Kelulusan baru saja selesai siang ini. Yah, selamat tinggal masa sekolahku. Aku akan merindukan teman-temanku yang akan segera pergi ke jalan mereka masing-masing. Kelulusan terkadang membuatku sedih. Mengapa harus ada perpisahan di dunia ini... Aku jadi teringat sesuatu.
Tiga bulan sejak kejadian antara Niall, Harry, dan diriku sudah berlalu. Harry terkadang masih sering menyinggung Niall mengenai masalah itu. Tapi, kurasa maksudnya hanya sebuah candaan biasa. Itulah Harry. Bocah bodoh. Hahaha, panggilan saying Niall pada Harry terdengar sangat lucu di telingaku.
Setelah ‘kematian’ Niall, sekolah berjalan seperti biasa. Mereka (para teman di sekolahnya) selalu terlihat sedih ketika salah satu ucapan mereka mulai merujuk ke arah Niall. Kalau boleh aku bilang pada mereka, ada sosok Niall tengah berdiri tegak di belakang mereka dengan senyum piciknya. Aku hanya memutar kedua mataku melihat tingkahnya yang terlihat menjengkelkan.
Hubunganku dan Niall? Ugh, aku sedikit malu untuk membicarakan ini. Semuanya baik-baik saja. Aku bisa terus bersamanya. Menghabiskan waktuku bersamanya walaupun terkadang Harry dan Lucy kesayangannya sering menggangguku dan Niall. Kuharap dia bisa cepat menemukan sesuatu yang asli.
“Kau melamun terus,”
“Hiii! Oh, Niall! Kau membuat jantungku nyaris copot!” seruku memukul Niall yang tiba-tiba muncul muncul di sebelahku yang tengah terduduk di ruangan kerja kelompokku. Tidak ada siapa-siapa di sini.
Niall tertawa lepas. “Dasar, jantungmu gak akan copot hanya karena hal seperti itu. Kalau aku menariknya baru jantungmu akan copot,” tawanya lagi.
“Uh, Niall.... ucapanmu mulai terdengar sebagai sebuah film thriller....” kuberikan secangkir teh yang dicampur susu pada Niall. Ya, minuman kesukaannya.
“Aha! Terima kasih, Yuka!” Niall terlihat sangat girang dan langsung meraih cangkir yang ada di tanganku. Menghabiskan inisnya hanya dalam beberapa tegukan. Dasar gila.
“Aku ingin bertanya padamu, Ni,” ucapku sedikit menunduk dan membuat Niall melihatku penuh tanya.
“Bertanya padaku? Ada apa? Apa aku berbuah salah? Kau kenapa?” Nial terdengar sedikit takut pada ucapanku. Kuhela nafasku dan kucium pipinya dan berhasil membuat wajahnya memerah.
“Kau nggak berbuat salah, Ni. Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu,” senyumku manis. Wajahnya semakin memerah.
“Jadi...”
“Um, waktu kita bertiga, kau, aku, dan Harry berada di pemakananmu, kau berkata padaku bahwa kau bukan Niall yang aku dan Harry kenal,” kupotong ucapanku dan kembali menundukkan kepalaku. Niall hanya mengangguk memberkan tanggapan.
“Jadi, maksudmu saat kau masih menjadi manusia ya ketika sebulan itu, kau bersikap seperti itu padaku dan Harry hanya sebuah akting belaka?” tanyaku pada Niall yang duduk di sampingku. Aku menggigit bibir bawahku menanti jawaban darinya.
Niall tertawa kecil dan mendekatkan tubuhnya padaku. “Kalau itu semua adalah sebuah akting, aku nggak bakal berkata bahwa aku mencintaimu saat ini,” ucap Niall dan membuatku terdiam. Aku tidak tahu lagi semerah apa wajahku saat ini.
“Jadi, kau benar-benar suka padaku?” aku masih sedikit memalingkan pandanganku dari Niall. Disaat seperti inilah aku kehilangan kekuatanku untuk menatap wajahnya.
“Haruskah aku menjawabnya?” Tanya Niall berbalik padaku. Tangan kirinya memegang daguku dan mengangkatnya hingga aku melihat bisa melihat wajah Niall yang terus tersenyum. Aku menggeleng memberikan respon padanya tanpa mengeluarkan kata-kata yang ada di mulutku. Aku terlalu lemah untuk berbicara.
Niall mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Jantungku berdetak sangat kencang karena aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kututup mataku dan menanti apa yang akan terjadi.
“YUKA! Makan siang – uh ah eh, maafkan aku....” aku membuka mataku dan kulihat bocah bodoh alias Harry baru saja membuka pintu ruangan ini dan langsung melesat pergi dan kembali menutup pintunya.
Benar-benar seorang pengganggu yang handal.
.
.
YOU ARE READING
Voice of The Sky
FantasyMalaikat itu nyata. Mereka bekerja pada sebuah perusahaan bernama surga yang memperkerjakan malaikat sebagai sebuah karyawan. Tugas malaikat mudah. Hanya menjemput lalu mengantar roh manusia kembali ke langit. Tapi apakah akan tetap mudah jika seora...