makam

2.6K 235 8
                                    

•••

"Eomma, mau kemana?"

Jinho muncul, anak lelaki itu mengintip apa yang sedang Ibunya lakukan, Jaehyun sudah berpakaian rapi, dengan sebucket bunga mawar putih diatas meja.

apa Ibunya akan melamar seorang gadis atau mungkin janda beranak 2?

"kenapa ada bunga juga, buat siapa?" tanya Jinho terus terusan, walau pertanyaanya belum di jawab oleh Jaehyun.

lelaki manis itu, tersenyum kepada si sulung yang kebingungan "ingin ikut tidak?"

alis Jinho menyatu "kemana? ini kan weekend? tumben sekali jalan jalan" tidak biasanya, padahal setiap hari libur mereka jarang sekali jalan jalan, mungkin karena anggota keluarga yang banyak, dan sang Ibu yang terus terusan menolak, mereka jadi jarang jalan keluar bersama.

"ke pemakaman" jawab Jaehyun.

wajah anak lelaki itu berubah, ekspresinya menandakan bahwa ia benar benar kebingungan, pemakaman? untuk apa.

apa Appa nya tiba tiba di kubur hidup hidup, sehingga Jaehyun yang biasanya jarang keluar, sekalinya keluar malah menyempatkan diri untuk pergi ke pemakaman.

Jaehyun mengerti, jika si sulung kebingungan dengan ucapannya barusan, Jaehyun memang benar benar akan ke pemakaman, Jeno juga sudah berjanji padanya agar lelaki itu mengizinkannya untuk berkunjung mendatangi pemakaman Miyeon, sudah beberapa tahun lamanya Jaehyun tak mengunjungi, istrinya? entahlah Miyeon dan dia sama sama belum bercerai, mungkin almarhum Miyeon masih pantas menyandang sebagai istrinya.

masih terselip rasa rindu, walau tak adalagi perasaan lain ketika menginggat wanita itu, Jaehyun sudah mengikhlaskan istrinya.

kini ia fokuskan diri untuk mengurus kehidupan barunya, setidaknya kini ia tak terlalu terbebani seperti saat saat terpuruknya, Jaehyun merasa di pihak yang salah, setiap langkah yang ia ambil selalu salah.

kini pria itu sudah benar benar berubah, dan menjadi orang sebaik baiknya.

"bertemu halmeonie."

"hah?"

Jaehyun tertawa mendapati ekspresi Jinho yang terkejut, Halmeonie ya. Jaehyun juga terkekeh, andai saja Jeno menikah bukan dengan dirinya, pria itu sudah memiliki anak yang banyak karena hormonnya, lalu anak anak Jeno akan memanggil dirinya dengan sebutan Haraboji, bukannya Eomma!

Jaehyun menggelengkan kepala, menyadarkan dirinya.

ah, sudah lewat. Jaehyun tidak mau berandai andai, dia sudah bahagia saat ini. jangan berharap sesuatu yang mustahil, kini anak anak Jeno adalah anak anaknnya juga, jadi tidak perlu menyesal, karena Jaehyun menyayangi mereka.

"jadi mau ikut tidak?" tawar Jaehyun.

Jinho berfikir cukup lama, Jaehyun yang menunggunya pun sedikit dongkol, menunggu hampir 15 menit jawaban dari Jinho, yang pada akhirnya anak itu menyetujui.

Jinho juga mengajak Geno, bocah 16 tahun itu kini sibuk memeganggi bucket bunga yang dibawa sang Ibu.

mereka sudah sampai di pemakaman, Jinho dan Geno menatap tempat yang begitu luas ini diisi oleh banyak sekali makam, kedua anak laki laki itu mengikuti Jaehyun yang sudah berjalan duluan.

mereka kira, akan pergi ketempat penyimpanan abu, ternyata nenek mereka di kuburkan disini.

"hyung, lihat Eomma!" Geno menunjuk kearah Jaehyun dengan dagunya, ia tidak berani menunjuk saja sini dengan jarinya, Jinho bilang jarinya akan menghitam jika menunjuk sembarangan di pemakaman.

pria tampan itu lantas mengikut arah pandang sang adik, terlihat Jaehyun berhenti di salah satu makam, lalu pria itu berjongkok dan mengelus elus nisan tersebut.

