kelewat posesif

4.5K 273 25
                                    

huhahuha.

♨♨♨

"Eomma!" Junwoo dan Evelyn keluar dari rumah, ketika mendengar suara mobil yang sudah terparkir di dalam garasi, lalu munculah kedua remaja lelaki dibelakangnya, tengah mengangkuti barang belanjaan yang begitu banyak dengan wajah masam.

Junwoo menatap sang Ibu yang tersenyum, lalu lelaki manis itu menggeser tubuh ketika sang Ayah yang berada di belakang, melangkah maju untuk menghampiri Jaehyun.

luntur sudah senyum Jaehyun, ketika Jeno muncul di hadapan dengan ekspresi seperti itu.

"lama sekali, kau darimana?" tanyanya dengan pandangan curiga, menatap Jaehyun dengan tatapan menginterogasi.

Junwoo hanya memandang kedua orangtuanya, dia sulit menghadapi Jeno yang sedari tadi terlihat kesal karena panggilan telponnya tidak di angkat oleh Jaehyun.

lagi pula untuk apa Jeno terlalu khawatir, pastinya Jaehyun sudah meminta izin terlebih dahulu pada lelaki itu jika akan pergi, mustahil sang Ibu keluar tanpa izin dari ayahnya.

menurut Junwoo, ayahnya sudah sangat over posessif, tidakkah Jaehyun risih. masih segar dalam ingatan fakta bahwa Jaehyun adalah ayah dari Jeno, terbukti jika Jeno memang aneh.

sayangnya justru karena keduanya, dia terlahir. walau dalam hati Junwoo masih sedikit tidak menyukai hal itu, dia juga menjauhi sang Ayah.

"kalian berempat masuk terlebih dahulu oke" tutur Jaehyun, menyuruh untuk ke empat anaknya masuk, selagi ia menghadapi anjing besar di depannya ini.

Geno melirik sang Ayah dengan tatapan kesal, pasti Ibunya akan di monopoli.

kedua anak lelaki itu melewati kedua orangtuanya, sambil menenteng banyak barang di tangannya, tidak ada rasa belas kasihan Jeno untuk sekedar membantu kedua putranya itu, si April justru fokus pada Jaehyun yang berjanji akan pulang sehabis dari pemakaman.

"Geno, bahan makanannya di susun, jangan di berantakkan!" peringat Jaehyun.

ke empat anak itu sudah masuk kedalam rumah dan kini sisa mereka berdua saja, berdiri di teras, Jaehyun membalas tatapan sengit itu.

"ada apa Jeno?" tanya Jaehyun.

Jeno memandang Jaehyun "kau ingkar janji, kau tau aku tak suka jika ada yang mengingkari janji" suara Jeno memelan, dan sedikit di tekankan.

yang lebih tua menghela nafas "aku hanya belanja Jeno, lagi pula Jinho dan Geno ikut, memang mau kemana aku sampai kau mencurigai seperti itu" balas Jaehyun.

"kau bisa saja pergi kemana pun kau mau, agar terbebas dari ku kan?"

apa apaan pria ini, Jaehyun tidak habis fikir. selama ini Jaehyun bertahan dengan Jeno belasan tahun, apakah ia berniat untuk kabur begitu saja.

jika ia kabur, sudah di lakukan sejak dulu, tidak mungkin mereka akan memiliki anak sebanyak ini, jika Jaehyun tidak suka pada Jeno, entahlah Jaehyun sudah lelah harus mengerti pada sikap Jeno yang benar benar tidak pernah menghargainya.

"terserah Jeno, kau selalu curiga terus. kau pikir aku akan meninggalkan putra dan putriku, sialan" umpatnya.

Jeno menelan ludahnya, rahangnya mengetat.

kedua manik elang itu memperhatikan, obsidian coklat yang menatapnya dengan tantangan.

Jeno memegang pergelangan tangan Jaehyun, lalu diletakkanya kepalan tangan itu di pipinya "pukul saja, aku tau kau lelah padaku, berikan disini" tetapi Jaehyun hanya diam saja.

"dibanding kau melukaiku di sini--- Jeno memegang dadanya sendiri, "lebih baik kau lampiaskan disini" ujar Jeno mengarahkan pada wajahnya yang siap untuk dijadikan pelampiasan kekesalan Jaehyun.

Jaehyun menarik tangannya, terlepas dari genggaman tangan Jeno "terlambat, semuanya sudah hancur Jeno. tidak akan ada yang berubah jika aku memukulmu."

"jangan bertingkah kekanakkan! jangan seolah olah aku akan pergi darimu, aku sadar diri sejauh apapun aku pergi, aku tetap milikkmu!"

bertengkar lagi.

sepertinya susah untuk mereka hidup berdamai, Jaehyun pikir ini adalah karma, mereka bertengkar terus akibat hubungan yang salah ini, padahal nyatanya keduanya bertengkar karena sikap masing masing yang tak mau mengalah, dan tidak tegas.

Jinho menatap sang Ibu yang melewati dirinya begitu saja, anak lelaki itu mengintip dari tempatnya berdiri, terlihat sang ayah masih berdiri di teras, tak sengaja mendengar ada keributan kecil disana.

lalu di akhiri dari kemarahan Jaehyun.

rumit sekali, kehidupan percintaan mereka berdua.

lantas bagaimana kisahnya dengan Junwoo? apa akan seperti ini juga, belum lagi Geno pun tertarik pada Junwoo, mereka selalu berdebat memperebutkan Junwoo, padahal mereka tau perilaku mereka justru bukannya membuat Junwoo senang malah membuat lelaki manis itu sakit.

walau pada akhirnya, Jinho tau Jaehyun luluh pada Jeno, mungkin karena kehadiran dirinya dulu, Jaehyun spesial. hal itu bisa membantu hubungan mereka saling beraut, namun Jinho bingung lantas ia harus memulai dari mana untuk mendapatkan Junwoo.

haruskah ia berlaku gila seperti yang Jeno lakukan.

Jinho menggeleng "aku tidak bisa menyakitinya" gumamnya, "Jinho?" remaja 18 tahun itu mengangkat kepala, menyadari bahwa sang Ayah kini menatap kearahnya.

"ada apa?" tanya Jeno.

Jinho tergagap, lalu anak itu menggeleng "tidak ada apa apa Appa, hehe" Jinho menyengir.

"jaga adik adikmu, Appa akan membujuk Eomma terlebih dahulu, jika Areon menangis bawa ke kamar kami" titah Jeno, si sulung mengangguk, Jeno berlalu untuk menyusul Jaehyun.

♨♨♨

konflik kecil kecil dulu. ayey.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brother | NohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang