OMAKE I - Harry's Diary: Black Ribbon on the Head

733 59 17
                                    

Kulangkahkan kakiku menyusuri trotoar yang tertutupi pepohonan rindang sebagai peneduh. Kuletakkan kedua tanganku di belakang kepalaku sambil bersiul menikmati siang hari yang sangat terik ini. Ah hari libur seperti ini memang sangat menyenangkan. Hiatus dengan tugas-tugas dan berpisah dengan guru killer yang selalu membuat para murid mengacungkan jari tengahnya di balik punggung guru itu (aku tidak akan menyebut siapa guru itu. Psst, aku menjaga harga diri seseorang).

            Dua buah sosok yang tak asing bagiku telah menikmati hari mereka tanpa diriku. Hanya berdua. Tanpa diriku. Diriku yang sendirian. Ah, aku merasa menjadi seorang yang selalu sendiri. Duduk di bawah pohon randu dan melihat kapas-kapas yang berjatuhan seperti salju di musim panas (ugh… aku merasa seperti makhluk astral di siang bolong).

“Jadi, kalian pergi berdua tanpa diriku?” ucapku memanyunkan bibirku dan melipat kedua tanganku di dadaku ketika kuhampiri dua orang yang tengah memakan ice cream cone mereka.

“Ha-Harry?” jawab Yuka yang terdengar kaget melihat diriku menghampirinya yang sedang bersama Niall.

“Ah, ada bocah keriting si pengganggu ulung,” sindir Niall penuh candaan sambil melipat kedua tangannya di dadanya – meniru diriku sebagai seorang peniru ulung. Kami bertiga hanya tertawa terbahak-bahak menanggapi apa yang sedang kami lakukan di tengah keramaian seperti ini.

“Oh, iya, Harry, apa yang sedang kau lakukan tengah hari seperti ini?” tanya Niall ketika kami bertiga memutuskan untuk berkeliling bersama sampai kaki kami terasa tak sanggup menopang tubuh ini. Yah, jangan anggap aku merusak kesempatan mereka berdua. Toh, memang mereka yang mengajakku, ekekek.

“Aku? Nih,” kuangkap tangan kiriku yang memegang sebuah kantong plastic berisikan buah-buahan segar. “Kakakku menyuruhku membeli beberapa buah dan aku nggak tahu untuk apa.”

“Hmm, kau sudah menjadi seorang laki-laki dewasa yang baik hati,” Yuka menyikut perutku dengan cukup kencang. Pandangan liciknya hanya membuatku memicingkan mataku dan kuacak-acak rambutnya dan seketika aura membunuhnya mulai tampak bersinar. Niall hanya terus tertawa dengan tawa khasnya. Ponsel berwarna putih miliknya berada di tangannya dengan kamera yang siap siaga memotret kejadian seperti ini. Argh, terlalu banyak foto aib kami semua.

“Hei, Niall.”

“Hm?”

“Boleh aku bertanya sesuatu?” tanyaku padanya yang masih sibuk menjilati es krim vanilla yang dia makan.

“Boleh saja. Memang ada apa?” tanyanya balik terlihat penuh pertanyaan.

“Sebenarnya, apa hubungan kakakku dengan Gerald? Aku ingat kejadian malam itu ketika Gerald membawaku dan Yuka ke rumahku dan bertemu kakakku, kakakku terlihat seperti sangat mengenalnya,” balasku yang membuat Niall menjatuhkan es krimnya karena dia tidak bisa mengontrol tawanya.

“Niall…?” tawanya tidak berhenti dan semakin membahana. Air mata mulai keluar dari kedua matanya. Ada apa ini sebenarnya?

“Niall… Sudahlah…” ucap Yuka membantuku untuk menangkannya ketika kami berdua sedikit bingung dengan apa yang terjadi padanya.

“Aduh, Harry, kau membuatku merasa seperti kehilangan perutku. Pertanyaanmu benar-benar tidak terduga,” lanjutnya masih dengan sedikit tawa kecil keluar dari mulutnya.

“Memang ada apa?”

Niall menarik nafasnya panjang dan berusaha menahan tawanya. “Baiklah, akan kujelaskan intinya saja. Mereka dulu itu berpacaran. Tapi, yah, kau tahu, kan, bahagimana sikap dingin Gerald. Kakakmu tidak betah dan akhirnya hubungan mereka berakhir,” Niall menjelaskan semuanya sambil terus tertawa yang membuatku dan Yuka hanya bisa terdiam dengan kedua mulut kami yang terbuka lebar.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now