NAKULA [01]

2.2K 139 5
                                    

and my heart is broken, all my scars are open
tell them what I hoped would be impossible

__ James Arthur

Terik panas matahari siang itu tak mampu menyurutkan semangat si remaja tampan berkulit putih yang kini tengah terduduk manis di jok belakang mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terik panas matahari siang itu tak mampu menyurutkan semangat si remaja tampan berkulit putih yang kini tengah terduduk manis di jok belakang mobil. Dengan sebuah berkas di pelukan. Ia terus berharap segera sampai di rumah tempat nya tinggal.

"Senyum mulu lo, awas kering tuh gigi." sahut remaja lain yang duduk dibangku samping kemudi.

Masih dengan senyuman yang mengembang, Nakula tampilkan raut songongnya pada remaja yang tak lain adalah kakak kandungnya.

"Syirik aja lo Wa. Diem deh, gue lagi seneng." jawabnya sarkas.

Sadewa yang mendengar namanya disebut tanpa embel embel seorang kakak, sontak mendelik tak terima. "Apa? Lo manggil gue apa tadi?!" sewotnya dengan reflek menghadap ke belakang.

"Wa, nama lo SADEWA 'kan?" tanya Nakula enteng.

"Bang Dewa. Gue ini abang lo ya, Na!!"

Nakula memutar bola matanya malas. "Gila hormat banget sih, lo." ujarnya sedikit sinis.

"Gue bukan gila hormat ya, monyet! Itu biar lo tau artinya sopan santun!"

"Ma liat, Ma. Dewa ngatain Nakula monyet masa?" ujarnya mengadu pada wanita cantik yang sedari tadi duduk diam di samping si bungsu. Sabar memperhatikan pertikaian kedua putranya.

"Dih bocah aduan." Sadewa berdecak kesal.

"Biarin lah."

"Abang, Adek. Udah dong, gak malu dari tadi didengerin sama pak Danang?" tegur Amelia lelah dengan tingkah mereka.

"Udah biasa, Bu." sahut pak Danang selaku supir pribadi mereka, terkekeh pelan.

Kejadian seperti ini memang terjadi tak hanya sekali dua kali. Bahkan perdebatan antara para saudara di keluarga ini sudah menjadi makanan sehari hari bagi lelaki paruh baya itu.

"Aduh, maaf ya, Pak. Anak anak saya pada aktif semua." ucap Amelia merasa tak enak.

"Tidak apa, Bu. Malah saya senang lihat mereka kayak gini. Berasa lebih hidup suasananya."

"Tuh kan, Ma. Aman," timpal Nakula mengacungkan jempolnya, membuat Amelia semakin menggelengkan kepala.

"Lagian nih ya, Bang. Kita ini cuma selisih enam bulan kali. Jadi gapapa lah ya kalo gue gak manggil lo abang." Nakula mulai memancing kembali keributan.

Memang pada dasarnya sifat tengil sudah melekat pada diri anak itu.

"Ya tetep aja gue itu abang." jawab Sadewa meladeni.

"Heleh, gak. Gak mau gue. Enak an Dewa aja, berasa besti." tolaknya gamblang. "Lagian kita seumuran, cuma beda enam bulan." Lanjut Nakula kembali berkata hal yang sama.

NAKULA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang