*Kamu akan kehilangan sesuatu yang berharga jika kamu mengabaikan waktu saat bersama orang yang terkasih. Jangan lupa tatap kedua orang tuamu saat mereka mengajakmu berbicara. Jangan lupa balas pesan teman-temanmu selama masih ada. Kita tidak tahu tentang waktu yang diberi Tuhan untuk mereka*
Bambu, serbuk gergaji, kapur, tepung jangung dan bahan-bahan lain sudah Jungkook persiapkan. Semua alat dan bahan itu dia gunakan untuk ekspresimennya dalam membudidayajan jamur di rumahnya sendiri. Jungkook membaca langkah-langkanya dan mengerjakannya dengan sangat detail.
Di temani Jin yang tengah sibuk mengunyah buat persik yang sudah Jungkook kupas dan di potong kecil-kecil. Pipinya mengembung saat melahapnya. Bahkan muncul semacam kembang api kecil di atas kepala Jin setiap kunyahan pertamanya. Jin sangat menikmati buah persiknya.
Tidak masalah untuk Jungkook, asalkan Jin tenang dan tidak menganggu pekerjaan dengan rengekan karena lapar atau bosan. Dan mereka selalu melakukannya berhari-hari kemudian, sampai di mana Jungkook kembali ke hutan untuk panen jamur liar lagi.
Beberapa minggu kemudian, percobaan pertama Jungkook gagal, tidak ada jamur yang tumbuh. Kecuali jamur kecil yang Jin 'bantu', tanaman itu sudah membesar sekarang, namun Jungkook sama sekali tidak menyentuhnya. Jungkook pikir, nantinya dia akan bisa melawan kekuatan sihir dengan kemampuannya sendiri. Dia akan menumbuhkan jamur yang sama seperti jamur Jin dengan tangannya sendiri. Jadi Jungkook membiarkan jamur bercahaya itu tetap hidup untuk memotivasi dirinya sendiri.
"Koo tidur," Jin melihat Jungkook sudah sangat bekerja keras akhir-akhir ini, bahkan Jungkook tetap membaca lebih banyak buku tentang jamur lagi sekarang.
Jin turun dari udara, menyentuh tempat tidur. Alasan Jin tidak ikut mengunakan tempat tidur karena khawatir Jungkook akan tidak nyaman jika tidur bersamanya.
"Haaa... Kurasa aku harus menyerah," kata Jungkook menutup dan menyingkirkan buku itu.
Jungkook tidur terlentang dengan tangan menyangga kepalanya, pandangannya terarah pada langit-langit kamarnya yang berwarna abu kusam.
"Kenapa?" Jin bertanya, Jin punya rasa simpatik yang cukup kuat rupanya.
Dia akan ikut gelisah jika Jungkook dalam situasi yang tidak nyaman. Atau kadang Jin akan terlihat akan semakin bahagia jika Jungkook sedang senang.
"Aku harus membeli pupuk organik dan harganya lumayan, uangku sudah tidak cukup. Ayah baru akan memberikannya bulan depan, aku juga tidak berani memakai uang tabunganku," kata Jungkook mengigit bibirnya.
Jin mengangguk-angguk seolah mengerti, di menelungkupkan tubuhnya dengan posisi miring agar bisa melihat Jungkook lebih baik.
"Aku akan pikirkan caranya, aku tidak punya hewan ternak karena itu aku tidak bisa membuat pupuk sendiri," keluh Jungkook,
Keluarga Jungkook terlalu miskin untuk memiliki domba, atau sapi.
"Ayo tidur, besok jangan melakukan apapun untuk merayakan kegagalan ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
In the Deep of Forest
FantasyJungkook tidak mempercayai cerita rakyat, dia adalah seorang pemuda 12 tahun yang realistis dan hanya mempercayai apa yang di saksikan di depan matanya sendiri. Benci dongeng dan fabel yang menipu dan menyetir dirinya untuk bergerak maju karena keta...