Apa Renjun sampai sekarang masih marah?
Jawabannya iya.
Tumben sekali, biasanya langsung dimaafin.
Hal itu membuat Jeno dan Jaemin juga panik. Tidak lucu jika Renjun membenci mereka.
Jeno merutuki sendiri kata-katanya malam itu, jika saja ia bisa mengontrol sedikit emosinya, tidak akan membuat Renjun seperti sekarang ini.
"Gara-gara lo tau! Kalau Renjun masih ga mau ngomong sama gue ntar, bakal gue tenggelemin lo di kolam ikan" sengit Jaemin, saat ini mereka berdua ada di cafe.
Di ujung sana tepatnya di meja lain sudah ada Renjun yang duduk bersama Haruto. Mereka berdua mengawasi Renjun dari jauh, akibat tertolak untuk makan bersama.
"Renjun gue bujuk pake segala macem kesukaan dia aja dia tolak. Takut beneran nih gue" Jeno juga panik kalau-kalau Renjun terus-terusan tidak mau berbicara padanya.
Renjun tidak menyadari keberadaan kedua kembarannya itu, dirinya asik mengobrol dengan Haruto. Kali ini mereka memilih cafe yang sedikit jauh dari kampus agar lebih leluasa mengobrol dengan Haruto.
Namun, pikirannya terus saja melayang memikirkan Jeno dan Jaemin.
Mereka berdua dimana ya sekarang?
Udah pulang belum ya?
Udah makan belum sih?
Meskipun marah, tapi ia tetap peduli dengan adik-adiknya. Lagipula, Jeno wajar jika marah begitu, hanya saja Renjun sedikit sakit hati saja secara tidak langsung di anggap merepotkan. Padahal selama ini dirinya juga tidak meminta-minta untuk selalu di temani.
Dan sekarang ia pikir juga tidak enak terus-menerus menempeli keduanya. Sudah seharusnya ia mandiri dan melakukan semuanya sendiri. Trauma di masa lalu nya memang belum lah sembuh sepenuhnya, tapi ia akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
"Jadi?"
"Sekarang rasanya canggung aja kalau bareng mereka. Kan aku denger sendiri gimana ngeluhnya Jeno kayak gitu. Jadi ya udah, biar sama-sama enak aja.. berangkat sendiri-sendiri. Aku juga bakal usaha gak nyusahin mereka lagi" jelas Renjun.
"Tapi gue lihat-lihat juga mereka suka-suka aja di repotin sama lo" sahut Haruto terkekeh.
"Emang menurut Ruto aku emang ngerepotin ya?"
"Eh, gak gitu njun.. kalau gue jadi mereka juga gak bakal ngerasa direpotin, sebagai saudara gue lebih suka seseorang tuh butuh gue.. dan gue kayak ngerasa emang dibutuhin banget sama orang yang gue sayang. Andai aja gue di posisi mereka, tapi.. gue juga sama di posisi lo njun, gue lebih butuh orang lain. Dan orang yang gue butuhin sekarang jauh banget dari jangkauan gue"
"Ayah Ruto?"
"Abang gue"
Renjun terdiam. Benar, kakak Haruto sedang pertukaran pelajar di luar negeri, pasti rindu.
"Ruto kangen abang ruto?"
Haruto ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Gue emang gak bisa ngutarain rasa sayang gue terang-terangan kayak lo sama kembaran lo. Tapi jujur aja gue kangen dia, dia juga bukan sosok yang perhatian banget kayak saudara lo. Sebenernya kita sama-sama sok ga peduli sih, tapi gue yakin kita sayang satu sama lain"
Renjun tersenyum lucu. Mendengar kejelasan Haruto ia jadi semakin penasaran dengan anak pertama senior Irene tersebut.
"Aku jadi penasaran sama abang ruto"
Haruto berdecak. "Ngapain juga, kalau lo sampe ketemu dia.. kayaknya lo bakal ngelupain gue"
"Kenapa gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG & TWINS
RandomKeseharian singkat 3 saudara kembar Renjun Ian Ian Jeno Ian Jaemin Dan kakak kandung mereka Ian Mark