Jinho bergegas untuk melihatnya, disusul oleh Geno. adik dan kakak itu berdiri dibelakang sang Ibu sembari menatapi makam tersebut, Jinho melihat tanggal kematian yang terpampang pada nisan, sudah sangat lama, neneknya meninggal di tahun yang sama dengan tahun kelahirannya.

Pria muda itu lantas berfikir, apa yang menjadi penyebab kematian dari neneknya, apakah neneknya meninggal karena sakit?

lalu, dimana putri kandung Jaehyun di makamkan, bukankah Jaehyun memiliki seorang anak perempuan, adik dari Jeno.

Jinho hanya tau masa kelam yang di lalu Jeno dan Jaehyun beberapa saja, namun untuk kedua hal ini, Jinho sama sekali tidak tau.

Ayahnya tak pernah mau membahas, bahkan menyinggung soalan ini pun tidak.

"Geno-  Jaehyun menoleh pada remaja laki laki yang sedari tadi hanya diam, memeluk bucket bunga di tangannya, Jaehyun meminta bucket bunga itu, untuk di letakkan di atas makam sang Istri.

Geno tersenyum dan memberikan bucketnya "ini Eomma."

"terimakasih" pria itu meletakkanya, pada nisan.

setelahnya Jaehyun bangkit, sudah waktunya pulang, yang terpenting kini ia sudah singgah, Geno dan Jinho pun untuk pertama kalinya datang kesini, walau kedua anak lelaki itu sama sekali tidak berbicara apapun, pasti dalam hati keduanya, banyak sekali pertanyaan yang ingin dibicarakan.

♨♨♨

beranjak pulang setelah dari pemakaman, Jaehyun menyempatkan diri untuk pergi belanja, stok barang di rumah sudah menipis, anggota keluarganya yang banyak begitu cepat membuat stok makanan yang ia beli habis dalam sekejap.

belum lagi kedua anak lelaki yang kini mengekorinya, menghabiskan chiki setiap hari tanpa henti.

dan kini kesempatan emas untuk Geno dan Jinho, memasukkan makanan ringan kesukaan mereka kedalam troli belanja, Jaehyun yang melihat kedua remaja tinggi tersebut memasukkan chiki kedalam troli sehingga belanjaan mereka yang mendominasi hanya menghela nafas.

di nasihati pun sepertinya sudah tidak mempan lagi, keduanya benar benar nakal.

"Jinho, Geno!" peringat Jaehyun, saat keduanya hendak pergi lagi mencari cari makanan.

Jinho menggaruk kepalanya, sambil tersenyum sementara Geno memberikan senyuman lima jari.

setelah belanja bulanan terjalankan, sudah saat nya mereka pulang, Jaehyun sudah meninggalkan bayi bulatnya cukup lama, pasti Junwoo kelelahan mengurus Areon.

sementara Geno dan Jinho, sudah terdampar di kursi mobil belakang, kini Jaehyun menyetir sendiri sambil sesekali mengecek kedua putranya dari kaca depan, bahkan saat tidur pun keduanya memeluk chiki.

Jaehyun menggelengkan kepala, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, handphonenya terus berdering sejak tadi, tapi tidak ada satupun panggilan yang ia jawab.

karena yang menelpon nya ialah Jeno, pria itu sudah menyepam telpon nya hingga 15 kali, Jeno ini benar benar.

sudah sangat hafal jika lelaki itu sudah menelpon nya terus terusan, pasti Jeno akan menanyakan sekarang ia ada dimana, kapan kembali? jika tidak dijawab ya pasti lelaki tersebut akan marah.

"astaga Lee Jeno, benar benar" gumam Jaehyun, kepalanya jadi sakit mendengar dering ponsel yang tidak ada jedanya.

"posesif aneh, aku akan mematikan deringnya, jika dia marah nanti. tidak akan ada jatah" balas Jaehyun sungguh sungguh, ia geram. lelaki itu kenapaa?

♨♨♨



Brother | NohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang