23| Kehadiran Gus Fatih

180 47 11
                                    

Assalamualaikum. Langsung aja di-vote!
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Selain salihah, lo juga wanita terkuat yang pernah gua kenal dalam hidup gua setelah Mama dan Bunda. Gua janji, gua bakal lindungin lo dari apa pun dengan cara gua sendiri, Zara."
—Alifando Bara Tamrin
***(♡)***

Hanya butuh setengah kilometer lagi tiba di rumah Abel, sekitar hampir 5 menit mereka berjalan, namun cuaca siang ini mampu mengucurkan keringat. Zara merasa tak enak atas perlakuan Haidar dan Ezra yang mengantar dirinya dan Abel pulang meskipun niatnya baik.

"Ka-kalian, cukup sampai sini saja, ya, mengantarnya. Biar aku saja yang antar Abel ke rumahnya. Lagipula jaraknya sudah dekat."

Kedua laki-laki itu menengok. "Kami mau mengantar dan memastikan kalian baik-baik saja. Takut laki-laki aneh tadi mengganggu kalian lagi," jawab Ezra.

"Maaf, tidak usah, terima kasih. Takutnya, kalian ada urusan lain. O, ya, Ezra, bukankah jalan pulangmu ke arah gang kecil yang barusan kita lewati? Biar aku saja yang mengantar Abel ke rumahnya," kata Zara menolak sebaik mungkin.

Tangisan Abel sudah mereda, tapi ia masih tersengguk-sengguk. Matanya bengkak memerah. Di sepanjang jalan, Zara senantiasa menenangkannya. Walau hingga saat ini Abel tak kunjung membuka suaranya.

"Kamu yakin, Zara?" tanya Haidar memastikan.

"Iya, Kak. Terima kasih," balasnya tersenyum kikuk.

Ezra dan Haidar sempat saling melirik. "Baiklah. Kalau begitu kita pamit," ujar Ezra. "Assalamualaikum," ucapnya bersama Haidar. Berbalik arah menuju gang kecil tadi.

Abel dan Zara menjawab salam itu dengan pelan. Langkah kedua laki-laki yang sama tingginya itu sedikit demi sedikit menjauh dari pandangan Abel dan Zara.

"Tunggu dulu!" cegah Abel dengan suara parau. Seketika membuat mereka berhenti dan menoleh.

Abel memperhatikan kaki Ezra yang kotor, dekil, dan agak kemerah-merahan karena kepanasan berjalan tanpa alas kaki di aspal yang tersengat matahari. Abel melepas sandal gunung milik Ezra yang terpasang di kakinya.

"Makasih," lirihnya memandang Ezra.

Ezra heran mengapa Abel melepas sandalnya, padahal tidak masalah jika ia terus memakainya. Tanpa basa-basi lagi, Abel menarik Zara untuk pergi. Membiarkan sandal itu tergeletak di jalanan dan ia berjalan hanya dengan lapisan kaus kaki. Sebuah gantelan pin ritsleting dari tas Zara terjatuh di dekat sandal itu. Gantelan pin bergambar kucing Anggora abu-abu yang sama halnya dengan pin yang tersemat di tas Abel, yaitu bergambar kucing Anggora putih. Kedua pin itu adalah tanda mulanya persahabatan mereka yang bukan seperti kucing dan tikus, tapi seperti benar-benar ikatan saudara.

"Tunggu!" panggil Ezra yang langsung mengambil gantelan pin itu, lalu berlari kecil ke arah Abel dan Zara yang kemudian menoleh bingung.

Ezra menyodorkan gantelan tersebut pada Zara. "Ini, jatuh dari tas kamu," katanya dibarengi senyum tipis.

Zara sempat tertegun. Ia pun menerimanya dan mengucapkan terima kasih yang kemudian Abel segera mengajaknya pergi dari pandangan mereka. Sandal yang tergeletak di jalan itu pun segera Ezra pakai. Bersama Haidar, ia berjalan memasuki gang kecil.

"Maaf, Gus. Aku mau tanya lagi. Aku lihat-lihat, sepertinya Gus ini udah kenal lama sama Abel dan Zara. Terus juga, kenapa mereka panggil Gus Felix ini Ezra? Kenapa tidak panggil 'kak' atau 'gus' gitu?" tanya Haidar penasaran.

Ezra menanggapinya dengan senyuman. "Saya memang sudah kenal lama dengan Abel. Tapi, Zara, saya baru mengenalnya sekitar 2 Mingguan yang lalu. Sebenarnya, Ezra itu nama asli saya. Tapi, warga di pesantren dan di kota sana lebih akrab dengan Gus Felix. Kalau boleh jujur,  saya lebih suka dipanggil Ezra untuk orang-orang tertentu," jawabnya.

(Alhamdulillah) Cieee ... Jodoh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang