〰️〰️〰️
Setelah selesai dengan semua urusan membenahi ketiga adiknya, Mark siap mengantar ketiganya untuk pergi sekolah. Si kembar itu kini menginjak kelas 1 sekolah dasar. Tepatnya mereka bertiga berusia 5 tahun sekarang, sedangkan Mark baru merayakan ulang tahunnya yang ke 17 kemarin.
Jika ada yang bertanya, kenapa Mark menjadi tulang punggung mereka?
Dimana orang tua mereka?
Sejak ia masih tinggal di negara sang ayah, di kanada. Tepatnya saat Mark berusia 12 tahun, sang ibu memiliki kabar gembira yakni dirinya akan segera menjadi seorang kakak. Tidak bisa digambarkan bagaimana bahagianya Mark mendengar hal itu, beberapa bulan lamanya menunggu dengan sabar adik diperut sang ibu segera lahir.
Kabar demi kabar Mark dapat dengan berita baik pula, apalagi mengetahui jika adiknya tidak hanya satu.
Hingga akhirnya waktu itu tiba, dimana sang ibu melahirkan 3 bayi lucu. Selisih waktu yang hanya beberapa menit dan jam, Mark bersyukur mengetahui ketiganya terlahir sehat dan mengeluarkan tangis begitu keras. Membuat Mark waktu itu merasa begitu excited mendengarnya.
Namun, tak khayal dari berita buruk jika sang ibu telah tiada ketika selesai melahirkan anak terakhir. Mark tidak tau ia harus bahagia akan kehadiran ketiga adiknya itu atau sedih karena ditinggal oleh sang ibu.
Dalam hati ketika melihat ketiga adik bayinya, Mark selalu berpikir jika ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka tidak sama sekali kekurangan kasih sayang sedikitpun.
Mark dan sang ayah lah yang menjaga kembar 3 tersebut, bahagia tetap menyelimuti keluarga kecil yang sekarang berkurang satu orang.
Hal buruk itu tidak sampai disitu, ketika Mark berusia 16 tepatnya 1 tahun lalu. Sang ayah meninggal karena sebuah penyakit.
Si kembar 3 itu dirawat sendiri oleh Mark. Diberkati dengan kecerdasan luar biasa, diusianya yang masih menginjak 15 tahun saat itu ia sudah lulus sekolah menengah atas. Ia juga harus menjalankan cafe yang dahulunya milik sang ibu. Cafe sederhana itulah satu-satunya sumber pencarian Mark dalam memenuhi kebutuhan mereka berempat.
Beruntung sekali orang-orang kepercayaannya sang ibu masih tetap setia membantu Mark hingga saat ini. Bagi Mark, peran mereka jugalah sangat penting dalam kehidupannya.
"Jangan nakal ya, Jeno duduk yang tenang. Nana simpen dulu bukunya ya nanti aja kalau udah sampai disekolah Nana buka lagi" Mark lagi-lagi menenangkan Jeno dan Jaemin yang duduk di belakang.
Keduanya sibuk dengan buku Jaemin.
"Nanti disekolah jangan nakal"
Bagaimana dengan Renjun?
Renjun homeschooling, bisa dikatakan anak itu memiliki trauma mendalam saat pertama kali memasuki sekolah dasar. Teman-temannya suka memarahinya dan selalu meminta apapun pada Renjun, bahasa kasarnya Renjun selalu dipalak oleh anak-anak itu.
Hingga Mark mendapatkan kabar dari sekolah Renjun, jika si adik jatuh dari tangga akibat ulah anak-anak nakal itu. Mark tidak bisa lagi menahan amarahnya dan meminta pertanggung jawaban, anak-anak yang bersangkutan menyakiti Renjun itu akhirnya dikenai sanksi.
Memang miris sekali melihat anak jaman sekarang, begitu jahat bahkan diusia mereka yang masih belia.
"Injun disini aja? Atau mau ikut?" tanya Mark.
"Injun tunggu di mobil aja"
Mark turun sebentar untuk mengantar Jeno dan Jaemin ke halaman sekolah, dirapikannya dulu seragam kedua adiknya itu sebelum membiarkan mereka berlarian menuju kelas.
Saat kembali ke mobil, dirinya mendapati Renjun yang melamun.
"Hei, kenapa?"
Kesadaran si kecil kembali. "Injun.. pengen sekolah bareng Jen sama Nana, tapi ngga bisa"
"Nanti Injun juga pasti bisa balik ke sekolah lagi, sembuh dulu ya sayang" Mark meraih kepala kecil Renjun untuk diusap surai ringan nya.
"Abang, candy"
"Nanti ya, kita pulang dulu"
Tidak mudah merawat ketiga adiknya, sedari bayi mereka dibesarkan oleh Mark dan juga seorang ayah. Hingga sang ayah lebih dulu menjemput ajal dan meninggalkan anak-anaknya tanpa satupun keluarga.
"Injun mau teh hangat kan? Abang beliin"
"Em" anggukan sekali cukup untuk Mark segera turun lagi dari mobil dan pergi membeli minuman hangat di kedai biasanya.
Renjun lagi-lagi tidak ikut, sedikit merasa takut ketika melihat keramaian. Renjun sangat mudah terserang panik, ia akan merasa sangat tidak nyaman dan terancam ketika di tengah keramaian yang mengganggunya.
Mark kembali dengan dua cup minuman hangat, memberikan cup berisikan teh hangat pada Renjun.
"Oh, Injun udah mengerjakan tugas kemarin?"
"Injun lupa! Gimana nih abang, ayo pulang cepet Injun mau kerjain sekarang" mendadak si adik panik.
"Katanya kemaren udah dibantuin sama Jen Nana"
"Injun kan bohong, nanti kalau Injun bilang belum di kerjain pasti abang ngga ngebolehin Injun nonton film" jelasnya lirih.
"Ohh bohong hmm?"
"Yaa, Injun kan.."
"Kalau Injun berani bohong lagi, abang bakal marah banget"
"Maaf abang.."
Tidak ada jawaban dari Mark, dilanda ketakutan. Renjun takut jika Mark marah. "Injun ngga akan bohong lagi abang, maaf ya"
"Hmm"
Renjun menggeram karena diabaikan, melepas seatbelt nya tiba-tiba dan dengan berani berpindah duduk ke pangkuan Mark. Memeluk erat kakaknya itu merasa bersalah.
"Astaga Injun, abang bisa hilang fokus"
"Maaf ya abang" ucapnya terus menerus sambil memeluk erat sang kakak.
"Iya abang maafin, lain kali jangan kaya gini nanti kalau abang ngga bisa lihat jalanan terus nabrak gimana?"
Next

KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG & TWINS
De TodoKeseharian singkat 3 saudara kembar Renjun Ian Ian Jeno Ian Jaemin Dan kakak kandung mereka Ian Mark