28| Sosok yang Telah Tiada

159 39 4
                                    

Assalamualaikum. Langsung aja di-vote.
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Sesuatu yang hanya dipandang dari kesalahan yang telah lalu tanpa melihat perubahannya di masa sekarang hanya akan terus menumbuhkan rasa keegoisan."
***(♡)***

Haris segera dilarikan ke rumah sakit terdekat setelah mengalami pendarahan yang cukup banyak pada perutnya. Ezra dan Ustaz Hanif yang tiba menyaksikan itu sempat melakukan pertolongan pertama. Setelah beberapa saat melakukan pertolongan pertama, Zara, Sabila, dan Pardi tiba dengan napas tersengal-sengal usai berlari dengan jarak yang lumayan jauh. Sementara itu, Algojo berhasil melarikan diri.

Ezra bersama Abel dan Ustaz Hanif membawa Haris ke rumah sakit menggunakan mobil putih milik Ezra yang sempat dibawa Algojo. Setelah kondisi Alif yang membaik dari penyakit asmanya, ia pun pergi menyusul ke rumah sakit dengan membonceng Zara, dan Pardi membonceng Sabila.

Waktu semakin berlalu, hingga pukul 23.15 WIB mereka di ruang tunggu menunggu hasil pemeriksaan dari dokter. Tak lupa juga mereka melaksanakan salat isya di musalla rumah sakit. Segala harapan dan doa tak terhenti terkucurkan. Berharap Haris bisa terselamatkan. Abel dan Sabila menangis pasrah di pelukan Zara.

Alif mendecak geram melihat luka Sabila yang sedikit merobek, belum sempat terobati. "Eh, lo. Bisa gak, tangan lo diobatin dulu? Takut infeksi. Mumpung sekarang lagi di rumah sakit, jadi sekalian," katanya.

"Iya, Sabila. Lebih baik kamu obati dulu tangan kamu," sambung Zara menatapnya.

"Tapi, Kak ... Appaku gimana?" tanya Sabila, matanya lelah habis menangis.

"Insyaallah kondisi Pak Haris baik," balasnya dengan tatapan menenangkan.

Sabila pun menurut dengan anggukan kepala sebagai responsnya. Saking paniknya, bahkan luka cukup dalam akibat tusukan pisau Algojo itu tak sedikitpun ia merasakan perihnya.

"Lif, kamu antar Sabila, ya!" titah Zara pada Alif yang bersandar bersedekap pada dinding.

"Loh, kok, gua? Suruh si pendek aja, sana!" Alif menunjuk Pardi.

"Ya, udah. Kalian berdua yang antar," pinta Zara.

Sebuah decakan keluar lagi dari mulut Alif. Ia dan Pardi pun menuruti perintah Zara untuk mengantar Sabila mengobati lukanya.

Zara terus memberi ketenangan untuk Abel seraya mengusap-usap pelan bahunya. Selang beberapa menit, Wina datang bersama Pak RT. Begitu tahu kabar Haris dilarikan ke rumah sakit, Wina langsung mengajak Pak RT cepat-cepat menyusulnya meninggalkan Mak Tini.

"Pak Ustaz, mana suami saya, Pak?" tanyanya tiba-tiba dengan kondisi yang berkecamuk.

"Haris sedang ditangani dokter. Ibu tenang dulu, ya, kita tunggu kabar selanjutnya dari dokter," balas Ustaz Hanif.

"Tapi saya takut, Pak Ustaz, saya gak bisa tenang," ujar Wina.

"Bu, pasrahkan saja semua kepada Allah. Saya yakin Haris baik-baik saja. Bu Wina duduk saja dulu di sini." Ustaz Hanif mempersilakannya untuk duduk di kursi.

Wina pun duduk menunduk sembari menyentuh kepalanya, frustrasi. "Ya Allah ... kenapa bisa begini? Selamatkan suamiku, Ya Allah."

"Pak RT, gimana dengan Algojo? Dia sudah ketangkap? Wilson sudah tau soal ini?" dalih Ustaz Hanif kepada Pak RT.

"Itu dia, Pak Ustaz. Para warga kesusahan menangkapnya, Gojo begitu cekatan. Kami juga sudah melaporkan hal ini ke polisi. Tapi, untuk Pak Kades Wilson ... dia susah dihubungi, mungkin sedang beristirahat," jawab Pak RT.

(Alhamdulillah) Cieee ... Jodoh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang