Assalamualaikum. Vote sebelum baca!
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!***(♡)***
"Jika kau jatuh hati dan berharap pada seorang makhluk, maka kau harus siap menghadapi kepatahhatiannya."
***(♡)***Wina keluar dari ruangan secara tergesa-gesa dengan wajahnya serius. Ia langsung menarik pakaian Ezra, mengajak laki-laki itu pergi ke suatu tempat.
"Ikut saya!" katanya.
"Loh, mau ke mana, Ma? Mama mau apain Ezra?" tanya Abel tak tenang.
Wina tak menjawabnya. Hal tersebut membuat orang-orang yang sedang menunggu terkejut dengan apa yang Wina lakukan. Tapi, melihat keadaan Haris di dalam justru lebih penting bagi Sabila dan Abel. Sementara itu, Pardi menguntiti ke mana Ezra dibawa pergi.
Setelah Abel dan Sabila masuk, Ustaz Hafif, Pak RT, Zara, dan Alif ikut masuk ke dalam. Mereka mendapati Haris yang sedang memalingkan muka dan terus menitikkan air mata.
"Appa kenapa, Pa?" tanya Abel seraya terus menyeka air mata Haris dengan tisu.
Haris tak menjawabnya. Buliran bening itu tak henti mengalir dari kelopak matanya.
"Ris, ada apa, Ris?" Ustaz Hanif mendekat.
Begitu menatap karibnya itu, Haris semakin terisak. Abel pindah posisi dan mempersilakan Ustaz Hanif duduk di samping pembaringan.
"Ada apa, Ris? Sini, cerita padaku," ujar Ustaz Hanif pelan.
"Nif ...." Haris menatapnya dalam. "Apakah aku sudah menjadi orang baik?"
Ustaz Hanif mengangguk. "Iya, Ris, sekarang kamu sudah menjadi orang baik. Bagiku, kamu sudah menjadi sahabat yang baik, suami yang baik bagi Wina, dan ayah yang baik bagi anak-anak," katanya.
"Nif, dia datang, Nif, dia telah datang. Apa mungkin dia akan menjemputku?" ucap Haris ketakutan.
"Dia siapa?"
Namun, Haris tak menjawabnya lagi. Hal itu membuat Zara dan Alif saling melirik. Alif mengendikan bahu. Setelah ditanya-tanyai ataupun diajak bicara, Haris sama sekali tidak menjawabnya lagi. Ia hanya bisa menangis.
Akhirnya, Pak RT lebih memilih pulang, dan rencananya pagi nanti ia akan menjenguk Haris lagi. Di sofa dalam ruang rawat itu, Abel heran, kenapa mamanya dan Ezra belum kembali ke sini? Ke mana sebenarnya mereka pergi? Sudah 1 jam lebih mereka pergi. Abel jadi cemas.
Zara memberikan roti kepadanya setelah tadi pergi membelinya bersama Ustaz Hanif. Di sebelah Abel, Sabila tertidur bersandar pada ujung sofa. Ustaz Hanif duduk bersalawat di dekat Haris. Lalu, Alif menahan kantuk berdiri bersandar pada dinding dekat Zara. Lelaki itu enggan pulang sebelum Ustaz Hanif dan Zara juga pulang.
"Dimakan rotinya, Bel. Kamu pasti lapar," kata Zara mempersilakan.
Abel pun memakan roti itu. "Makasih, Ra."
Zara mengangguk. "Iya," balasnya. "Oh, ya, Bu Wina sama Ezra ke mana, ya? Kenapa gak balik lagi ke sini?" tanyanya.
"Aku juga gak tau, tapi semoga gak terjadi sesuatu sama mereka."
"Aamiin. Tapi, kamu yakin baik-baik aja? Kejadian tadi Bang Gojo gak berbuat macam-macam sama kamu, kan?" Zara menyentuh pundak Abel.
"Alhamdulillah, aku gapapa, kok. Tapi, kejadian itu tentu bikin aku takut. Cukup itu yang terakhir kalinya, jangan terjadi lagi!"
"Iya, aku selalu mendoakan semoga Allah melindungi kamu, Bel."
"Iya, makasih banyak Zara. Makasih kamu udah ada di sisi Sabila, aku kasian, dia sampe terluka gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Alhamdulillah) Cieee ... Jodoh!
Teen Fiction🏅Rank: #1 - cintadalamdiam [240524] #3 - rohis [310524] "Menyayangimu dari kejauhan, kulangitkan namamu di sepertiga malam." -Faisal Ezra Abdulmalik (FOLLOW SEBELUM BACA!) "Ya Allah, aku pengen nikah aja! Nikah, nikah, nikah! Biar bisa dibawa kabur...