George bangun lebih awal bahkan sebelum alarmnya sempat berdering. Semangatnya untuk berkumpul dengan rekan Orkestra hari ini membuatnya susah tidur.
George sedikit berlari ke dapur untuk membuat sarapan. Dengan gesit ia membuat Omelet yang sering dibuatnya hampir setiap pagi, karena memang George menginginkan nasi untuk sarapannya. Bahkan George merasa dirinya sebagai pembuat Omelet terenak di keluarganya.
Sesaat George berhenti karena mengingat keluarganya. Orangtua dan adiknya tinggal di Indonesia karena urusan pekerjaan. Ayahnya merupakan manager salah satu produk makanan yang terkenal di beberapa negara. Meninggalkan George saat ia berumur 18 tahun. George mulai tinggal di London saat ia berusia 15 tahun, wow.. 8 tahun sudah ia tinggal di kota ini, pikirnya.
Setelah Omelet yang dibuatnya selesai dimakan, George melirik jam yang ditempel di dinding ruang tengah. Masih jam 7.45, katanya dalam hati.
Sambil merapikan piring kotor yang dipakainya saat makan tadi, George melirik ke jendela tempat ia bermain biola kemarin, mungkin saja melihat Lucy sedang membersihkan jendela seperti kemarin. Namun Lucy tidak ada, masih terlalu pagi pikirnya. Sesaat ia tersadar, dari kemarin ia memikirkan Lucy. Membuat dadanya seperti ada yang mengganjal saat ia mengingat Lucy. George seperti tertarik pada wanita itu, namun di saat yang bersamaan ia teringat seseorang yang dulu pernah berada di sampingnya. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci piring-piring itu. Sambil sesekali melirik ke arah jendela.
Dia kembali menuju ruang tengah, menyalakan Televisi yang ada di sana. Mulai dari berita, ramalan cuaca dan yang lainnya yang ia lihat. Saat ia melirik jam lagi, masih pukul 8.00, entah kenapa George merasa waktu lebih lambat dari biasanya.
Akhirnya ia mengambil biola miliknya yang disimpan di atas meja sebelah sofa, berangkat lebih awal mungkin lebih baik, pikirnya. George keluar rumah lalu mengunci pintu dan berjalan menuju tempat pemberhentian bus.
Langkahnya terhenti saat ia melihat Lucy berjalan ke arah perpustakaan sambil melihat jam yang melingkar di tangannya, tiba-tiba senyum George mengembang, dadanya serasa lebih ringan entah kenapa. Iapun berjalan ke arah Lucy.
"Lucy!!" Sahut George terdengar riang, bahkan dia sendiri tidak sadar kalau suaranya terdengar riang.
Lucy mengangkat wajahnya lalu tersenyum kearah George, membalas lambaian tangan George, "Hai George, selamat pagi!" Balas Lucy semangat.
George melirik jamnya. Hanya perlu 2 menit untuk menyapa Lucy lalu berangkat, pikir George. Ia berada di depan Lucy sekarang, "Terlambat?" tanya George pada Lucy.
Lucy tertawa pelan, "Yah.. tidurku kemarin terlalu malam. Biasalah.. omongan sebelum tidur," jawabnya.
"Omongan sebelum tidur? Dengan tetanggamu?" tanya George.
Lucy mengangguk, "Yaa.. aku tinggal di apartemen kecil, 4 kamar saja. Jadi.. terasa seperti keluarga sendiri," jawabnya, lalu arah mata Lucy tertuju kearah biola yang di bawa George. "Oh, aku baru ingat.. mau ke tempat perkumpulan Orkestra?" tanyanya.
George mengangguk. "Yah.. tepatnya jam 8.30, mungkin hanya 20 menit perjalanan dengan bus," jawabnya.
Lucy mengangguk mengerti. "Hari pertama ya?" tanya Lucy.
"Ia, setelah 2 tahun berusaha.. akhirnya aku bisa mengikuti lomba solo."
"Oh yaa?" kata Lucy terdengar kagum, "kau berada di Orkestra mana?"
"Monecy Orkestra, sudah 5 tahun aku disana," kata George, sambil tersenyum geli. Entah kenapa.
"Oh yaa?" kata Lucy lagi, dengan matanya yang bercahaya. "Bukankah Orkestra itu terkenal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] I Love You in 10 Days
RomanceCerita antara Luciana Nicole dan George Louise ini sangat berbeda. Hanya dalam 10 Hari.. Apa yang terjadi dalam 10 hari itu? Ada pertemuan, kenyamanan, rasa, kesalah pahaman, penyelesaian, kebingungan, keputusasaan, pilihan, keraguan, dan keputusan...