlihat sangat memerah dan bahkan ada beberapa bagian yang sudah menghitam, terlihat genangan air mata sudah menumpuk di netra si manis.

"Apa penyembuhannya lama, Niel?"

Dokter Daniel nampak menatap tangan Jihan, "Saya nggak bisa menjamin Chan, tapi untuk beberapa hari saya minta Jihan membatasi aktivitas yang berkemungkinan membuat lukanya lama untuk sembuh," jelasnya.

"Kita bisa bicara di luar aja, Niel? Biar Jihan bisa istirahat," pinta Chan dan langsung diiyakan oleh lawan bicaranya itu.

Dua pria dengan usia yang sama itu keluar dari kamar Jihan, menuruni anak tangga dengan santai. "Lukanya di tangan kanan, jadi kayaknya Jihan nggak bisa ke sekolah dulu," Daniel membuka suara lagi.

Helaan napas panjang keluar dari bibir Chan, "Gue ceroboh banget sampe bisa lepas pengawasan gini, kalau tau bakal kayak gini gue nggak ngajak Jihan masak tadi."

Daniel terkekeh kecil lalu menepuk pundak sahabatnya itu, "Nggak usah ngerasa bersalah gitu, kita nggak tau musibah datang kapan aja. Jadiin pelajaran buat nanti, supaya Lo bisa lebih berhati-hati."

"Tapi pasti Jihan sedih banget, apalagi kalau harus izin sekolah selama berhari-hari."

"Hibur dong, gue tau Lo nggak sebodoh itu Chan." Daniel nampak mengeluarkan buku catatan di saku jasnya, menuliskan beberapa kalimat lalu menyerahkannya kepada Chan, "Ini resep obat sama salep yang bisa Lo tebus nanti, sebisa mungkin tangan Jihan jangan kena air ya, selain supaya lukanya biar kering, kalau kena air bisa perih banget."

Chandra hanya mengangguk mengerti sebagai jawaban, "Thanks ya, Niel. Maaf kalau gue ganggu jam kerja Lo di rumah sakit."

"Santai, Chan," beberapa tepukan ringan Daniel berikan di pundak sahabatnya itu, "Gue balik ya, jaga istri Lo baik-baik."

________

Sebelum naik ke kamar Jihan, Chandra menyelesaikan terlebih dahulu acara masak dirinya dan Jihan yang tertunda. Perihal obat, Ia sudah menyuruh Arbin untuk menebusnya di rumah sakit.

Butuh waktu 20 menit berkutat di dapur, akhirnya Ia menyelesaikan semua masakannya. Dengan segera Ia menyiapkan makanan di piring untuk Ia bawa ke atas, sepertinya Ia tidak bisa makan malam bersama istrinya itu.

Dengan nampan yang berisi sepiring nasi beserta lauknya, juga segelas air putih, Chan naik ke lantai dua menuju kamar Jihan. Setelah masuk ke dalam sana, Ia bisa melihat Jihan yang masih dalam posisi yang sama dengan yang terakhir kalinya Ia lihat sebelum turun bersama Daniel tadi.

Si manis nampak menatap tangannya sedih, astaga, kasihan sekali.

"Jihan, makan dulu ya," Chan meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur Jihan, Ia mendudukkan dirinya di sisi kasur Jihan, "kakak udah selesain masakan kita tadi, mumpung masih hangat, makan dulu ya."

Jihan mendongak sedih, matanya berkaca-kaca menatap Chan, "Kak~"

Chan berangsur mendekat, Ia mengusap pipi Jihan lembut, "Kenapa? Sakit, hm?"

Gelengan pelan lalu di susul anggukan kecil, Jihan meremat sisi kaos yang Chan kenakan.

"Kenapa, Ji? Bilang sama kakak."

The Young Marriage (Chansung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang