GALANG- 08

421 23 1
                                    

Saat ini Galang memilin ujung bajunya dengan gugup, ekor matanya mencuri-curi pandang kearah seorang gadis yang tengah menatapnya tajam.

Gadis itu meneliti penampilan Galang dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Sungguh, rasanya saat ini Galang ingin menghilang saja, ia tidak nyaman ditatap begitu intens oleh gadis dihadapannya ini.

Galang juga sangat kesal kepada Azka yang hanya diam menatap dirinya, dan apa-apaan tatapan mengejeknya itu!

Lihat saja, ia akan mengadukannya kepada sang daddy.

"G-gue tau gue ganteng! Jadi gak usah ngeliatin gue segitunya juga kali!" Ujar Galang yang sudah tak tahan dengan tatapan gadis itu.

Sementara Ana--nama gadis itu, kini menatap Galang dengan mata membulat kaget. Ia tidak menyangka ternyata anak dihadapannya ini sangat berani dengannya.

"Wah, berani juga ternyata" ucap Ana dingin yang mampu membuat Galang mati kutu.

Gadis dihadapannya ini benar-benar menyeramkan, tatapannya seolah-olah ingin menguliti dirinya. Galang sungguh tidak kuat jika harus berhadapan dengan gadis ini.

"Berhenti menatapnya seperti itu! Lihat, wajahnya sudah memerah, apa kau tidak kasihan?" Celetuk Azka.

Azka muak melihat drama yang dibuat oleh sepupunya itu. Dan juga dia tidak tega melihat wajah adik manisnya yang sudah memerah, seperti orang kebelet pipis.

"Ck, tidak seru!" Gadis itu berdecak lalu duduk disebelah Galang.

"Hai adik manis! Siapa namamu?"

Galang yang ditanya seperti itu tentunya terkejut, bukankah gadis itu tidak menyukainya?

"Astaga imutnya!" Ana memekik pelan saat melihat wajah Galang yang cengo. Tangannya mencubit pelan pipi berisi milik Galang yang lagi-lagi membuat Galang terkejut bukan main.

Lebay memang.

"Ishh udah, jangan tarik-tarik pipi Galang nanti melar" ucap Galang.

"Makanya jangan gemesin, aku kan ga tahan pengen makan pipi kamu" Ucap ana dengan santai.

"Kenalan dulu gih" titah Azka kepada Galang.

"K-kakak namanya siapa?" Tanya Galang dengan ragu.

"Jangan takut, Nama kakak Anatasya Laura, terserah adik mau panggil kakak apa." Jawab Ana.

"Kalau aku panggil kak Lau boleh?" Entahlah menurut Galang panggilan Ana itu terlalu pasaran jadi, Galang ingin memanggil Ana dengan Lau saja karena berbeda dari yang lain.

"Wah boleh banget! Kakak suka dengan panggilan itu" mata Ana berbinar menandakan kalau ia sangat suka dengan panggilan khusus yang diberikan oleh sang adik.

"Eh ngomong-ngomong adik belum ngasih tau namanya lohh, padahal kakak sebelumnya udah nanya tapi belum dijawab" lanjut Ana.

"Hehe iya Galang lupa, nama Galang itu Galang Althario."

"Oke baby Galang" ucap Ana. Tangannya tidak berhenti untuk mencubit pipi Galang dengan gemas.

"Galang bukan babi"

"Baby bukan babii, dasar bayi!" Ujar Ana.

"Umur kak Lau berapa?"

"17 tahun beda satu tahun denganmu"

"Sudah berkenalannya? Kalau sudah, waktunya adik makan siang" ucap Azka sambil menggendong Galang.

"Kenapa sih orang disini hobi banget gendong Galang, Galang sudah besar bukan bayi lagi yang apa,apa harus digendong" ucap Galang dengan kesal.

"No, kamu itu bayinya kami. Jadi tidak ada salahnya jika kami menggendongmu" kata Azka.

"Nah bener tuh, jadi jangan protes" sambung Ana.

"Huh terserah!"

****

Setelah menyelesaikan acara makan siangnya kini mereka bertiga kembali berkumpul di ruang keluarga.

"Kak Lau main yuk!" Ajak Galang.

"Baby maunya main apa?" Tanya Ana.

Galang berfikir sejenak tiba-tiba sebuah ide terlintas diotak kecilnya.

"Gimana kalau kita main petak umpet aja? Kalau kalah nanti dihukum" ucap Galang.

"Ayo! Tapi mainnya sekitar sini aja ya jangan keluar"

"Oke! Abang Azka gak mau ikut?" Tanya Galang.

"Tidak, abang mantau kalian saja" kata Azka.

"Bang Azka gak kuliah? Tadi katanya mau ada jam kuliah siang" kata Galang.

"Tidak jadi, abang mau menemani kamu bermain"

"Tapi kan ada Kak Lau"

"Kamu tidak senang abang ada disini?" Ujar Azka dengan ekspresi yang dibuat-dibuat sesedih mungkin.

Galang tidak suka melihat ekspresi sedih sang abang jadi, tanpa ragu Galang langsung memeluk Azka dan mengusap-usap punggung Azka dengan lembut.

"Abang jangan sedih, tadi Galang hanya bertanya. Galang gak apa-apa kok kalau bang Azka disini terus sama Galang" ucap Galang, sedangkan Azka matanya melirik kearah Ana dan tersenyum penuh kemenangan.

Ana yang melihat drama yang dimainkan oleh Azka hanya mampu memutarkan bola matanya dengan malas.

"Ini gak jadi main petak umpetnya?" Tanya Ana dengan tak sabaran, pasalnya Ana sudah muak dengan ekspresi Azka yang dibuat-buat sesedih mungkin.

" jadi dong tapi, Kak Lau yang jaga ya nanti Galang yang ngumpet"

"Lah kok gitu, harus suit dulu dong biar adil" ucap Ana tak terima.

"Ayo lah kak Lau, please" Galang mengeluarkan puppy eyes miliknya sehingga membuat Ana luluh.

"Oke, tapi adik tidak boleh curang ya"

Ana mulai berhitung, sementara Galang bingung mau bersembunyi dimana. Akhirnya Galang memilih bersembunyi disamping lemari dekat dengan ruang keluarga.

"Shutt jangan bilang ke Kak Lau kalau Galang ada disini" Galang melototkan matanya mengancam Azka supaya Azka tidak membocorkannya sementara Azka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Waktu habis!" Ana mulai mencari dimana Galang bersembunyi.

Sedangkan Galang sendiri ia cekikikan melihat Ana yang bingung mencarinya.

"Hehe Kak Lau pasti tidak bisa menemukan Galang" Galang bergumam pelan sambil tertawa cekikikan.

"Kata siapa?"

"Kata Galang lah! Kata siapa lagi emang disini ada siapa lagi selain Galang sendiri? Eh" Galang tersadar dengan ucapannya, dengan pelan ia membalikkan badan guna melihat siapa yang berbicara dengannya tadi.

"Eh Kak Lau hehe"









Makin hari makin ga jelas nih cerita, mafkeunn aku yang hiatus lama banget hehe. Ada yang kangen tidakk?

Galang Althario(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang