Yuka’s POV
Malaikat itu berbeda dari manusia. Tapi mereka juga sama. Sama-sama memiliki takdir tapi sama-sama juga memiliki takdir yang berbeda. Aku, Yuka, malaikat penjemput roh yang sedang berseteru dengan takdirku, takdirnya, dan takdir seorang manusia. Aku bukan Tuhan. Aku tahu itu. Aku tidak akan pernah bisa mengubah takdir. Aku juga tahu itu. Takdir. Sebuah kata penuh makna bagi seoarng malaikat. Takdir mereka adalah menjemput para roh manusia yang tidak pernah mengetahui bahwa malaikat itu bukanlah sebuah ilusi belaka. Manusia tidak akan pernah tahu jika malaikat itu hidup berdampingan dengan mereka sehari-hari hingga takdir kematian menjemput mereka. Lagi-lagi takdir. Aku bosan mendengar sebuah kata yang terdiri dari enam huruf itu.
Malaikat penjemput roh bertugas mengantarkan roh manusia yang telah mati ke surga. Tapi kadang-kadang timbul perasaan bahwa aku juga merenggut mimpi dan hidup seseorang. Malaikat merenggut smeua milik manusia. Rasa cinta, kasih sayang, kebahagiaan, cita-cita dan semua yang terpantul dari bola mata seorang manusia. Itulah yang kini aku rasakan. Sepuluh tahun menjadi malaikat penjemput roh tidak membuatku berfikir sedalam itu tentang merenggut mimpi dan hidup seseorang. Namun sekarang aku di sini. Berdiri di ujung sebuah takdir yang membuatku harus merenggut itu semua dari seseorang yang berhasil membuatku benar-benar terjatuh tak berdaya setiap bersamanya.
Aku tahu seegois apanya diriku. Berusaha menentang takdir hanya karena seorang manusia. Hal terbodoh yang pernah aku lakukan sepanjang hidupku. Aku sadar bahwa aku sudah mulai terperosok pada kehidupan dunia manusia. Ya, dunia manusia. Bukan duniaku. Kalian bayangkan jika kalian adalah seorang manusia yang suatu hari akan kehilangan orang yang kalian sayangi. Tangisan dan kesedihan tidak akan bisa pergi ketika semua hal itu terjadi. Kalian hanya bisa melihat mereka, dia, perempuan itu, laki-laki itu mati dihadapan kalian. Diam. Tak ada nafas. Tak ada gerakan. Itu hal cukup mudah. Kalian tidak perlu mengambil jiwanya. Kalian tidak perlu merasakan penderitaan mengambil nyawa manusia itu sendiri. kalian hanya menerima takdir yang telah diputuskan! Sedangkan aku? Aku melihatnya langsung. Aku melakukannya dengan kedua tanganku. Aku menahan rasa sakit yang berkecamuk di dadaku. Aku menahan air mataku agar tidak ada lagi segaris air yang mengalir deras di kedua pipiku. Aku menahan semua perasaan sedihku! Lagi-lagi takdir dan lagi-lagi takdir. Aku tidak akan pernah bisa mengubahnya walaupun aku menangis seperti anak bayi yang tidak diberikan susu, membanting semua benda di sekelilingku, melukai diriku sendiri, berteriak sekuat tenaga agar Tuhan bisa mendengarku, atau bahkan membunuh diriku sendiri. Itu mustahil! Malaikat itu itu lemah. Lemah terhadap takdir akan kematian seorang manusia. Malaikat bukan Tuhan. Kami hanya pesuruh Tuhan.
Kutuliskan beberapa paragraf pada sebuah buku bersampul hitam dengan sebuah pita putih di ujung kanan atasnya. Yah, ini buku harianku. Buku di mana semua yang aku pikirkan aku tulis dengan sebuah pena bertinta hitam. Selembar demi selembar kertas berwarna coklat pudar mulai terisi dengan kalimat-kalimat yang aku tulias hampir setiap harinya.
‘Berseteru dengan takdirku, takdirnya dan takdir seorang manusia.’ Entah mengapa aku ingin tertawa membaca ulang tulisanku ini. Tertawa akan kebodohanku yang sangat sangat dan sangat bodoh ini. Aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia ini. Menulis beberapa paragraf mengenai sebuah kata bernama ‘takdir’. Bodoh. Aku cuma malaikat level C yang bahkan tidak bisa naik level hanya gara-gara sebuah permintaan tidak jelas dari seorang malaikat level S yang bahkan tidak jelas juga. Aku memang bodoh. Bodoh. B o d o h. Aku ingin naik level. Aku tidak ingin perempuan-perempuan level A itu mengejekku dengan sebutan ‘Yuka si malaikat bodoh yang tidak pernah naik level selama sepuluh tahu’. Mengapa? Mengapa di hidupku terlalu banyak kata ‘bodoh’ berterbangan?!
Aku tersentak tiba-tiba ketika ponsel di sebelah tanganku berdering nyaring. “Yuka! Kau di mana?” teriak sebuah suara dari seberang sana yang membuatku langsung menjauhkan ponsel berwarna hitam ini dari telingaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/2038653-288-k438511.jpg)
YOU ARE READING
Voice of The Sky
FantasyMalaikat itu nyata. Mereka bekerja pada sebuah perusahaan bernama surga yang memperkerjakan malaikat sebagai sebuah karyawan. Tugas malaikat mudah. Hanya menjemput lalu mengantar roh manusia kembali ke langit. Tapi apakah akan tetap mudah jika seora...