Sinar matahari yang masuk dari celah gorden di kamar Jihan membuat pemuda manis itu mengernyit, matanya berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke indera penglihatannya. Tubuhnya Ia dudukkan, menatap sekeliling dan tersadar jika Ia sudah berpindah dari tempat terakhir yang Ia tiduri.
"Apa aku ngigau tidur sambil jalan, ya?"
Pikiran bodoh, lagi pula apa ada orang yang tidur sambil berjalan bisa menaiki tangga dengan selamat hingga ke kamarnya yang terletak di lantai 2.
"Tuan Jihan sudah bangun?"
Jihan membuyarkan lamunannya saat suara bi Inah terdengar dari luar kamarnya, Ia berteriak kecil guna menyahuti. Dengan segera Ia bangkit untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya seperti biasa, tak sampai 10 menit pemuda manis itu menuruni anak tangga dengan tergesa. Tanpa Ia sadari sandal yang Ia gunakan sedikit licin hingga membuatnya hampir jatuh, matanya terpejam dan menanti dahinya membentur marmer, namun justru sebuah tangan melingkar di pinggangnya yang Ia rasakan.
Dengan perlahan matanya terbuka, Ia dapat melihat Chan yang menatapnya sedikit tidak nyaman. "Kenapa ceroboh? Kamu bisa jatuh tadi."
Chan yang sebelumnya dari ruang kerja pribadinya dengan sigap menangkap tubuh Jihan yang hampir tejelembab ke lantai, bersyukur ruangannya tepat disamping anak tangga dan Chan memiliki refleks yang bagus. Pinggang ramping jihan nampak kecil ditangan Chan, bahkan jarak keduanya terlihat sangat dekat.
Tangannya Chan yang menahan pinggang Jihan terlepas saat pemuda manis itu mendorong dadanya pelan.
"M-maaf, kak. Jihan kurang hati-hati tadi."
Yang lebih tua tidak merespon, Ia berjalan melewati Jihan begitu saja menuju ruang tengah.
Jihan yang melihat itu merasa tidak enak hati, Ia pun segera berjalan menuju meja makan. Tidak seperti kemarin, hari ini tersedia nasi goreng dengan telur mata sapi dan juga sosis sebagai topingnya di meja makan. Bibir Jihan sontak tersenyum lebar, "Bibi bikinin ini buat Jihan?"
Bi Inah mengangguk kecil, "Iya, biar tuan Jihan semangat sarapannya."
"Makasih bi Inah."
"Sama-sama, tuan."
Saat Jihan tengah menikmati sarapannya, suara bel membuat atensinya teralihkan. Dari meja makan Ia dapat melihat siapa orang yang baru saja masuk setelah Chandra membuka pintu utama.
Seorang pria dengan pakaian serba hitamnya masuk setelah dipersilahkan, keduanya duduk bersantai di ruang tv. Bi Inah yang sepertinya sudah biasa langsung membuatkan kopi untuk tamu beserta tuannya, tak lama setelahnya orang lain menyusul dengan sebuah dokumen ditangannya.
Orang itu menangkap keberadaan Jihan, Ia melemparkan senyum lalu mengedipkan salah satu matanya hingga membuat si manis tersedak nasi goreng.
Bisa Jihan lihat orang itu terkekeh kecil sebelum menyusul Chan dan temannya ke ruang tengah, "Orang itu kenapa sih?"
_______________
Chan menyandarkan bahunya di sofa, Ia menghela kasar saat Arbin dan Rheno meletakkan beberapa dokumen di atas meja.
"Ah sial, bahkan kerjaan yang kemarin masih ada yang belum beres," desisnya.
Arbin tertawa kecil, "Salah Lo sendiri yang mau handle. Padahal kalo Lo suruh gue sama Rheno, kita juga bisa bahkan lebih cepat dari pada Lo."
Rheno mengangguk setuju, "Bener kata Arbin."
Tangan Chan meraih satu persatu dokumen yang tergeletak, mengecek beberapa lalu meletakkannya kembali. "Kalo kalian handle ini, gue nggak ada kerjaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage (Chansung)
RomanceJihan tidak pernah menyangka disaat orang-orang seusianya tengah menikmati masa remaja mereka, Ia justru dijodohkan dengan seorang yang usianya cukup jauh dengannya. Bukannya apa, Ia hanya tak habis pikir dengan orang tuanya yang tanpa persetujuan d...