"Minggu"

702 113 6
                                    


"Selamat pagi Lucy!" Sahut Bibi Em saat ia baru keluar dari apartemennya. Lucy bangun terlalu pagi di hari minggu yang santai ini, atau sebenarnya dia memang tidak bisa tidur malam ini.

Dia masih mengingat kejadian kemarin saat di Royal Albert Hall. Yang entah kenapa membuatnya sulit tidur karena.. dia tidak mengerti dan jika ia mengerti.. ia takut dia tidak ingin mengerti.

Dia masih mengingat tatapan George padanya semalam. Masih mengingat suasana dan perasaan hatinya malam itu.

Salah satu juri menanyakan sesuatu pada George. "George. Lagu buatanmu sangat hangat. Ku tebak kau memikirkan seseorang saat membuat lagu ini."

Lucy melihat George mengangguk. Lucy benar-benar yakin, kalau lagu yang baru saja dimainkan oleh George adalah lagu yang George mainkan untuk dirinya saat ia dan George berada di dalam London Eye.

 Dan inilah pernyataan yang menurut Lucy gila. "Saya yakin 100% kalau kau menyukai orang itu."

Lucy menatap George lekat-lekat. Entah kenapa Lucy merasa tegang seketika. Disampingnya, Jake berbisik padanya. "Kau kenapa?"

Lucy menggeleng keras untuk menjawabnya. Ia ingin mendengar apa kata George.

Karena George terdengar tidak menjawab, juri itu kembali bertanya. "Apa orang itu ada di sini?"

George mengalihkan pandangannya. Seketika matanya dengan George beradu. Seperti ada sengatan listrik yang mengejutkan jantung Lucy saat itu, tiba-tiba jantung Lucy serasa ingin meledak. Ia menelan ludahnya, dan mendengar George menjawab, "Dia ada di sini."

Juri itu terlihat tersenyum. Dan beberapa penonton mendesah kagum. "Saya yakin, orang itu benar-benar beruntung. Karena kau, benar-benar mencintainya."

Apa benar itu cinta? Apa benar kalau George.. mencintainya? Jika memang benar.. apakah, perasaan George pada Lucy itu.. sama dengan perasaannya pada George?

"Lucy?" Kesadaran Lucy kembali padanya saat Bibi Em duduk disampingnya.

"Eh? Selamat pagi Bibi! Maaf aku melamun." Lucy bergeser sedikit untuk memberi tempat untuk Bibi Em duduk lebih luas.

"Kau kenapa? Apa kau sakit? Semalam kau ingin cepat-cepat pulang, padahal pengumuman pemenang belum diumumkan."

Lucy mencoba tersenyum menjawabnya, "Aku lelah Bibi Em, habis jalan-jalan dengan George sebelumnya."

Bibi Em mengangkat kedua alisnya. "Kau jalan-jalan dengannya? Kau tidak memberi tahuku!"

Lucy tertawa melihat ekspresi Bibi Em yang terkejut. "Oh ayolah Bibi Em. Saat George ke apartemenku dan aku pergi menemuinya! Itu saat aku jalan-jalan dengannya."

"Ku kira kalian berdua berkelahi? Ternyata akur-akur saja."

"Memang sebelumnya—"

Sebelum Lucy menyelesaikan kalimatnya, Jake keluar dari apartemennya. Dengan senyuman hangat yang luar biasa, "Hei, selamat pagi Bibi Em, Lucy."

Bibi Em memalingkan tatapannya pada Jake dari Lucy, "Oh Jake.. Selamat pagi.. tumben sepagi ini kau sudah rapi.. ke kantor?"

Jake melihat baju yang ia kenakan, lalu kembali menatap Bibi Em. "Sebenarnya hari ini aku dan Emily perlu berbelanja, dan Emily masih ada di dalam."

Lucy ikut berdiri dari duduknya, ia mengingat stok sabunnya sudah habis. "Hei! Boleh aku ikut? Sabunku juga sudah habis," kata Lucy semangat.

Jake tersenyum cerah ke arah Lucy, "Tentu!" Jake mengangguk tegas, lalu melihat ke dalam pintu apartemen miliknya. "Emily? Kau masih lama?"

[✓] I Love You in 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang