Masa lalu

14 10 7
                                    


Malam tiba. Sagara dan Bunda tengah menikmati makan malam di rumah. Di sela-sela mereka makan Bunda memulai pembicaraan dengan Sagara. Pembicaraan kali ini mungkin sangat serius.


"Bunda mau tanya sama kamu?"

"Tanya apa Bund?" jawab Sagara sembari menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

"Mau sampai kapan geng kamu terus ikutan tawuran?" tanya Bunda serius.
Pertanyaan Bunda barusan membuat Sagara yang tadinya ingin menyendokkan makanan ke mulutnya lagi seketika terhenti.

"Bunda engga mau karena tawuran nilai mata pelajaran kamu menurun, kamu bolos sekolah, terlambat masuk, Bunda engga-"

"Bunda engga mau, apa yang terjadi sama Papah terulang kembali, iya'kan?" ujar Sagara pelan.

Kedua mata Mahira seketika menitikkan air matanya. Ia teringat akan hal yang sudah lama ingin ia lupakan. Kejadian yang membuatnya sangat terpuruk.

Kala itu ia harus membesarkan Sagara sendirian tanpa seorang suami yang seharusnya menemaninya. Arsenio Laksana ialah suami dari Mahira sekaligus ayah dari putranya Sagara Laksana Arsenio. Ia telah meninggal dunia saat Sagara berumur 4 tahun.

Peristiwa itu menjadi duka bagi Mahira. Segala impian dan harapan mereka berdua untuk membesarkan Sagara bersama dan membangun rumah tangga yang indah, justru harus lenyap terpisahkan oleh maut.

Arsenio Laksana juga merupakan ketua geng Laksana yang pertama.
Peristiwa kelam itu terjadi saat Arsenio berupaya menyelamatkan sahabatnya yang di tawan oleh musuh mereka. Ia tertembak dan tewas di tempat. Mahira yang kala itu mendapat kabar duka mengenai sang suami yang wafat membuat dirinya seakan terkena badai dahsyat. Ia tak menyangka bahwa suami yang ia cintai itu telah tiada. Suasana hatinya kalut, sedih, dan kecewa. Bagaimana tidak Arsenio telah berjanji padanya bahwa ia akan selalu bersamanya sampai putra mereka tumbuh besar.

Seandainya, saat itu ia tidak mengizinkan Arsenio pergi menyelamatkan sahabatnya pasti kejadian itu tidak akan terjadi. Tapi semua sudah takdir dari sang maha pencipta yang tak bisa di ubah.
Selama bertahun-tahun Mahira berjuang membesarkan Sagara sendirian. Ia sudah tak memiliki orang tua dan mertuanya yakni orangtua dari Arsenio sekaligus kakek dan nenek dari Sagara tidak menganggapnya sebagai menantunya karena peristiwa itu. Ia di tuduh sebagai dalang kejadian tersebut ia di tuduh sebagai penyebab kematian dari Arsenio.

Setelah peristiwa itu, tanggung jawab atas segala urusan Geng Laksana menjadi tanggung jawab Mahira sebagai ketua. Saat itu Mahira memerintahkan kalau Geng Laksana tidak diperbolehkan memiliki masalah dengan Geng manapun dan tidak diperbolehkan berkelahi ataupun tawuran antar Geng.

Dan selang beberapa bulan setelah wafatnya Arsenio, Geng Laksana pun dibubarkan oleh Mahira. Belasan tahun berlalu. Geng ini kembali berdiri oleh Sagara. Setelah Sagara mengetahui bahwa Ayahnya pendiri Geng terkenal di sekolahnya. Awalnya Mahira tidak mengetahui kalau Geng Laksana kembali berdiri namun seiring waktu Mahira pun mengetahui hal itu dan Mahira pun mengizinkannya.

"Bunda..." panggil Sagara kepada Mahira bernada manis. lalu ia menghapus air mata Mahira dengan lembut. Lalu beranjak dari kursi. Kemudian, duduk bersimpuh di samping Mahira. Ia meraih kedua tangan Ibundanya itu,

"Bunda, Bunda tenang aja Sagara janji engga akan kenapa-napa! Sagara akan jaga diri dengan sebaik-baiknya, Sagara'kan jagoannya Bunda dan satu lagi, ngga akan ada yang berani lukain Sagara. Karena, Sagara punya Bunda yang akan jewer telinga mereka yang udah buat Sagara terluka." ujar Sagara di bareng oleh candaannya dan menaikturunkan kedua alisnya.

"Iya 'kan, Bund?"

Perkataan Sagara memang bisa membuat Mahira luluh, ia tersenyum dan merasa tenang, di selipkan dengan candaan mengenai jeweran Bunda-Nya. Mahira lalu memeluk putra semata wayangnya penuh cinta serta kasih sayang.

SAGARA LAKSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang