" Lia, aku dan hujan tidak jauh berbeda"
" Kenapa?
"Karena hadirku hanya sekedar perantara agar bisa bertemu pelangi"
"Bukankah, banyak orang yang suka hujan?"
Begitu polos wajah kekasih hatinya itu bertanya. Wira kembali menatap sendu jalanan kota...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka selalu mengatakan, "Lihat, dia begitu beruntung mendapatkan cinta dan kasih dari kedua orangtuanya, Tanpa harus terbagi dengan saudara-saudara nya." Tanpa mereka tahu ada banyak sendu di belakangku.
"Mahawira Mahesa"
*****
Terdengar suara ponsel bergetar dari saku jas milik Andra. Sebuah pesan singkat yang ternyata dikirim oleh Wira, "sorry Yud, Gue Balik dulu tanpa pamit ke Lo. Gue ada urusan mendadak. Oh ya, gue nggak marah sama Lo, jadi nggak usah Lo pikirin."
"Siapa?" Selidik Rafa.
"Wira. Kek nya dia udah balik deh," terang Andra.
"Lah? Seriusan?" Tanya Farel.
"Hmmm," jawab Andra lemah.
"Kebiasaan memang tu anak. Nggak jelas!!" Kesal Farel.
"Temen Lo tuh!" Lanjut Andra.
"Temen Lo juga setan!" Balas Farel.
"Bisa nggak sih tu anak kita tuker sama bemper mobil gue?" Seruduk Rafa yang disambut tawa receh yang lain.
"Temen berharga Lo mau Lo tukar tambah sama bemper mobil?" Balas Sesil.
"Mending bawa ke pengadaian, keknya dapet emas batangan deh," jokes Tasya tak mau kalah.
"Kalian pernah mikir nggak sih. Kita udah temenan selama ini, nggak pernah sekalipun dia ngajakin kita ke rumahnya. Padahal nih ya, hampir tiap hari dia nongki di rumah kita semua," sambung Farel.
"Iya bener. Wira selalu ngalihin pembicaraan kalo kita lagi bahas rumah dan keluarga nya," sambung Rafa.
"Makanya gue mau bawa dia ke pengadaian. Biar nggak bikin pusing," Tasya menimpali.