Pagi-pagi lelaki paruh baya itu sudah duduk bersila mengelus kepala kucing yang ashel bawa dengan semangkuk makanan kucing dan vitamin yang dirinya beli tadi malam.
Meski belum terlalu kuat, kucing itu nampak suka meringkuk di dekat kaki nya.
"Hari ini kita pulang pih?" Tanya mami anin yang sedang menata meja makan saat seorang pegawai hotel membawakan beberapa makanan yang mereka pesan.
"Hmm, iya. Ashel gimana?"
"Lagi tidur, tadi malem barang-barangnya udah mami siap-siapin dalam koper."
Wanita itu mengikat rambutnya agak acak, namun tidak mengurangi cantiknya.
Papi tersenyum "nanti kucing nya kita bawa pulang ya?"
"Memang boleh?"
"Ya aku bisa urus semua kok, kemarin dipeluk ashel tuh langka banget."
Lelaki itu benar-benar merindukan putrinya yang periang, bukannya yang suka marah dan gak mau diajak berbaur lagi. Lagipula pasti dia kesepian banget selama dua tahun lebih ini tanpa orang tua. jadi kucing hitam itu bisa menemani ashel ketika mereka ada kerjaan mendadak lagi.
"Terserah papi sih, mami ikut aja."
Sore nya mereka sekeluarga sudah siap untuk pulang ke tanah air, liburan selama hampir seminggu sudah membuat ashel terlihat senang, walau ia agak tsundere dan bersikap biasa saja di depan orang tuanya.
"Pake jaket itu kancingnya yang bener," ucap papi sambil membenarkan jaket ashel.
Sementara mami menggendong aca yang lagi tidur.
Gadis itu benar-benar mengantuk ia tidak banyak bicara selama dari perjalanan dari hotel ke bandara.
Matanya sedikit mengingat momen di sebuah tempat yang kemarin cukup membuat jantungnya berpacu ribuan kali, ia melihat nama kota yang bertuliskan Daisen (大仙市 Daisen-shi) adalah kota yang terletak di Prefektur Akita, Jepang.
Namun yang membuatnya terkejut adalah tidak adanya sebuah kedai yang kemarin berhadapan langsung dengan kuil tua itu.
"Papi.."
"Apa sayang?"
"Papi udah kesini kan?"
Papi nya mengangguk.
"Di depan kuil itu emang gak ada toko tempat orang jualan mainan?"
"Gak ada cel, disitu cuman ada lahan kosong dan belum dibangun apa-apa."
"Hah? Emang dulunya lahan kosong itu bekas apa?"
Papi bobi santai memakan biskuit di tangannya. " setahu papi sih bekas rumah sakit, kenapa emang?"
Deg.
Jantungnya berpacu ribuan kali lipat lagi, kalo disana itu lahan kosong terus kemarin dia ngomong sama siapa dong? Mana bibi bibi itu jelas banget berinteraksi sama dia.
"Kenapa kaget gitu hmm?"
"K..kemarin aku liat ada toko kok ada yang jualan jug...ga." mami sampe mau ngakak liat muka ashel yang cemas kayak orang nahan berak.
Pipinya bergerak kesana kemari, tangannya menjelaskan gak mau diem, dan anaknya itu cadel. Lengkap sudah kegemasan anak sulungnya itu.
"Ngaco kamu tuh, mungkin kamu kebanyakan nonton anime atau keinget jalan yang lain kali."
"Emangnya kuil di kota ini ada berapa?" Tanya ashel lagi.
"Cuma satu."
Ashel melemas, kalo cuman satu ya berarti apa yang dia alami kemarin itu beneran kejadian soalnya tangan kirinya aja masih sakit ketiban sepeda.
"Nih susu kotak, kamu minum deh daripada ngawur."
"Tapi acel gak ngawur mamiiii"
...
Sepulangnya di rumah mereka tentu saja keluarga pak bobi di bantuin sama anak buahnya buat masukin barang dan istrinya yang mulai sibuk menyuapi putra bungsu mereka di teras.
Beberapa tetangga juga ikut caper buat bantuin supaya dapat oleh-oleh dari jepang.
Ashel yang kesadarannya masih beberapa persen alias masih jetlag hanya duduk di depan rumah sambil planga plongo kayak monyet.
"Bos ini kucing nya mau di taruh disini aja bos?" Tanya lelaki jangkung anak buah pak bobi.
"Iya taruh di situ aja, sekalian kamu bukain makannya juga ya."
Ashel melirik papi nya "papi bawa pulang kucing kucel ini?"
"Kucal kucel ini karna kurang diurus aja, seminggu lagi juga jadi kucing milyarder dia kalo kaki nya udah sembuh."
Ashel bersandar di kursi dengan pikiran yang agak berat. "Tuh kucing aja kaki nya masih ada bekas perbannya dari si bibi itu berarti bukan mimpi, tapi masa toko mainan itu hilang dalam sehari?"
"Ngapain bengong disitu, ayo ganti baju nanti dikira orgil loh kamu begitu." Sahut mami.
Ya bayangkan saja, mereka sudah sampai di Jakarta dimana cuaca panas begitu menusuk dan ashel masih memakai mantel double dan topi hangat nya.
"Ashel kenapa tuh tante anin, kayak topeng monyet aja." Ucap atin tetangga mereka.
Kathrina memang terbiasa mengejek ashel dengan sebutan monyet karna saat mereka kecil ashel selalu memintanya untuk pergi menonton topeng monyet bersamanya di komplek depan, bahkan kathrina ingat betul ashel meminta tolong pada ayah kathrina untuk memotretnya dengan monyet.
Anin hanya tertawa "masih jetlag kayaknya tin."
"Pergi sana lo!"
"Lo yang pergi, gerah banget gue liat modelan lo"
"Mamiii usir si atin dong, ganggu banget!"
"Iss jangan gitu, kamu nya yang mandi dulu."
"Iya tante si ashel suruh mandi tuh bau oli bekas dia."
Ashel udah ancang ancang mau nabok tetangganya dari kecil itu tapi dengan cepat mami nya menahan tangan ashel.
"Aduhhh sakittt!" Ucap kathrina memegangi kaki nya.
"Hahaha rasain lo!"
"Kucing siapa sih nih bar bar banget!"
Kaki nya kena cakar kucing itu gak sampe berdarah tapi tentu saja membuat kathrina kesakitan dan kabur.
"thanks ya, sorry gue ngatain lo kucel haha" ucap ashel kemudian mengelus kepala kucing itu.
"Ayo masuk mandi cepetan, lama lama kamu bau oli bekas beneran nih." Mami anin langsung lari kala ashel mau ngejar dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
猫 𝐍𝐞𝐤𝐨 × 𝐀𝐬𝐡𝐞𝐥
Teen Fiction𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙨𝙝𝙚𝙡 𝙮𝙜 𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙣𝙜𝙖𝙟𝙖 𝙣𝙖𝙗𝙧𝙖𝙠 𝙠𝙪𝙘𝙞𝙣𝙜 𝙙𝙞 𝙅𝙚𝙥𝙖𝙣𝙜.