"Kalian tahu kan jika si sulun itu keras kepala? tapi yakinlah di balik sifat keras kepalanya dia lebih dewasa dari yang lain ,meskipun bungsu lebih mengalah namun belum tentu dia sudah dewasa"
*RUMAH SINGGAH | PARK JISUNG*
Ketukan dari pena mengenai meja tempat di mana ada buku serta alat yang lainnya untuk belajar,terhanyut dalam pikiran akan suatu hal memang tak mengenakkan berusaha menyingkirkan pikiran namun malah gagal
Rintikan Hujan turun membasahi kota bandung malam ini,di malam yang temaram bulan menampakkan dirinya dengan terang meskipun langit berwarna hitam keabuan di karenakan sedang hujan
Lembaran kertas buku itu berballik-balik saat angin sejuk masuk melalui jendela menghampar mereka,menikmati rintikan suara hujan dan petir yang sesekali mengeluarkan suara tanda dia mengumumkan jika dirinya paling berharga di saat sedang hujan
Bukankah Hujan itu di sukai banyak orang? namun bagi si sulung tentu saja tidak,dia sangat benci hujan sedari dulu baginya hujan itu merusak ketenangan di saat dia ingin merasa tenang,suaranya yang deras menusuk indra pendengaran
Manik brown nya menatap jendela yang menampakkan hujan di luar sana,angin berhembus kencang menerpa wajah tegas miliknya,manik itu berkaca-kaca hatinya teriris
dia benci hujan namun.......kenapa sang Bunda malah sangat menyukai hujan? mereka berdua bertimbal balik,kalian tahu? hujan sudah merengut bunda darinya untuk slamanya dan tak akan kembali
sejak kejadian itu dia semakin membecni hujan,hujan memberikan kenangan dulu terulang lagi,di letakkannya pena yang sedari tadi dia ketuk sedikit keras ke bukunya dan berjalan menuju ke arah jendela
air mata mentes kala melihat air hujan yang sangat deras untuk di pandang,di pegangnya jendela hendak menutup namun seorang remaja yang melambaikan tangan ke arahnya dengan senyum rekah
Itu Jilan,si bungsu juga suka hujan seperti mendiang Bundanya dia semakin membenci bocah sialan itu jika begini menutup jendela agak keras dan bergegas ke bawah untuk membuka pintu gerbang rumah
berjalan agak cepat entah kenapa perasaan dia amat khawatir jika begini,setelah menuruni anak tangga di ambilnya payung berwarna hitam ada di sebelah pintu membuka pintu utama dan berjalan melewati area halaman luas rumah ini
rintikan hujan semakin deras mmebuat dia mau tak mau mempercepat lajunya,di bukanya gerbang rumah namun di bungsu malah bermain hujan
Jilan tersenyum lebar melihat Bang Mahen yang ternyata membukakan gerbang untuk ia masuk,di gerakkan tangan dia untuk mengajak mahen bermain hujan bersama
Sini bang,main bareng hujan-hujanan asik loh
Mahen mengkerutkan keningnya dan menggeleng tak mau,ishh drama sekali si tuli ini tinggal masuk saja apa susahnya sihh
"BUruan masuk!! hujan jilan!"sentak mahen
Namun jilan malah terus bermain di bawah derasnya hujan dengan senang,sebuah mobil melaju kencang ke arah jilan yang berada di tengah jalan,matanya membola dan payut di tangannya terlepas begitu saja dari genggaman
berlari dengan cepat menuju jilan,sebelum tubuh itu tersambar oleh mobil melaju kencang,di tariknya tangan jilan membuat mereka jatuh ke tanah yang basah,di hadiahi oleh rair hujan yang membasahi mereka berdua
Mahen berdiri dan memarahi jilan dengan keras
"BEGO LO!! GUE UDAH BILANG BUAT MASUK,TULII!!"Gertak Mahen
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Singgah | Park Jisung
FanfictionAku butuh rumah untuk diriku bersinggah ketika lelah,namun mau bagaimana lagi rumahku bukan tempat untuk diriku pulang,aku harus apa sekarang? apakah aku salah jika menjadi anak yang tuli dan tidak sempurna?