Chandra memijat keningnya yang berdenyut pusing, helaan napas panjang keluar dari bibirnya saat melihat tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya. Jam makan sudah terlewat sejak beberapa jam yang lalu, namun Chandra belum juga meninggalkan kursinya sejak pagi.
"Lo beneran nggak mau makan dulu?"
Arbin yang memang sejak tadi menemani Chan disana kembali bersuara untuk yang kesekian kalinya dan mengatakan hal yang sama, bahkan Ia sempat membawa makan siang ke ruang sahabatnya itu namun di tolak mentah-mentah dan berujung Ia yang memakannya.
"Bentar, gue belum pengen makan," sahutnya Chandra. Ia melirik jam tangannya lalu menoleh kearah Arbin, "Bin, Jihan pulang jam berapa?"
Yang diajak bicara melirik jam tangannya, "Harusnya sih sekarang dia udah balik."
Mendengar hal itu Chan langsung bangkit dari duduknya, "Kenapa Lo nggak bilang," ucapnya dengan sedikit kesal lalu pergi begitu saja setelah mengambil kunci mobil di atas mejanya.
Melihat hal itu Arbin tersenyum kecil, "Padahal masih sepuluh menit lagi, panik amat lagian tuh orang."
________
Jihan merapikan alat tulisnya dan langsung memasukkan semuanya ke dalam tas, tak lupa pemuda dengan pipi gembil itu membersihkan mejanya terlebih dahulu sebelum pergi dari sana.
"Lo pulang sama siapa, Han?" Haikal bertanya saat dirinya sudah berdiri disamping meja untuk menunggu Ajun yang belum menyelesaikan kegiatannya.
"Ah, aku di jemput."
"Dijemput siapa?"
"Eh?" Jihan langsung mengatupkan bibirnya begitu mendengar pertanyaan dari Ajun, Ia menatap kedua temannya itu gugup sedangkan Ajun dan Haikal masih menatapnya menunggu jawaban yang keluar dari si manis.
Saat Jihan hendak kembali membuka suara, sebuah dering dari handphone miliknya mengalihkan perhatian Ia juga kedua pemuda tadi, Ia melirik sekilas ke arah ponselnya dan disana tertera nama 'kak chandra'
"Kakak Lo?" tanya Haikal saat tak sengaja membaca si penelpon dari ponsel Jihan. Si manis hanya mengangguk kaku lalu segera mengangkat sambungan telepon itu.
"Ha-halo, kak."
"Kamu ada dimana? Saya sudah menunggu kamu di depan sejak lima menit yang lalu."
Mendengar hal itu Jihan segera menggendong tasnya, "Aku kesana kak."
"Maaf, Ajun, Haikal, aku duluan ya."
"Hati-hati, Han."
Mengangguk cepat, Jihan segera berlari kecil setelah memutus sambungan telepon dengan Chan. Karena terburu-buru, Ia tidak terlalu memperhatikan jalan. Hal itu membuat Ia tak sengaja menabrak punggung seseorang yang berdiri di samping pos satpam.
Duhh
"Aww..."
Beberapa orang disana menoleh, terutama orang yang Jihan tabrak tadi. "Lo punya mata nggak?"
Jihan yang sejak tadi melangkahkan kaki dengan menundukkan kepala sontak mendongak, dengan kedua alis turun Ia membungkuk guna meminta maaf, "Maaf, aku nggak sengaja."
Tidak ada sahutan, beberapa orang yang semuanya lelaki itu kompak menatap Jihan. Sampai ada salah satu diantaranya yang membuka suara, "Lah, ini kan anak baru itu."
Mendengar kata 'anak baru' Jihan paham betul jika dirinyalah yang dimaksud oleh pemuda itu, Ia tersenyum kecil sebagai respon. Lagi pula bingung harus bagaimana, Ia bahkan sedikit takut karena orang yang Ia tabrak tadi tak melepaskan pandangannya sama sekali dari Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage (Chansung)
RomanceJihan tidak pernah menyangka disaat orang-orang seusianya tengah menikmati masa remaja mereka, Ia justru dijodohkan dengan seorang yang usianya cukup jauh dengannya. Bukannya apa, Ia hanya tak habis pikir dengan orang tuanya yang tanpa persetujuan d...