Harry’s POV
Semuanya kembali normal. Normal seperti biasa. Aku dan Yuka. Ya, aku dan Yuka telah menjadi kembali normal dengan semua masalah bodoh yang tidak bisa dibilang bodoh juga, sih. Ugh, maaf. Kepalaku baru saja terbentur oleh dinding kamar mandi yang dingin. Kakiku terpeleset ketika akan masuk ke dalam kamar mandi. Kurasa saraf otakku sedikit terganggu hingga semua yang aku pikirkan menjadi berantakan. Maaf, hanya bercerita sedikit tentang pengalamanku.
“Hei, apa yang kau lamunkan?” sebuah suara membangunkan lamunanku. Dasar otak bodoh.
Aku menghela nafasku panjang, “nggak. Nggak apa-apa. Cuma lamunan bodohku seperti biasa.”
“Dasar cowok,” Yuka hanya melipat kedua tangannya di dadanya dan mulai memerhatikan keadaan sekitar kami. Aku rindu waktu seperti ini. Berdua di malam hari dengan seragam lengkap sebagai malaikat pengantar roh. Kemarin hari, Yuka mengajukanku sebuah permintaan. Sebuah permintaan yang membuatku terkejut setengah mati. Yuka memintaku untuk mengantar roh Niall bersamaku lusa nanti. Aku mengerti mengapa dia memintaku melakukan hal ini.
Semalaman penuh aku tidak bisa tidur memikirkan semua hal yang akan terjadi lusa nanti. Mencabut nyawa dan mengantar roh temanku sendiri ke langit. Itu hal gila! Perlahan, aku mulai menyadari dan ikut merasakan perasaan Yuka semenjak sebulan yang lalu. Melakukan pekerjaan ini dengan kedua tanganmu sendiri terhadap orang yang kau sayangi. Aku baru merasakannya. Merasakan perasaan di mana semua pikiranmu mulai kosong, jantungmu berdetak lebih cepat dan ketika jutaan perasaan takut kehilangan berkecamuk disetiap langkahmu. Aku merasakan semuanya.
“Jadi, Gerald itu orang seperti apa?” ucapku sembari membetulkan posisi dudukku di atap sebuah rumah tak berpenghuni ini.
“Berambut coklat, bermata biru, awalnya mengesalkan tetapi lama-lama dia baik juga. Yah, se-tipe denganmu,” tawanya membuat kedua matanya tertutup rapat. Aku hanya terus tersenyum menatap wajahnya tanpa bisa melakukan hal lain.
“Se-tipe denganku? Bermata biru… kurasa maksudmu se-tipe dengan Niall, kan?” godaku menarik ekor jasnya. Seketika wajahnya menjadi semerah tomat.
“Di-dia nggak se-tipe dengan Niall, kok! Mereka berbeda jauh!”
“Oh, jadi Niall masih terus berada di paling atas?” aku terus menggodanya dan membuat wajahnya semakin dan semakin merah dari sebelumnya. Dasar perempuan yang sedang dimabuk cinta. “Jujur saja padaku, Yuka. Aku bisa membaca semua pikiranku,” tawaku.
“Ya ya ya, aku tau kau memiliki kekuatan tambahan sebagai malaikat terhormat, tuan Harry keriting Styles,” Yuka kembali melipat kedua tangannya di dadanya, menaikkan sebelah alisnya dan memberikanku tatapan mengejek.
Aku berdiri dari dudukku dan ikut melipat tanganku di dadaku. “Jadi, apa maksudmu menatapku seperti itu, nona Yuka yang pernah menyukaiku hingga tujuh tahun?”
“Siapa yang menyukaimu hingga tujuh tahun, tuan Styles si pengejarku selama tujuh tahun?”
“Oh, jadi kau nggak mau mengakuinya, nona Yuka yang terus menangis sepanjang malam karena pangeran tercintanya sebentar lagi akan pergi – ah…” aku menutup mulutku yang tidak sengaja mengucapkan kata-kata yang kami anggap terlarang untuk diucapkan. Yuka hanya menundukkan kepalanya dengan ekspresinya yang tidak ingin aku lihat.
“Yuka, maaf, aku –“
“Nggak apa-apa. Aku tau kau nggak sengaja,”
“Uh, Yuka, aku –“
“Hei, kalian!” seru sebuah suara yang membuatku memotong kalimatku dan melihat ke arah Barat di mana suara itu berasal. Laki-laki dengan seragam lengkap dan mata biru menyalanya mendekati kami berdua.
YOU ARE READING
Voice of The Sky
FantasyMalaikat itu nyata. Mereka bekerja pada sebuah perusahaan bernama surga yang memperkerjakan malaikat sebagai sebuah karyawan. Tugas malaikat mudah. Hanya menjemput lalu mengantar roh manusia kembali ke langit. Tapi apakah akan tetap mudah jika seora...