GALANG-05

843 74 6
                                    

Disebuah kamar mewah terdapat remaja yang sedang tertidur lelap. Tak lama kelopak mata remaja itu bergetar, perlahan-lahan tirai matanya terbuka menampakkan iris kecoklatan miliknya.

"Eughh" remaja itu menggeliat tanda jika ia akan bangun.

Butuh beberapa detik untuknya mengumpulkan nyawa sebentar.

"Hah, gue dimana?!" Ucapnya dengan nyawa yang sudah benar-benar terkumpul.

"Anjing, gue diculik! Tapi masa iya sih." Batinnya bertanya-tanya.

Asik bergelut dengan pikirannya sendiri, ia tak sadar jika pintu berwarna putih itu dibuka menampakkan pria paruh baya.

"Sudah bangun, boy?" Tanya-Liam.

"Menurut lo?" Tanya nya ketus.

Pria itu tak mengindahkan ucapan putra angkatnya yang menjawab dengan nada ketus.

"Mandi, lalu turun kebawah. Papa akan memperkenalkan kamu dengan anak-anak papa" ucap Liam.

"Tapi om--"

"Papa" Koreksi Liam.

Galang menggerutu kesal karena ucapannya yang tiba-tiba dipotong oleh pria dihadapannya ini namun, tak urung dia mulai memanggilnya dengan sebutan 'papa'

"Galang takut kalau anak-anak papa gak bisa nerima Galang. Kalau seandainya mereka gak nerima Galang, tolong anterin Galang pulang ya, Pa. Galang gak mau anak-anak papa sedih karena kedatangan orang asing dirumah ini." Ucap Galang.

"Hei dengarkan papa, percaya pada papa mereka pasti terima Galang. Tidak usah dipikirkan, oke? Sekarang Galang mandi lalu turun kebawah, ya. Kita akan makan malam bersama-sama" Liam berucap dengan nada lembut tak lupa tangannya yang mengusap kepala Galang.

Mendengar hal itu Galang tertegun sejenak, ia tak menyangka jika Liam akan seserius itu mengangkat dirinya sebagai anak. Padahal jika dilihat-lihat tidak ada yang istimewa darinya lalu mengapa Liam ingin sekali mengangkatnya.

"Oke, papa tungguiin Galang mandi, ya. Galang gak lama kok"

"Ya papa akan tunggu disini, dan disebelah sana kamar mandi mu" ujar Liam, tangannya menunjuk pintu yang berwarna biru.

Tanpa berlama-lama lagi Galang berjalan kekamar mandi.

30 menit berlalu..

Galang keluar dari kamar mandi dengan kimono berwarna putih. Tak lupa tangannya terdapat handuk kecil yang dipakai untuk menggosok-gosokkan rambutnya yang basah.

"Sini papa keringkan rambutnya" Liam mengambil Hair Dryer yang terletak dimeja rias.

Setelah semuanya selesai, mereka berdua turun kebawah menggunakan lift.

Sesampainya disana terlihat jika ada 2 orang pria dewasa dan 1 orang yang masih remaja.

"Sudah menunggu lama, boy?" Tanya Liam kepada keempat anaknya.

"Sudah daritadi, Papa. Lagian papa kok lama banget sih, tumben." Jawab sang bungsu mewakili abang-abangnya.

"Papa ingin mengenalkan seseorang kepada kalian tapi, sebelum itu kita makan terlebih dahulu. Jika sudah berkumpul diruang tamu."

Mendengar ucapan sang Papa mereka langsung mengalihkan matanya kearah seseorang yang tampak asing dimata mereka. Semua mata tertuju pada Galang yang menunduk malu.

"Pembantu baru?" Celetuk seseorang.

Mendengar itu Galang emosi.

"Heh jaga ucapan lo, ya taii. Maksud lo apa ngomongin gue pembantu baru? Asal lo tau ya yang ngajak gue kesini itu bokap lo, buka kemauan gue sendiri!" Ucap Galang ngegas. Dadanya naik turun pertanda dia emosi.

Mereka terkejut, tidak menyangka jika Galang akan semarah itu.

Sementara pria yang menjadi dalang dari sumber kemarahan Galang itu merasa bersalah. Padahal niatnya hanya ingin bertanya, tapi sungguh itu diluar ekspektasinya. Ia pikir Galang hanya akan menunduk lalu mengadu kepada papanya. Tapi ternyata semua dugaannya salah. Ia jadi penasaran dengan sosok remaja yang sedang mengomel itu.

"Sudah, jangan bertengkar. Dan kamu, Rafi. berhenti berbicara omong kosong. Papa tidak mungkin membawa remaja tanggung seperti Galang menjadi pembantu kita." Ujar Liam.

"Jadi namanya Galang" batin salah satu dari mereka yang sedari tadi menatap penasaran kearah Galang.

"Sekarang kamu duduk. Tidak usah dengarkan ucapan dari abangmu, percayalah abangmu itu tidak sengaja mengatakan itu."

"Gigi lo yang gak sengaja! Lagian gue juga gak buta kali ngeliat dia yang natep gue tajem banget." Batin Galang.

"Galang, mau makan apa? Mau ambil sendiri atau papa yang ambilkan?"

"Galang mau itu--" menunjuk kearah steik, capcai dan juga ayam goreng.

"Yang mana lagi?"

"Udah, nanti perut Galang bisa meletus karna terlalu kenyang"

Kini mereka memakan makanannya dengan khidmat. Tak ada yang berbicara, karena itu sudah peraturan dari awal jika tidak diperbolehkan memakan sambil berbicara.

Puk

Mata Galang melotot.

"Kau sengaja?" Pria dewasa itu berteriak marah kala sepotong steak tidak sengaja terlempar kearahnya. Dengan kasar pria itu mengambil tisu dan mengusapkannya kewajah tampannya.

"Pfttt HAHAHAHA" remaja disampingnya itu tertawa ngakak. Jarang sekali ia melihat abang datarnya itu ternistakan oleh anak yang dibawa ayahnya itu.

Sebenarnya Galang ingin tertawa ngakak melihat pria yang mengejeknya tadi terkena lemparan steak yang tak sengaja itu.

Namun ketika melihat matanya yang menatap dirinya tajam membuat tubuh Galang bergetar takut.

"M-maaf Galang gak sengaja" tubuh Galang bergetar takut, suaranya juga bergetar menahan tangis.

"Alasan!" Sebenarnya ia tidak tega membentak Galang namun, melihat reaksi Galang yang tampak ketakutan itu membuatnya Lucu.

Bibir Liam berkedut menahan tawa. Ada saja kejadian tidak terdugahari ini tapi itu justru menghibur mereka. Dan sekarang lihat wajah Galang benar-benar lucu.

Bibir merah itu melengkung, matanya yang berkaca-kaca dan tubuhnya yang bergetar takut.

Bukankah itu sangat lucu?

Ah, tidak sia-sia ia mengangkat Galang sebagai Anaknya.


















Makin gak jelas aja nih cerita.

Vote 30 gue update lagi.

See you..

















Galang Althario(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang