" Lia, aku dan hujan tidak jauh berbeda"
" Kenapa?
"Karena hadirku hanya sekedar perantara agar bisa bertemu pelangi"
"Bukankah, banyak orang yang suka hujan?"
Begitu polos wajah kekasih hatinya itu bertanya. Wira kembali menatap sendu jalanan kota...
Sebelum baca jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar ya.
Jangan jadi silence readers Satu vote dan coment kalian sangat berarti
Jadi mohon hargai karya kami dengan menekan tanda bintang dan memberi kritik dan saran
Happy Reading ☺️
*
*
*
*
*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan tak pernah mengeluh Walau ia selalu jatuh. Begitupun dengan mendung yang tak pernah bosan untuk datang.
Walau terang yang dinginkan
*****
Pagi itu dirumah keluarga Aulia tampak lengang seperti biasa. Rumah besar yang terlihat sangat luas dengan sepasang suami istri, dua orang anak, dua ART, satu satpam dan seorang asisten rumah tangga.
Sebenarnya dirumah ini juga di isi oleh kakek dan nenek dari sebelah ibu yang sudah lama meninggal dunia. Terutama sang kakek yang sangat mencintai kedua cucu perempuan nya itu harus meninggalkan duka mendalam untuk mereka sebab sang kakek yang meninggal karena kanker yang menyiksa dirinya selama setengah tahun. Kakek tercinta mereka itu bernama Fildan Adil Wicaksana.
Tak ada yang menyangka bahwa jika hari itu adalah hari terakhir mereka bersama sang kakek. Kakek Fildan yang terkenal penyayang dan ceria di depan kedua cucunya rupanya menyimpan penyakit yang berhasil menggerogoti nyawa nya.
Kakek saat itu sedang asyik bermain bersama kedua cucunya Allea dan Aulia di halaman rumah, tiba-tiba saja kakek jatuh tersungkur. Tampak raut wajah sang kakek meregang menahan sakit yang tak tertahankan di bagian perut. Saat itu pula Aulia meraung meminta tolong yang langsung disambut oleh ART mereka. Kakek mereka yang berusia enam puluh delapan tahun tersebut langsung dilarikan kerumah sakit. Sang kakek menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setelah dirinya menyerah berjuang melawan kanker nya yang sudah menginjak stadium dua.
*****
Pukul 18.00 bel rumah Aulia berbunyi. Mengetahui indetitas tamu yang datang, gadis itu bergegas berlari menuruni anak tangga menuju pintu depan, "kalian nggak masuk dulu?" ajak Aulia menebar senyum.