Araya mengambil trolly dan lanjut jalan menyusuri lorong persediaan. Nggak banyak tapi nggak sedikit juga. Araya membaca bahan yang mesti dia beli.
"Kenapa diam? Kamu lupa sesuatu di mobil?" Gharvi mendatanginya setelah memarkir mobilnya yang kebetulan kondisi parkiran lagi penuh banget.
"Nggak, lagi nyesuaiin barang yang pengen aku ambil di lorong itu. Kan biar nggak bolak balik lagi"
Gharvi manggut-manggut saja.
"Tapi Jinten itu yang mana ya?"
"Gimana maksud kamu?"
"Bentukkan biji jinten seperti apa?"
Gharvi langsung menarik tangan Araya ke lemari pendingin khusus bumbu dapur. Dan dia ngambil sesuatu yang menurut Araya itu mirip biji selasih dari bentukannya. "Itu biji selasih?"
"Coba kamu hirup aromanya"
Araya nurut, mencium bau aroma dari biji di tangan Gharvi. Pahit, manis, dan agak menyengat. "Kok aneh. Biji selisih nggak bau begini. Kok beda?"
Gharvi tak menjawab, dia malah masukkan biji asing itu ke plastik bening dan nimbang di Mbak penjaga.
"Baru pertama kali belanja bumbu dapur?"
Kalau dipikir emang pertama kali karena biasanya Araya beli yang sudah jadi alias bumbu instan. Dan enggak pernah rasain aroma tiap bumbu.
"Memangnya ini bukan pertama kalinya untuk Kakak?" Setahu Araya lagi, cowok itu jarang banget paham sama masalah dapur gini apalagi buat Gharvi termasuk cowok sibuk.
Sembari mendorong trolly, Gharvi menjawab "Dulu saat masih kecil saya suka lihat Mama masak di dapur, ngikutin arahan Mama seperti kupas bawang putih, dan kebiasaan Mama itu selalu ngasih tahu apa aja tentang bumbu dapur. Dan sejak itu setelah Mama pergi, saya harus masak buat diri saya sendiri."
Araya tak enak hati sudah mengingatkan kembali masa lalu Gharvi "Sori, Araya nggak berm-"
"Nggak apa-apa. Saya senang kamu tahu tentang diri saya."
"Kenapa nggak nyuruh asisten Kakak buat masakin makanan?"
Gharvi tersenyum, "Karena hanya masakan saya yang mirip dengan buatan Mama."
"Udah. Kita lanjut belanja lagi. Kalau ada kesempatan kita ngobrol lagi ya" Gharvi menyudahi semuanya.
Seketika Araya pengen masak sesuatu buat Gharvi, kali aja bakatnya muncul kembali.
°°°
Pas lagi makan di Mall bareng Gharvi, tiba tiba Angga datang duduk samping Taran. Fyi, Taran tuh adik Gharvi tapi bukan kandung.
"Pindah"
Taran yang baru aja mau nyuap ramen ke dalam mulutnya terpaksa terhenti, menoleh ke samping dan terpana melihat ciptaan Tuhan. "Gilaaaa. Lo siapa? Kok cakep banget sih."
Karena capek nyari tahu posisi Araya, Angga menyuruh sekali lagi, tidak membalas perkataan Taran. "Lo budek?"
Sebenarnya Angga bicara sama siapa sih? Mulutnya terus nyuruh orang pindah tapi tatapannya malah ke Araya.
"Dia siapa?" bisik Gharvi
"Oh, dia Angga sep-"
"Gue Anggara Dirgantara, pacar Araya" katanya sembari menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa.
Sontak Araya melebarkan matanya tak percaya, "Nggak. Mana ada Araya pac-"
"Kamu masih ngambek soal aku nggak bales chat kamu? Kan sudah aku bilang kemarin sayang." Angga menatap tajam ke arahnya bersamaan kaki laki laki itu menahan kaki Araya dari bawah meja.
Taran tak kalah terkejut. Gharvi memasang ekspresi datar.
"Jangan percaya. Araya bukan pacar siapa-siapa."
"Iya saya percaya kamu."
"Bangs-"
Taran langsung mendekap mulut Angga dengan tangannya. Menggeleng supaya nggak ngomong kasar. Karena Taran tahu Gharvi benci orang suka mengumpat kasar.
Angga menyentak kasar tangan Taran dari mulutnya dan manatap tajam Araya. "Pindah atau aku gendong pakai cara aku sendiri"
"Kak Angga mau pes-"
"Pilih cepat sayang"
Semenit berlalu, belum juga ada pergerakan dari Araya. Karena jengah, Angga memainkan lidah dalam mulutnya, mendesis kasar. "Oke kalau it-"
Ucapan Angga terpotong setelah Araya memindahkan dirinya ke samping cowok itu dan Taran bersampingan dengan Gharvi.
Dari sudut matanya, Angga tersenyum puas, mengelus rambut gadisnya. "Good girl"
Berbeda dengan mereka berdua, Gharvi menyaksikan itu semua dengan kepalan tangan di bawah meja. Taran yang menyadari itu, segera mengelus tangan Kakaknya. Berusaha menenangkan agar tidak ada keributan parah lagi.
"Suka ya main petak umpet sampai aku pusing nyari tempat sembunyi kamu," bisiknya bersamaan kekehan dari Angga.
Tanpa sepengatahuan Araya, Angga telah menempelkan benda kecil di ponsel gadisnya.
•••
Untuk cerita ini bakalan update beberapa hari setelah lebaran ya, kalau sesuai mood aku usahain juga update dark obsession sebelum lebaran.
Kali aja kalian pengen lihat karya aku yang lain, jangan lupa mampir di ig aku yaaaa.
@/mcaapinkyy