O8/1O

2.7K 490 124
                                    

Biasakan vote sebelum membaca.
---

Ternyata...

________

Setelah kematian Isagi, semua teman-teman, keluarga, beserta (Name) menjadi down. Kematian Isagi adalah hal terburuk yang pernah terjadi.

Kenapa orang baik selalu meninggal lebih dulu?

(Name) kini tengah berjalan bersama Chigiri selepas dari Japanmart. Chigiri yang mengajak (Name) kesana agar sedikit bersemangat. Tapi tampaknya usaha Chigiri tidak berhasil sama sekali.

Ketika mereka berdua melewati taman yang ada didekat rumah, (Name) seketika terkejut. Ia melihat Isagi yang tengah duduk di kursi taman sembari menatapnya dengan senyum.

(Name) dengan cepat lantas berlari ke arah taman, membuat Chigiri terkejut. "(Name)?! Kau mau kemana?!"

Chigiri mengejar (Name) dengan cepat, kemudian menahan tangannya tepat sebelum (Name) masuk ke dalam lubang yang ada di taman.

Chigiri menghela nafas pelan, kemudian menatap (Name).

"Hey, ada apa? Kenapa kau tiba-tiba berlari? Kau bisa bilang padaku jika ingin ke taman, aku akan menurutimu," ucapnya.

"Ma-maaf.." (Name) menatap kursi taman. Tidak ada siapapun disana. Kosong. "Aku tadi.. melihat Yoichi sedang duduk di kursi itu," ucap (Name).

Mendengar ucapan (Name), Chigiri seketika terkejut. "Kau.. serius? Tapi disana tidak ada siapapun dari tadi."

"..."

"..."

"..."

Chigiri menggelengkan kepalanya pelan, "ah, lupakan. Ayo kita pulang. Aku akan mengantarmu sampai didepan rumah," ucapnya.

(Name) mengangguk pelan. "Baiklah, maaf."

.
.

Keesokan harinya ketika (Name) dan Chigiri tengah jalan-jalan untuk mengurangi rasa kesedihan, (Name) lagi-lagi mengaku pada Chigiri bahwa ia melihat Isagi. Bahkan terkadang (Name) bisa mendengarnya berbicara.

Chigiri agak khawatir tentang kondisi (Name). Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Apa (Name) anak indigo?

Atau.. ia cuma halusinasi?"

Hari demi hari, sampai 1 minggu. (Name) semakin kehilangan akal. Ia bercerita pada Chigiri bahwa ia dan Isagi baru saja berbicara bersama. Bahkan berpegangan tangan. Apa itu masuk akal? Pasalnya Isagi sudah meninggal!

Chigiri menatap kertas undangan latihan, kemudian menghela nafas. "Sepertinya, aku tidak jadi pergi. Aku tidak mau meninggalkan (Name) sendirian."

Keesokan harinya, Chigiri akhirnya membawa (Name) ke psikiater. Tentu saja awalnya (Name) menolak. Karena ia merasa tidak punya gangguan mental apapun.

"Aku tidak gila, Chigiri! Yoichi benar-benar masih ada disini! Kami saling mengobrol!"

Chigiri mencengkram kedua pundak (Name), "Isagi sudah meninggal, (Name)!! Sadarlah! Kenapa kau jadi seperti ini?!"

"..."

"... lalu yang ku lihat itu apa, hah? Terus apa itu yang ku lihat?! Apa kau bisa menjelaskannya?!"

"Bukan aku, tapi dokter. Ayo kita ke psikiater minggu depan, (Name). Aku akan mengantarmu, menemanimu, dan membayar biayanya! Kau hanya perlu ikut, aku mohon. Ini.. demi kebaikanmu juga," ucap Chigiri.

(Name) menggigit bibir dalam bagian bawahnya sembari mengalihkan pandangannya. (Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia menghela nafas dan mengangguk.

"Baiklah."

.
.

"Jadi, apa yang terjadi pada (Name), dok?" Tanya Chigiri sembari duduk berhadapan dengan dokter kesehatan khusus kejiwaan.

Sang dokter memberikan kertas hasil pemeriksaan (Name) pada Chigiri, membuat Chigiri seketika terkejut.

"I-ini.."

"Dari hasil pemeriksaan kami, (Name)-san terkena skizofrenia."

Begitulah kata Dokter kesehatan jiwa. (Name) terkena skizofrenia. Kemungkinan besar (Name) mengalami stress berat dan tidak rela jika kehilangan Isagi. Dokter memberikan obat pada Chigiri, dan memintanya untuk bilang pada (Name) agar meminumnya supaya reda. Atau bahkan hilang.

Chigiri mengatakan semuanya pada (Name) tentang keadaannya. Membuat (Name) tersenyum miris.

"Begitu, ya.. Chigiri, jika aku minum obat ini aku akan sembuh dan tidak bisa melihat Yoichi lagi, kan?" Tanya (Name), dan dibalas anggukan oleh Chigiri.

"Aku tidak mau meminumnya."

"Apa maksudmu?! Kau harus meminumnya! Kau harus sembuh, (Name)!"

"Jika aku sembuh dan tidak bisa melihat Yoichi lagi, aku lebih baik tidak sembuh."

"Kau sudah gila, apanya yang lebih baik?! Jika kau begini terus, kau akan semakin menderita!"

"Aku tidak menderita! Bertemu kembali dengan Yoichi sama sekali tidak membuatku menderita! Aku sangat senang, aku bahagia! Kau tidak akan mengerti..."

"Yang sakit bukan cuma kau, tau. Semuanya, bahkan aku juga sakit! Aku.." Chigiri mengepalkan tangannya, "tidak tega melihatmu seperti ini. Mengetahui kau mengalami hal berat seperti ini hanya kerena Isagi, itu menyakitiku."

"Chigiri.."

"Aku peduli padamu, bodoh!"
"Aku menyukaimu, bodoh!" Batin Chigiri.

"Setidaknya, minumlah obatnya walau sedikit. Obat itu tidak bereaksi dengan cepat. Isagi juga tidak akan suka kalau kau menderita seperti ini hanya karena dirinya, aku pergi. Hati-hati dijalan, dan.. tolong jangan lukai lenganmu lagi."

(Name) seketika terkejut. Setelah mengucapkan itu, Chigiri langsung pergi meninggalkan (Name) ditaman sendirian. Air mata (Name) mulai turun dengan sendirinya. (Name) menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, dan menangis disana.

(Name) mengeluarkan pisau lipat yang ada disaku celananya, kemudian melukai dirinya sendiri.

Malam harinya, (Name) kembali ke taman dan melihat Isagi tengah duduk di ayunan yang ada disana.

(Name) menghampiri Isagi, kemudian duduk di ayunan satu lagi dan menunduk. Keheningan tercipta diantara mereka berdua, sebelum akhirnya Isagi membuka suara.

"Kamu.. selfharm lagi, ya?" Tanyanya.

________

.. (Name) hanya halusinasi.

Ini sebelum kejadian chap 1 ya!

Link trakteer ada di deskripsi ya!
Yang mau trakteer aku silahkan~😋

-✔𝐁𝐎𝐘𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃 : Isagi YoichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang