ARAKA - 8

178 46 41
                                    

Sebelum baca ada baiknya, pencet bintang yang ada dipojok kiri bawah terlebih dahulu...

Happy Reading❤️

Nayyara menyandarkan punggungnya ke sandaran bangkunya. Ia menatap kearah muka pintu, dengan tatapan kosongnya. Saat ini perasaannya sedang berkecamuk, pikirannya tertuju pada foto yang ia lihat dua hari yang lalu.

Siapa gadis itu? batin Nayyara terus bertanya-tanya.

"Heyoo.. ngapain lo ngelamun," Nayyara tersentak saat mendengar suara Ghea yg muncul dari arah belakang.

"Gak kok." elak Nayyara.

Ghea mendaratkan bokongnya di bangkunya yang tepat berada disebelah Nayyara. "Lo kenapa? Aneh banget pagi-pagi udah ngelamun aja, ntar kesambet bahaya beb." ujarnya.

"Gak kok. Gue cuman ngantuk doang sih ini,"

"Yakin?"

"He'em.."

"Kalau ada apa-apa, jangan lupa cerita ke kita. Kita sahabat lo, kita bakal bantu lo biar semuanya baik-baik aja." Ghea mengusap punggung sahabatnya. "Semangat terus cantik!!"

Nayyara tersenyum kecil, seraya menganggukkan kepalanya. "Makasih, ghe." ujarnya.

"Lu mah, kek yang sama siapa aja!!" Sahut Ghea yg kali ini sibuk dengan ponselnya.

"Hehe..."

Arisa berlalu memasuki kelas dengan nafas ngos-ngosan, disusul oleh cowok yang setau mereka bernama Gibran dibelakangnya. Saat ini kelas mereka sedang jamkos, membuat seisi kelas pada minggat dari kelas. Bahkan saat ini, hanya ada mereka-mereka saja.

"Ampun deh gib," pekik Arisa saat Gibran mengukungnya. Pilihannya berlari ke arah pojok belakang kelas adalah kesalahan besar. Ia terlalu panik sampai lupa, kalau tadi ia berlari ke arah kedua sahabatnya itu pasti akan lebih aman.

"Ganti rugi!!"

"Anjirlah, gue gak sengaja tadi. Masa iya harus ganti sih," protes Arisa.

"Gue gak peduli!!" Tekan Gibran.

"Gue gak mau ganti. Lagian gue gak ngerasa salah tuh!!"

"Bangsat emang nih cewek," geram Gibran. Raut wajahnya terlihat emosi.

Nayyara yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya, spontan berdiri saat mendengar pria itu mengumpat kepada sahabatnya.

Nayyara menyilangkan tangannya di depan dada, gadis itu menatap Gibran sengit. "Bisa gak usah kasar gak?"

Tatapan Gibran beralih menatap Nayyara dengan memasang senyum mengejek.

"Oh jadi ini yang namanya Nayyara. Cantik juga, tapi sayang tapi pastinya cuman jadi bahan pelampiasannya Arka aja." Gibran mengatakan itu dengan nada mengejek.

"Ucapan lo dijaga. Gak usah sok tau!!" Nayyara mengatakannya dengan tenang.

"Mau-maunya aja lo jadi peran pengganti sementara peran utama gak ada. Gak laku lo ya??" Gibran semakin menjadi-jadi saja.

"Kurang ajar lo," tangan Nayyara rasanya gatal sekali, ingin menampar keras rahang pria itu. Namun urung, ia tidak mau tangannya menjadi kotor jika bersentuhan dengan pria itu.

"Anjing lo," umpat Ghea.

"Huh, gak terima?" Gibran terkekeh seolah ada yang lucu. Ini gilaaa...

Darah Nayyara dibuat mendidih oleh pria itu. Maksudnya apaan banget ngomong kaya gitu, sok tau banget.

"Sotoy banget jadi cowok, tau apa lo tentang cowok gue??" Desis Nayyara.

ARAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang