〰️〰️〰️
"JENO NANAAAAA"
Mark terkejut, kegiatan bersantai nya tiba-tiba terganggu dengan suara melengking Renjun. Dilihatnya kanan kiri tidak ada sama sekali sosok ketiga adiknya itu, tapi suara dahsyat Renjun mampu terdengar dari tempatnya saat ini.
Sementara si kembar tiga?
Ketiganya berlarian kesana kemari, sebetulnya mengejar Renjun layaknya anak 5 tahun.
Oh?
Ingatkan mereka jika baru saja tadi malam si kembar itu berulang tahun yang ke 17.
"ABANGGG" teriak Renjun.
Bising?
Sudah pasti.
Namun Mark tetap mencoba untuk bangkit dan melerai, dirinya baru menginjak usia 29 tahun kemarin. Waktu terasa begitu cepat, tidak menyangka ketiga adiknya tumbuh dengan didikannya dan juga kelengkapan anggota keluarga yang tidak begitu sempurna.
Jeno dan Jaemin juga andil dalam hal menjaga si sensitif Renjun, saling melindungi dan berusaha mungkin menghindari pertengkaran. Mark benar-benar sangat bersyukur dengan kehidupannya saat ini.
"Go back to the table, you lil" suruh Mark pada ketiganya sebelum Renjun menjadi korban yang terjepit lagi saking gemasnya Jeno dan Jaemin.
Ngomong-ngomong, hari ini hari pertama Renjun memasuki dunia perkuliahan bersama dengan Jeno dan Jaemin. Renjun memantapkan hati untuk mulai berbaur lagi, setidaknya dengan Jeno dan Jaemin didekatnya tidak begitu membuat Renjun khawatir jika terjadi sesuatu.
"Aku udah sarapan kok bang" kata Renjun.
Mark mengangguk saja kemudian duduk di sofa, sementara Jeno dan Jaemin menuju meja makan di dekat pantry.
Jika boleh jujur, mereka juga turut senang melihat Renjun yang sudah bisa kuliah seperti pada umumnya. Bagaimana bahagianya Jeno dan Jaemin setiap melihat Renjun baik-baik saja di tempat umum.
Tidak lagi melihat wajah tidak nyaman Renjun ketika mereka mengajaknya bermain atau sekedar jalan-jalan.
Tidak lagi mendengar kata-kata paranoid Renjun ketika mereka ajak bergurau di khalayak ramai.
Renjun benar-benar sudah sembuh dari rasa traumanya dan mereka bersyukur akan hal itu.
"Kamu kan belum minum njun"
"Sebentar"
Renjun duduk di dekat Mark, memeluk kakaknya itu sayang. Berterima kasih terus menerus dalam hatinya, Mark mampu mengatasi bagaimana kelakuan nakal dan berbagai mood ketiga adiknya.
Renjun bahagia memiliki kakak seperti Mark, menyayangi si sulung dengan segenap hati. Tidak mau ada hal buruk sekecil apapun melukai fisik dan hati seorang Mark. Sosok yang sudah menjadi orang tua untuk ketiga adiknya.
"Kenapa hm?"
"Makasih"
"Lagi?"
"Aku bakal bilang makasih setiap hari ke abang, jangan protes" seru nya.
"Kenapa gitu?"
"Abang jangan sakit ya, jangan suka kecapean. Kalau abang capek sukanya marah, mana marahnya main diem-dieman sama kita" Renjun mengeluh, tapi itu memang benar adanya.
Mark yang marah karena kelelahan tidak meledak, bahkan sebaliknya. Memilih mendiamkan seisi rumah.
"Emang abang gitu?" tanya Mark masih menyangkal.
"Pokoknya abang harus sehat terus"
Tangan Mark yang bebas terangkat untuk mengusap lembut rambut cokelat Renjun, diusap perlahan seolah menyalurkan ketenangan.
"Abang pasti sehat terus kok, kamu juga ya"
Renjun mengangguk.
"Ayo berangkat njun" ajakan Jaemin dibelakang.
"Minum dulu susunya"
*****
Dream UniversityJeno dan Jaemin berjalan di belakang Renjun layaknya dua bodyguard. Sedangkan Renjun yang ada didepan berjalan dengan perasaan yang tidak main senangnya, akhirnya ia bisa menuntut ilmu tanpa dihantui rasa takut lagi.
Melihat sekeliling, normalnya mahasiswa yang berlalu-lalang menenteng tas dan buku. Kemudian kearah belakang dimana Jeno dan Jaemin berada.
"Nana? Jen mana?" tanya Renjun saat sudah tidak mendapati keberadaan Jeno.
"Ada urusan sebentar sama dosen, kita ke kelas dulu aja" Jaemin merangkul si kakak yang tubuhnya lebih pendek darinya untuk ia bawa cepat-cepat ke kelas.
*****
"Ini kakak lo itu Jaem? Wih ngga nyangka sih mukanya imut gini"
"Iya gue kira tadi dia cewek"
"Dia juga ga lebih tinggi dari lo"
"Jaem kasih nomor hape Renjun dong"
Jaemin pusing, teman-teman kelas yang memang sudah mengenal Jaemin memburunya dengan berbagai macam pertanyaan dengan siapa ia datang.
Renjun memang tersenyum tapi Jaemin masih khawatir jika teman-temannya itu terlalu ramai dan membuat Renjun tidak nyaman. "Bentar-bentar ssttt" Jaemin menyuruh mereka semua diam dengan memberi kode telunjuk depan bibir.
"Jen?" Renjun bingung tiba-tiba Jeno datang dan mengambil alih tas Renjun.
"Sorry guys tapi Renjun harus duduk dibelakang sama gue"
Jaemin melotot tidak terima, kan Renjun duluan duduk didekat dia. Niat hati ingin protes tapi melihat sekeliling masih banyak mahasiswa, ntah itu teman kelasnya dulu juga teman baru.
"Deket gue Injun duduk!" bisik Jaemin pada Jeno.
Jeno menggeleng. "Omongan lo kebalik semua dodol"
"Pokonya Injun disini sama gue"
"Renjun di belakang deket gue!"
"Ngga bisa, deket gue!"
"Deket gue!"
"Sssttt! bisik-bisik aja masih berisik ya kalian" heran Renjun, ia pun berdiri dan berinisiatif mencari kursi lain.
"Njun? Mau kemana?"
"Hai? Aku boleh duduk sini?"
"Oh? Hm, silahkan" jawab laki-laki yang Renjun ajak bicara.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG & TWINS
DiversosKeseharian singkat 3 saudara kembar Renjun Ian Ian Jeno Ian Jaemin Dan kakak kandung mereka Ian Mark