"Rabu" [2]

687 116 7
                                    

Semalaman George mempersiapkan diri untuk keberangkatannya hari ini. Dengan koper kecil dan tas biolanya, ia sudah siap untuk berangkat menuju Roma. Namun di sisi lain, dirinya masih belum siap menuju Roma. Ia masih membayangkan kalau Lucy tidak akan datang untuk melihatnya pergi hari ini, yang berarti Lucy tidak memiliki perasaan yang George rasakan padanya.

George kembali melirik jam dindingnya. Jam 7.00 pagi. Frans menyuruhnya untuk sampai di bandara jam 9.00 pagi. Dan kira-kira membutuhkan waktu satu jam menggunakan taksi untuk sampai di bandara Stansted. Entah kenapa Frans memilih bandara yang jauh dari kota.

George menarik kopernya dan menenteng tas biolanya keluar dari rumahnya. Semoga ia tidak lama-lama meninggalkan rumah ini.

George melirik ke arah perpustakaan, apa Lucy sudah sampai? Apa Lucy akan menemuinya sebelum ia berangkat? Apa Lucy... Ahh.. terlalu banyak Lucy dipikirannya saat ini. Ia harus siap menuju Roma. Ya, siap menuju Roma.

"George? Pagi sekali kau keluar rumah dengan bawaan yang.. cukup banyak. Ada apa?" tanya Helen yang muncul entah dari mana.

"Oh, Selamat pagi Helen. Apa aku belum bilang padamu kalau aku akan belajar di Roma mulai saat ini?"

Helen mengangkat kedua alisnya. "Kau belum bilang padaku.. kenapa tiba-tiba?"

Benarkah George belum bercerita pada Helen? "Saat perlombaan kemarin, salah satu juri menawariku untuk belajar di sekolah musiknya di Roma. Karena ini kesempatan yang luar biasa, tentu aku menerimanya."

"Bagaimana dengan.. Lucy? Kau meninggalkannya?"

George tersenyum mendengarnya. Lucy. "Tidak, tentu aku tidak akan meninggalkannya. Mungkin Lucy yang akan meninggalkanku."

Kedua alis Helen semakin terangkat. "Maksudmu?"

"Kemarin, aku meminta Lucy melakukan sesuatu. Jika dia datang melihatku berangkat menuju Roma.. berarti dia memiliki perasaan yang sama sepertiku. Jika tidak, berarti.. ya tidak."

"Hhhmm.. kau masih keras kepala seperti biasanya, George." Helen mendesah.

George mengangkat bahunya. "Cepat atau lambat, aku harus tahu perasaan Lucy terhadapku. Dan, sungguh.. aku menyukainya."

"Aku yakin Lucy menyukaimu juga." Helen melambaikan tangannya. "Kalau begitu semoga berhasil, George. Cepatlah kembali jika Lucy menyukaimu juga. Ku dengar tetangganya mengutarakan perasaannya pada Lucy."

"Aku tahu, kemarin Lucy juga menceritakannya padaku."

Helen kembali mendesah. "Baiklah.. aku tidak bisa bilang apa-apa lagi. Semoga kau sehat-sehat saja di Roma, George."

"Terima kasih Helen. Titip salamku pada Lucy jika dia tidak datang melihatku, oke?"

Helen mengangkat kedua ibu jarinya. "Tentu, sampai jumpa. Tolong jangan lupakan aku."

George tertawa. "Tentu, tidak akan. Baiklah, selamat tinggal." George berjalan menuju tempat pemberhentian taksi. Apa ia memang terlalu keras kepala?

*****

Lucy masih terduduk di bangku taman apartemennya, melihat Bibi Em yang menyirami bunga yang sudah mekar. Kira-kira sudah 20 kali Bibi Em melirik kearah Lucy selama 10 menit ini.

"Ada apa Bibi? Kau dari tadi melirikku."

Bibi Em kembali melirik kearah Lucy. "Masih jam 7.15 pagi loh.. tumben sepertinya kau sudah siap berangkat kerja."

"Ayolah Bibi.. aku tidak mau terlambat. Itu saja.."

Bibi Em mengangkat kedua bahunya. "Jadi, kapan kau berangkat?"

[✓] I Love You in 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang