Chapter 8: Consequence

1.4K 33 2
                                    

Yuka’s POV

            Pandanganku mengarah langsung pada sebuah lapangan besar di luar jendela kelasku. Lantai tiga ini membuatku lebih mudah melihat keadaan di luar yang terlihat sepi. Gedung untuk siswa perempuan berseberangan dengan gedung siswa laki-laki. Kulihat segerombolan anak laki-laki sedang berolahraga. Bola. Permainan yang sangat aku benci. Aku dapat melihat Harry, Louis, Liam, Zayn dan….. Niall. Dia tersenyum padaku dari lapangan sana.

“Yuka, bisa tolong perhatikan kertas ujianmu? Sepanjang pelajaran kau hanya terus melihat ke luar. Kerjakan dulu apa yang harus kau kerjakan,” ucap seorang guru wanita yang tengan duduk di kursi guru. Kurasa dia menyadariku.

“Saya sudah selesai, bu,” kulangkahkan kakiku dari bangku dan mejaku menuju guru wanita berjas biru tua itu. Kuberikan selembar kertas berisikan dua puluh soal essai pada guru itu.

“Hm, seperti biasa. Nilai sempurna. Kau boleh pulang duluan, Yuka,” senyum guru itu padaku. Aku kembali  ke mejaku dan merapikan buku-buku yang berserakan di atas mejaku.

“Sst, Yuka! Nanti tunggu aku, ya,” Ellen berbisik padaku ketika dia sedang mengerjakan soal ujiannya.

“Ellen,” seru guru wanita itu melihat Ellen. Ellen hanya bisa langsuung kembali mengerjakan ujiannya.

“Tenang, aku tunggu di bawah,” lanjutku lalu keluar dari kelas. Lorong sekolah masih sangat sepi. Ya iyalah, toh aku orang pertama yang keluar dari dalam kelas. Bel pulang juga baru akan berbunyi sekitar lima belas menit dari sekarang. Hah, enaknya punya otak encer. Tapi….. kapan aku naik menjadi level B?! Argh! Tukarlah kepintaran otakku dari manusia menjadi malaikat! Harry, kemarin dia mendapat poin tambahan. Kekuatan khusus. Sedangkan aku? Level C selama sepuluh tahun!! S e p u l u h t a h u n! Aku harus bisa membuat malaikat level S bernama Gerald itu untuk bisa mempromosikanku!

To : S109284

From: C213946

Adakah tugas baru untuk malam ini? Aku bosan. Aku ingin mengantar banyak roh. Aku ingin menjadi rajin.

To : C213946

From: S109284

Jujur saja kau ingin aku mempromosikanmu hanya gara-gara omong kosongmu itu. Kutunggu kau di distrik 59 jam 11 malam ini. Kalau telat kubunuh kau.

            Oke, Gerald. Kali ini aku merasa ingin benar-benar membunuhmu. Aku benci omongannya yang seperti itu. Berwajah polos dengan ucapan dan nada merendahkan itu. Aku benci hal itu pada dirinya.

“Hei, sms-an sama siapa? Sama pacarmu?” tanya sebuah suara yang tibat-tiba muncul di sebelahku.

“Ni-Niall!! Kau mengangetkanku!” teriakku pada Niall yang terlihat berkeringat. Cakep. Dia hanya tertawa.

“Hahaha, maaf, maaf. Jadi itu siapa? Pacarmu, kan?” tanyanya lagi.

Wajahku mulai memerah, “ka-kau kan…. Pacarku..” ucapku malu-malu. Niall hanya tersenyum lalu mencium pipiku. Sial. Berhentilah membuat wajahku semakin memerah.

“Haaahhhh, aku benci ini! Mengapa kalian berdua bermesraan sepagi ini? Aku… iri,” Louis menghampiri kami berdua bersama Zayn. Kulihat Harry dan Liam masih terus bermain bola di sana. Harry tersenyum padaku. Kuberikan senyumku balik padanya.

“Ini jam satu siang, bodoh,” ucap Niall mengambil sebotol air mineral yang diberikan Zayn padanya.

“Terserah aku! Aku maunya ini masih pagi dan kau tidak suka, hah?” Louis mulai kembali menaikkan sebelah alisnya dan berhasil membuatnya terlihat sangat menjengkelkan. Muka Niall terlihat ingin memutul Louis hingga terpental jauh.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now