Situasi

11 6 0
                                    

Happy Reading Guys!😊

Jangan lupa vote,coment,share juga cerita ini ya?

***

"Kenapa? Kenapa saya bisa bertemu dia?"

Flashback on

Beberapa jam yang lalu...

"Pak. Saya mau alpukatnya ya sekilo."

"Mahira?!" seseorang memanggil nama Mahira. Mahira yang kala itu tengah berbelanja di toko buah menoleh ke arah asal suara. Betapa terkejutnya ia setelah melihat siapa orang yang memanggilnya.

"Kamu? Mahira'kan?"

"Kamu?" sepertinya Mahira mengenal pria itu, namun dari wajah Mahira terlihat kemarahan dalam dirinya saat melihat pria tersebut.

"Mau apa kamu?" ucap Mahira bernada marah.

"Sudah lama aku engga lihat kamu? Kamu apa kabarnya?" pria itu bertanya kabar Mahira.

"Jangan mengganguku!"

"Bu, ini alpukatnya!" ucap pedagang buah sembari memberikan sekantung alpukat pada Mahira.

"Ini uangnya Pak! Ambil aja kembalinya!" Mahira bergegas pergi dari sana. Namun pria itu mengikuti Mahira.

"Mahira!"

Mahira berjalan mempercepat langkahnya, menghindari pria itu. Mahira berjalan sampai area luar pasar. Ia mencari-cari angkutan umum yang lewat namum nihil. Tidak ada satupun yang lewat. Salah satu tangan Mahira berhasil di raih seseorang yakni pria yang mengikutinya itu.

"Lepaskan!" ucap Mahira.

"Mahira! Tolong dengarkan aku dulu!" pria itu memohon agar Mahira mau bicara padanya.

"Aku tidak mau mendengarkanmu apalagi berbicara pada pembunuh seperti mu!" jelas Mahira.

Pembunuh? Pria itu seorang pembunuh? Apa maksud Mahira? Siapa yang pria itu bunuh?

"Aku tidak membunuh siapa pun."

"Apa kamu bilang? Apa aku tidak salah mendengar? Kamu itu seorang pembunuh." ucap Mahira.

"Kamu adalah seorang pembu*uh. Kamu adalah alasan kematian Arsenio!" lanjutnya. Saat ini Mahira sangat terlihat emosional sekali.

"Aku bukan alasan Arsen meninggal Mahira."

"Kalau bukan kamu? Lalu siapa? Arsenio itu meninggal karena kamu. Kalau... Saat itu dia mendengarkan aku pasti dia masih ada sekarang. Tapi apa? Dia malah mendengarkan ucapan mu. Dia bisa menyelamatkan mu tapi kenapa? Kenapa kamu tidak menyelamatkannya waktu itu hah!"

Tangis Mahira pecah saat itu juga, ia mengingat momen kelam yang ia terima. Saat ia mendapat kabar bahwa suaminya telah tiada.

"Aku minta maaf. Saat itu aku sangat terdesak. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Maafkan aku Mahira."

"Tidak ada gunanya kamu minta maaf. Dia tidak bisa kembali bersamaku lagi."

"Mahira?" pria itu mendekat pada Mahira.

"Berhenti di sana! Jangan ganggu saya, apalagi muncul di hadapan saya lagi!"

Flashback off...

Mahira kini berada tepat di depan pintu kamar putra kesayangannya, Sagara.

Mahira membuka pintu kamar Sagara yang tak terkunci dari dalam. Sagara tidak pernah mengunci pintu kamarnya itu sudah biasa ia lakukan. Mahira melihat Sagara yang sedang terlelap tidur dengan memeluk bantal guling dan selimut yang berantakan kemana-mana. Ia tak menyangka bahwa dirinya bisa melalui semua kesulitan hingga sampai saat ini ia masih bisa melaluinya. Ia juga bangga memiliki seorang putra seperti Sagara. Sifatnya yang penyayang, baik hati dan mirip seperti Arsenio ayahnya. Itu juga mengobati rindu Mahira pada Arsenio, jika ia melihat Sagara, ia seakan melihat jiwa Arsenio dalam diri Sagara.

SAGARA LAKSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang