NAKULA [02]

1.2K 126 3
                                    

Hobi yang tak berguna

"Assalamualaikum," salam Nakula saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di lantai rumah minimalis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Assalamualaikum," salam Nakula saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di lantai rumah minimalis itu.

Yudistira yang tengah berkutat dengan laptop di meja ruang tengah lantas mendongak. "Waalaikumsalam. Darimana kamu, Dek?" jawabnya sekaligus melempar tanya.

"Cari cari angin, Mas. Ini juga sih sekalian," Nakula memperlihatkan sebuah kamera yang ia bawa. "Pemandangannya lagi bagus." ujarnya semangat, ikut mendudukkan diri di sofa seberang tempat sang bunda sedang duduk nyaman.

"Keluyuran terus kerjaannya. Masa liburanmu itu harusnya sesekali dibuat hal yang berguna. Bukannya malah ngambilin gambar pemandangan gak jelas kayak gitu." celetuk pria paruh baya yang tengah menatap fokus  acara berita dilayar televisi sana.

"Ini tuh berguna kok, Pa. Kita bisa dap--"

"Berguna darimana? Apa nge foto hal hal gak jelas itu bisa menaikkan prestasi kamu? Kamu pikir kamu bisa sukses dengan hal hal tidak bermanfaat seperti itu? Mau jadi apa kamu ini, Nakula?" sarkas Fahri memotong ucapan sang putra.

"Lihat Sadewa. Dia bisa memanfaatkan waktu luangnya dengan baik. Dia masih bisa ikut les, dia bisa ikut latihan basket dan hal lainnya yang bermanfaat. Bukan seperti kamu yang keluyuran tidak jelas arahnya."

Nakula sedikit tersentak mendengarnya.

Dibandingkan lagi, ya?

Memang bukan hal baru jika nama Sadewa selalu tersebut meski sang pemilik nama tak ada di sini. Tapi tetap saja, rasanya sangat tidak mengenakkan di hati.

Jujur saja, Nakula sedikit tersinggung mendengarnya. Hatinya terasa sakit saat sang ayah terus saja menyepelekannya. Apalagi sampai menghina hobinya.

"Hehe, maaf Pa. Nakula gak bisa deh kayaknya kalau ikut ikut basket kayak bang Dewa gitu, capek, Pa." keluh Nakula dengan raut melasnya.

Fahri berdecak pelan mendengarnya. "Alasan, kamu saja yang malas melakukannya." sinis nya.

"Hehe, Papa mah tau aja." cengir Nakula menggaruk rambut tak gatalnya.

Amelia tersenyum melihat tingkah sang anak. "Adek mandi dulu gih, Nak. Bersih bersih dulu, kan habis dari luar. Biar kumannya gak nempel di badan."

"Ah iya, Mama bener." ujar bocah itu menegakkan tubuhnya. "Nakula mandi dulu deh. Semuanya, Nakula ke atas dulu yaaa, Dadahhh."

"Langsung mandi, Dek. Jangan langsung rebahan." Amelia kembali mengingatkan.

"Iyaa siap, Ma."

"Mandi yang wangi, biar gak bauu." sahut Bima mengundang tatapan sinis dari Nakula yang sudah berada ditengah tangga.

"Enak ajaa. Aku tetep wangi ya walau gak mandi. Bang Bima tuh yang bauu, bau dugong!" sinis nya mengundang gelak tawa orang orang yang berada di ruang tengah sana.

NAKULA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang